BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Untuk mencapai pembangunan nasional diperlukan upaya
penyelengaraan kesehatan yang bermutu
yang dilakukan individu, kelompok, masyarakat, lembaga pemerintah atau swadaya masyarakat yang lebih mengutamakan
promosi kesehatan serta pencagahan penyakit.
Upaya pemeliharaan yang mencangkup dua aspek kuratif dan rehabilitatif, sedangkan upaya peningkatan kesehatan juga
mencangkup dua aspek yaitu Prepentif dan promotif (Notoadmojo, 2003 : 02).
Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu
kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga harus sehat dan
sejahtera antara mental dan sosial.
Empat faktor
yang mempengaruhi kesehatan yakni keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan
lingkungan.faktor pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan klinik kesehatan
dan fasilitas kesehatan lainya, faktor perilaku meliputi antara lain perilaku
mencari pengobatan dan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan faktor
lingkungan antara lain kondisi lingkungan yang sehat dan memenuhi persyaratan (HL.Blum dalam Notoatmodjo, 2003 :
146).
Mata merupakan bagian panca indra yang sangat penting,
para ahli mengatakan jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering
juga disebut sebagai jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan,
fatalnya banyak hal yang dapat menyebabkan gangguan pada mata hingga
menimbulkan kebutaan atau gangguan penglihatan. Buta berdasarkan bahasa
sehari-hari adalah kondisi tidak bisa melihat susuatu apapun yang ada
dihadapinya, penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak.
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein
lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Suzanne & Brenda, tahun 2002 berpendapat bahwa katarak adalah perubahan
lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang
keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur
pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat
bervariasi.
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia, Word Healt
Organization (WHO) saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia
memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita katarak. Dari jumlah
tersebut, 90% diantaranya penyebaran prevalensinya dinegara berkembang dan
sepertiganya berada di Asia Tenggara.
Di Indonesia jumlah penderita katarak tiap tahun
meningkat, bertambah 210.000 orang pertahun, 16% diantaranya berada pada usia
produktif. Angka kejadian katarak dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1%
dari jumlah penduduk. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif
atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut.
Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak.
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan.
Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari, atau bila katarak ini menimbulkan
penyulit seperti glaukoma dan uveitis. Apabila diindikasikan pembedahan, maka
ekstraksi lensa akan secara definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada
lebih 90%. Sisanya 10% pasien mungkin telah mengalami penyulit pasca bedah
serius, misalnya glaukoma, ablasio retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi,
atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke arah kamera interior) yang menghambat
pemulihan visus. Lensa intraocular dan lensa kontak kornea menyebabkan
penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih mudah, dibandingkan pemakaian
kacamata katarak yang tebal (http://kinton.multiply.com).
Sedangkan di menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
sepanjang periode Januari 2010 sampai dengan Januari 2011 dari keseluruhan
pasien dengan gangguan mata, didapatkan data 760 penderita katarak di provinsi
Jambi dengan Kabupaten Muara Bungo adalah prevalensi terbanyak kasus katarak (http://askep-kesehatan.jurnal
kesehatan provinsi.com/2009/01/. Jambi independent.html).
Berdasarkan data gastroenteritis dari medical record (MR) RSU M.H.A.Thalib
Kabupaten Kerinci. Didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1.1. Daftar 10 Penyakit terbesar di
Rumah Sakit Umum Daerah Mayjen. H. A. Thalib Kabupaten Kerinci Ruang Rawat Inap
THT/Mata dalam decade 3 tahun terakhir (2009-2011)
No
|
Nama penyakit
|
Tahun
|
|||||
2009
|
%
|
2010
|
%
|
2011
(Jan - Juni)
|
%
|
||
1
|
Katarak
|
49
|
50,9
|
25
|
15,2
|
19
|
9,5
|
2
|
Tonsilitis
|
25
|
26
|
4
|
2,4
|
14
|
7
|
3
|
Abses sub mandibula
|
5
|
5,2
|
6
|
3,6
|
1
|
0,5
|
4
|
Fharingitis
|
6
|
6,2
|
9
|
5,4
|
11
|
5,5
|
5
|
Epistaksis
|
11
|
11,4
|
12
|
7,3
|
1
|
0,5
|
6
|
Konjungtivitis
|
3
|
3,1
|
2
|
1,2
|
1
|
0,5
|
7
|
Trauma Oculi
|
2
|
2,8
|
2
|
1,2
|
1
|
0,5
|
8
|
Udem Palfebra
|
1
|
1,4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
Osink
|
1
|
1,4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
10
|
Rhinitis
|
1
|
1,4
|
1
|
0,6
|
2
|
1
|
Sumber: Medical Record Ruang
THT/Mata RSUD May. H. A. Thalib
Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis,
terjadi akibat perubahan-perubahan degeneratif yang berhubungan dengan
pertambahan usia. Pajanan terhadap sinar matahari selama hidup, alkohol,
merokok dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama
serta predisposisi herediter berperan dalam munculnya katarak senilis.
Peran perawat pada kasus katarak meliputi sebagai
pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami pembedahan
katarak, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah
komplikasi ktarak, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya
meneliti asuhan keperawatan kepada klien dengan operasi katarak melalui metode
ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana penatalaksanaan, perawatan untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut dan bagaimana asuhan keperawatan pada Klien dengan diagnosa Medis Post
Operasi Katarak hari ke 1.
1.2.Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini, penulis membatasi bagaimana cara
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak pasca operasi di
instalasi rawat inap THT/Mata Rumah Sakit Umum Daerah May.H.A Thalib Kabupaten
Kerinci.
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan
Umum
Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata tentang asuhan
ke-perawatan dengan klien dengan diagnosa
Medis Post Operasi Katarak hari ke 1 dan sebagai pemahaman tentang penangan
pasien katarak, perawatan pasca operasi serta mengetahui komplikasi yang
mungkin muncul pada pasien post operasi katarak dan pencegahan terhadap
komplikasi.
1.3.2. Tujuan
Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
Tn. A dengan klien dengan diagnosa Medis Post Operasi Katarak hari ke 1 diharapkan, Penulis mampu:
a. Untuk
mengetahui dan memahami tanda gejala dan penatalaksanaan pada pasien post operasi Katarak dan pemulihan penglihatan
agar dapat beraktifitas sesuai fungsinya semula.
b.
Untuk memahami perawatan pasien post operasi Katarak
untuk mencegah terjadinya komplikasi yang meliputi kebutaan, retinoblastoma, gluokoma
dll.
c.
Mengidentifikasi data yang menunjang masalah
keperawatan pada pasien Tn. A dengan diagnosa medis Post Operasi Katarak hari
ke 1.
d.
Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Tn. A
dengan diagnosa medis Post Operasi Katarak hari ke 1..
e.
Menyusun rencana
keperawatan pada pasien Tn. A dengan diagnosa medis Post Operasi Katarak hari
ke 1.
f.
Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Tn. A
dengan diagnosa medis Post Operasi Katarak hari ke 1.
g.
Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien Tn. A
dengan diagnosa medis Post Operasi Katarak hari ke 1.
h.
Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat
serta penyelesaian masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan kepe-rawatan pada
pasien Tn. A dengan diagnosa medis Post Operasi Katarak hari ke 1.
1.4.Manfaat Penulisan
1.4.1. Bagi Perawat
Untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan dalam melaksanakan penerapan
proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi secara sistematis khususnya pada pasien dengan Katarak
post operasi
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan
masukan bagi institusi pendidikan agar penulisan ini dapat dilakukan dengan
melihat permasalahan lain yang berkaitan dengan kasus yang telah penulis
selesaikan.
1.4.3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai penambah wawasan dan
pengetahuan bagi semua lapisan tim kesehatan atau pelaksanaan asuhan
keperawatan khususnya dibidang keperawatan maupun tim kesehatan lain tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan Katarak post operasi
.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1. Konsep Medis
2.1.1. Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan
merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan katarak,
protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih
lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah keruh menggantikan
serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan
(Sjamsuhidayat. 2004).
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat
mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara mengangkat
lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan sebagaian besar
daya biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya penuh didepan
mata, atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat lensa
dikeluarkan (Soeparman, dkk. 2001).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Mansjoer
Arif, dkk. 2001: 204)
Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
(Suzanne & Brenda, 2002:227)
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas
karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada
setiap lensa mata dapat bervariasi (Underwood, J. C. E. 2000).
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan.
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata
berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat
menembusinya. Keadaan ini memperburuk penglihatan seseorang dan akan menjadi
buta jika lewat, atau tidak dirawat
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun. Katarak sering terjadi secara bilateral, tetapi tiap
katarak mengalami kemajuan secara independen (http://www.Katarak.com/care/Surgery).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa
dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa (Sidarta Ilyas, 2005).
2.1.2Anatomi Fisiologi
Bola mata berdiameter ± 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga
mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Gambar 2.1
menunjukan bagian-bagian yang termasuk ke dalam bola mata, bagian-bagian
tersebut memiliki fungsi berbeda, secara rinci diuraikan sebagai berikut:
a)
Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan
mekanis dan menjadi tempat melekatnya bola mata
b)
Otot-otot : Otot-otot yang melekat pada mata :
1)
muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atas
2)
muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah
c)
Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan
cahaya
d) Badan
Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk
beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor
e)
Iris : Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui
pupil, mengandung pigmen.
f)
Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk
lensa
g)
Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung
sel kerucut
h)
Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian
dalam bola mata
i)
Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola
mata
j)
Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica
fibrosa, tunica vasculosa, dan tunica nervosa.
1)
Tunica Vibrosa
Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar
yang sangat kuat. Sklera berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan
ini terdapat kornea,
yaitu lapisan yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian
memfokuskannya. Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata
sehingga keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu. Pada batas
cornea dan sclera terdapat canalis schlemm yaitu suatu sinus venosus yang
menyerap kembali cairan aquaus humor bola mata.
2) Tunica Vasculosa
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata,
urutan dari depan ke belakang terdiri dari iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid
merupakan lapisan tengah yang kaya akan pembuluh darah, lapisan ini juga kaya
akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris. Coba Anda perhatikan mata orang
Indonesia dengan orang-orang dari Negara barat! Apakah perbedaannya? Tentunya
pada warna. Orang Indonesia biasanya bermata hitam atau coklat, adapun orang
barat biasanya berwarna biru atau hijau. Nah, di bagian irislah terdapatnya
perbedaan ini karena di tempat ini memiliki pigmen warna.
Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang
terletak di belakang kornea tengah. Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan
menyempitnya bagian ini. Coba Anda masuk ke dalam suatu kamar yang gelap
gulita, maka Anda akan berusaha melihat dengan melebarkan mata agar cahaya yang
masuk cukup. Pada kondisi ini disebut dengan dilatasi, demikian sebaliknya jika
Anda berada pada ruangan yang terlalu terang maka Anda akan berusaha untuk
menyempitkan mata karena silau untuk mengurangi cahaya yang masuk yang disebut
dengan konstriksi. Pada sebuah kamera, pupil ini diibaratkan seperti diafragma
yang dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk.
Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk
cakram otot yang disebut Musculus
Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata,
yang selalu bekerja untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda
dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi
apabila seseorang melihat benda dengan jarak yang dekat maka akan memaksa otot
lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang untuk membuat lensa
mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada benda-benda
tersebut.
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat
rongga yang berisi caira bening yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini
dapat memperkokoh kedudukan bola mata
3)
Tunica Nervosa
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian
belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini
lunak, namun tipis, hampir menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina
tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel yang berfungsi untuk menerima cahaya. Di
antara sel-sel tersebut sekitar 100 juta sel merupakan sel-sel batang yang
berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus (kerucut).
Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka pada
sedikit cahaya.
a.
Sel Batang
tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya sehingga
sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel batang ini
mengandung suatu pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin.
Cahaya lemah seperti cahaya bulan pun dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel
batang ini diperlukan untuk penglihatan pada cahaya remang-remang.
b.
Sel Kerucut
atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu iodopsin
yang terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing
sensitif terhadap cahaya merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin
merah, hijau dan biru. Segala warna yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan
mencamputkan ketiga warna tersebut. Sel kerucut diperlukan untuk penglihatan
ketika cahaya terang. Signal listrik dari sel batang dan sel kerucut ini akan
di teruskan melalui sinap ke neuron bipolar, kemudian ke neuron ganglion yang
akan membentuk satu bundel syaraf yaitu syaraf otak ke II yang menembus coroid
dan sclera menuju otak. Bagian yang menembus ini disebut dengan discus opticus,
dimana discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel kerucut, maka
cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga
disebut dengan bintik buta.
Alat-alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata
dan aparatus lakrimalis.
a)
Alis: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang
di atas mata, fungsinya untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat juga
untuk kecantikan.
b)
Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata
atas lebih banyak bergerak dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus
levator pepebrae untuk menarik kelopak mata ke atas (membuka mata). Untuk
menutup mata dilakukan oleh otot otot yang lain yang melingkari kelopak mata
atas dan bawah yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang antara ke-2 kelopak
disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini menentukan “melotot” atau
“sipit” nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut
caruncula lakrimalis yang mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera
(keringat).
c)
Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior
dari kelenjar Meibow. Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata
disebut kelenjar Zeis. Infeksi kelenjar
ini disebut Lordholum (bintit).
d) Apparatus
lacrimalis: terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis
lacrimalis, dan ductus nassolacrimalis.
2.1.3 Etiologi
Sebagian
besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-perubahan
degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan terhadap sinar
matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter berperan dalam
munculnya katarak senilis.
Katarak
dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata, atau
akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus rubella
dapat mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering mengalami
katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata
dan perubahan penanganan dan metabolisme glukosa.
Sebagian
besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik
menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang
akibat katarak.
Sebagian
besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi
virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
a)
Faktor keturunan.
b)
Cacat bawaan sejak lahir.
c)
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d)
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e)
Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus).
f)
Gangguan pertumbuhan.
g)
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu
yang cukup lama.
h)
Rokok dan Alkohol.
i)
Operasi mata sebelumnya dan trauma (kecelakaan) pada
mata.
j)
Ketuaan (Katarak Senilis).
k)
Trauma.
l)
Penyakit mata lain (Uveitis).
m)
Penyakit sistemik (DM).
n)
Defek kongenital (salah satu kelainan herediter sebagai
akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles).
o)
Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
2.1.3 Patofisiologi
Lensa
yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjng dari badan silier ke sekitar
daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnta protein lensa normal terjadi disertai influks air
kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak
biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes melitus,
namun merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen.
Lensa
yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna namapak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan
fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan
pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi.
Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak
biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Secara
umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:
a)
Katarak congenital:
Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi akibat
gangguan perkembangan embrio intrauterin.
b)
Katarak Traumatik :
Merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat trauma
tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior.
c)
Katarak Sekunder
Katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan
kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum
oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
d)
Katarak yang berkaitan dengan usia:
Merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat
3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior
subcapsular. Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan
sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih
dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna,
terutama warna birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa
menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.
Posterior subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa.
Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang,
serta pandangan baca menurun.
Pada
keadaan umum tanpa memperhatiak causa keluhan yang sering ditemukan pada pasien
dengan gangguan katarak adalah sebagai berikut:
a)
Penurunan ketajaman penglihatan, silau dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu.
b)
Pengembunan seperti mutiara keabuanpada pupil sehingga
retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop.
c)
Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari.
d)
Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan,
abu-abu atau putih.
e)
Gatal – gatal pada mata dan air mata mudah keluar
f)
Pada malam hari penglihatan terganggu dan pandangan
kabur yang tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca mata yang
sering berubah.
g)
Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari dan dapat
melihat dobel pada satu mata
h)
Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan
penglihatan seperti berasap.
i)
Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi
semakin sulit dilihat, akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna
putih.
2.1.5 Diagnostik Penunjang
Selain
uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis,
maka A-scan ultrasound (echography)
dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan di lakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000
sel/mm3, pasien merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi
dan implantasi Intra Okuler.
1)
Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem
saraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
2)
Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh
cairan cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau
patologis arteri serebral, gloukoma.
3)
Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (Tekanan
Intra Okuler) normalnya 12-25 mmHg.
4)
Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal
okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa
katarak.
5)
Darah lengkap, laju sedimentasi (Laju Endap Darah), menunjukkan
anemia sistemik atau infeksi.
6)
EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan
untuk memastikan aterosklerosis.
7)
Tes toleransi glukosa, menunjukkan adanya atau kontrol
diabetes (Marilyn E. Doenges,2000)
8)
Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan
lampu slit, dan oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung
sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3,
pasien ini merupakan kandidat untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi
inta okuler (Brunner & Suddarth, 2002)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Pembedahan
dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan penyulit, seperti
glaucoma dan uveitis.
a)
Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti
oleh lensa buatan, atau fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti
oleh aspirasi fragmen dan penggantian lensa.
b)
Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja atau keamanan.
Macam-macam
pembedahan yang dapat dilakukan antara lain:
a)
Ekstraksi katarak intrakapsuler :
Merupakan pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah
zonula dipisahkan, lensa di angkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis.
b)
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler :
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat mata selama pembedahan.
c)
Fakoemulsifikasi
Merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks
lensa menjadi partikel kecil yang lebih pendek dan penurunan insidensi
astigmatisme pasca operasi.
d)
Pengangkatan lensa
Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan
focus mata, maka bila lensa di angkat, pasien memerlukan koreksi optikal.
Koreksi ini dapat dilakukan dengan salah satu metode dari 3 metode yaitu:
1)
Kaca mata apakia : mampu memberikan pandangan sentral
yang baik, namun pembesaran 25% sampai 30% menyebabkan penurunan dan distorsi
pandangan perifer spasial, membuat benda-benda tampakak jauh lebih dekat dari
yang sebenarnya.
2)
Lensa kontak : jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia,
tidak terjadi pembesaran yang bermakna (5% sampai 10%), tidak terdapat aberasi
sferis, tidak ada penurunan lapang pandangan dan tak ada kesalahan orientasi
spasial.
3)
Implan lensa Intraokuler : memberikan alternative bagi
lensa apakia yang tebal dan berat, untuk mengobati penglihatan pasca operasi.
2.1.7 Komplikasi
a)
Endoftalmitis
b)
Edema kornea
c)
Distorsi atau terbukanya luka operasi
d)
Bilik mata depan dangkal
e)
Glaucoma
f)
Uveitis
g)
Dislokasi lensa intraokuler
h)
Perdarahan segmen anterior atau posterior
i)
Ablasio retina
j)
Sisa massa lensa
k)
Robek kapsul posterior
l)
Prolaps vitreous
2.2 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis
2.2.1
Pengkajian
Tahap
ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan hasil dari
tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
a)
Aktifitas Istirahat: Perubahan aktifitas biasanya/hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b)
Neurosensori: Gangguan penglihatan kabur/tak jelas,
sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan
kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia (glukoma akut).
Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan
air mata.
c)
Nyeri/Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair.
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala
d)
Pola aktivitas/istirahat: perubahan aktivitas
biasanya/hoby sehubungan dengan gangguan penglihatan.
e)
Pola nutrisi: Mual/muntah (glaukoma akut)
f)
Pola neurosensory
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap.
Pola penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,
riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitas fenotiazin.
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
1)
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
kehilangan lapang pandang vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan tekanan
intra okuler.
2)
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna
secara terapetik dibatasi
3)
Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi,
prognosis, pengobatan dan penyakitnya berhubungan dengan kuraqng informasi dan
keterbatasan kognitif.
4)
Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan
kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.
5)
Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan
kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.
6)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses
inflamasi luka post operasi
7)
Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan
Tekanan intra okuler, proses inflamasi pembedahan katarak.
8)
Potensial terhadap kurang perawatan diri yang
berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
2.2.3
Intervensi Keperawatan
1)
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
kehilangan lapang pandang vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan tekanan
intra okuler.
Tujuan :
Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
Kriteria hasil :
ü
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
ü
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkan keamanan.
Intervensi
a.
Kaji kemampuan lapang pandang klien dan resiko terhadap
cedera serta kemampuan klien dalam beraktivitas
b.
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi pasca
operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
c.
Berikan posisi yang nyaman pada passion misalnya:
posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
d.
Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membongkok.
e.
Ambulasi dengan bantuan dengan cara anjurkan pada
keluarga untuk membantu dalam pemenuhan activity daily living klien seperti ke
kamarmadii, duduk, makan dll.
f.
Berikan tempat tidu yang nyaman pada pasien dan pasang
pengaman pada tempat tidur seperti guling disisi kanan dan kiri klien atau
pagar pembatas bed.
g.
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
h.
Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri
tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
i.
Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, analgesik.
2)
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna
secara terapetik dibatasi.
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
ü
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan.
ü
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya
dalam lingkungan.
Intervensi :
a.
Kaji tanda-tanda vital klien sesuai program dan
keadaan klien.
b.
Observasi ketajaman penglihatan, dan kajia danya masalah
dalam penglihatan klien
c.
Orientasikan klien tehadap lingkungan yang mudah
dikenal dengan tujuan mempermudah klien belajar beraktivitas.
d.
Observasi tanda-tanda disorientasi seperti mata
kabur dll.
e.
Anjurkan klien menggunakan kacamata katarak yang
tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta
titik mungkin ada.
f.
Anjurkan pada keeluarga untuk membantu klien
dalam beraktivitas
3)
Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi,
prognosis, pengobatan dan penyakitnya berhubungan dengan kuraqng informasi dan
keterbatasan kognitif.
Tujuan :
Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses
penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
ü
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan
alasan tindakan.
Intervensi :
a.
Kaji informasi tentang kondisi individu,
prognosis, tipe prosedur, dan tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
katarak.
b.
Berikan penyuluhan tentang pentingnya perawatan
dan evaluasi pada katarak.
c.
Berikan penyuluhan pada klien dan keluarga
tentang penyakit katarak dan perawatan klien dengan katarak dirumah..
d.
Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat
mata dan masalah medis klien.
e.
Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip,
mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
f.
Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang
aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung.
g.
Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya
evaluasi medis, misal: nyeri tiba-tiba.
4)
Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan
kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.
Tujuan:
Klien pasca operasi tidak mengalami kecemasan akan
penyakitnya setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil:
ü
Menurunkan stress emosional, ketakutan dan
depresi
ü
Penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.
Intervensi:
a.
Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk
menyampaikan penyebab kecemasannya
b.
Orientasika pasien pada lingkungan yang baru.
c.
Berikan penyuluhan tentang operasi katarak dan
poerawatan pasien katarak
d.
Beri penyuluhan klien dan keluarga tentang penyakitnya,
pencegahan dan komplikasi pada pasien katarak.
e.
Jelaskan tentang prosedur pembadahan.
f.
Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti
dalam perawatan pasien.
g.
Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan
pengalihan bila memungkinkan.
5)
Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan
kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
tidak mengalami cedera tak memahami cara pencegahan cedera
Kriteria hasil:
ü
Dapat menurunkan resiko terjadinya cedera.
ü
Dapat beraktivitas tanpa cedera
Intervensi
a.
Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi
pascaoperasi sampai stabil dan sampai mencapai penglihatan dan ketrampilan
koping yang memadai.
Rasional: menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan
atau tidak mempunyai ketrampilan koping untuk kerusakan penglihatan.
b.
Bantu pasien manata lingkungan
Rasional: memfasilitasi kemendirian dan menurunkan resiko cedera
c.
Orientasikan pasien pada ruangan
Rasional: meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
d.
Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kacamata
bila diperlukan.
Rasional: temeng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera.
e.
Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma
Rasional: tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih
lanjut.
f.
Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat
mata.
Rasional: cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.
6)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses
inflamasi luka post operasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
ü
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seprti pada
luka operasi terdapat pus dan kemerahan, oedem.
ü
Tanda–tanda vital dalam batas normalLaboratorium
leukosit, dan hemoglobin normal.
ü
Luka kering dan menunjukan penyembuhan
Intervensi
a)
Observasi tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi
pasien.
Rasional: Tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap perubahan pada
kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi klien
b)
Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan meliputi
adanya kemerahan sekitar luka dan pus pada luka operasi.
Rasional: Adanya kemerahan, oedem, pus, dan rasa panas pada luka
merupakan adanya infeksi pada luka operasi
c)
Lakukan medikasi luka steril/bersih tiap hari.
Rasional: Mensterilkan luka dan menjaga luka agar tetap steril/tidak
infeksi dan cepat sembuh.
d) Pertahankan
tekhnik aseptic antiseptik/kesterilan
dalam perawatan luka dan tindakan keperawatan lainnya.
Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan menghindari infeksi pada luka
operasi.
e)
Jaga personal hygiene pasien.
Rasional: Meningkatkan sterilan pada luka dan personal hygiene klien
f)
Manajemen kebersihan lingkungan pasien.
Rasional: Agar ruangan tetap steril
g)
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
antibiotik
Rasional: Mempercepat penyembuhan luka agar tidak terjadi infeksi.
7)
Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan Tekanan
intra okuler, proses inflamasi pembedahan katarak.
Tujuan:
Diharapkan nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan pada
pasien.
Kriteria hasil:
ü
Nyeri berkurang sampai hilang
ü
Ekspresi wajah klien rileks
ü
Skala nyeri berkurang/0
ü
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi
a)
Monitor tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien
dan jadwal
Rasional: Tanda-tanda vital merupakan
pedoman terhadap perubahan pada kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi
klien
b)
Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan
skala nyeri pasien.
Rasional: Meneggetahui status nyeri
pada klien
c)
Posisikan yang nyaman denga posisi tidur terlentang dan
hindari pergerakan secara tiba-tiba, dan duduk terlalu lama, serta akticitas
secara bertahap
Rasional: Latihan aktivitas bertahan
mengurangi respon nyeri tapi tetap pertahan kenyamanan klien dan mengurangi
rasa nyeri klien
d)
Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri saat nyeri muncul
Rasional: Nafas dalam dan tekhnik
relaksasi mengurangi nyeri secara bertahap dan dapat dilakukan mandiri.
e)
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan massase pada
area abdomen yang nyeri tapi bukan area luka operasi.
Rasional: Relaksasi dan pengalihan
merupakan rasa mengalihkan rasa nyeri dan menciptakan kenyamanan klien
f)
Kolaborasi dengan tim medis dalam program therapy analgetik
Rasional: Program terapi sebagai system kolaboratif dalam menyelesaikan masalah nyeri.
Rasional: Program terapi sebagai system kolaboratif dalam menyelesaikan masalah nyeri.
8)
Potensial terhadap kurang perawatan diri yang
berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan personal hygiene klien
terpenuhi dan tidak terjadi deficit perawatan diri pada klien
Kriteria hasil:
ü
Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
ü
Personal hygiene terjaga
intervensi
a.
Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai
tanda dan gejala koplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter
Rasional: penemuan dan penenganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko
kerusaka lebih lanjut.
b.
Beri instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan
orang yang berarti mengenai tehnik yang benar memberikan obat.
Rasional: pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan
cedera mata.
c.
Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan
Rasional: sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendamping
dan teman dirumah.
d.
Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.
Rasional: memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien dengan Diagnosa Medis Katarak Post Operasi Hari Ke I di ruang
rawat inap THT/Mata Rumah Sakit Umum Daerah Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci
tahun 2011 yang meliputi pokok bahasan: pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
3.1 Pengkajian
Pengkajian Asuhan
Keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Medis Katarak Post Operasi Hari Ke I di
Ruang Rawat Inap THT/Mata Rumah Sakit Umum Daerah Mayjen H.A Thalib Kabupaten
Kerinci, dilakukan pada tanggal 11
Juni 2011 jam 12.00 WIB di ruang THT/Mata RSUD Mayjen H. A Thalib Sungai
Penuh dengan menggunakan metode
pengkajian secara allo dan auto anamnesa.
3.1.1
Biodata
a.
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin :
Laki-laki.
Agama : Islam
Umur : 68 Tahun.
Pendidikan :
SD.
Pekerjaan : Tani
Alamat : Koto Teluk.
Tanggal Masuk RS :
10 Juni 2011.
Tanggal
Pengkajian : 11 Juni 2011
No Register : 090059
Ruang/Kamar : THT/Mata
Golongan Darah :
A.
Tanggal
Pengkajian : 11 Juni 2011.
Diagnosa Medis :
Katarak Post Operasi Hari Ke I
b.
Penanggung Jawab
Nama : Ny. H.
Hub dengan
pasien :
Istri Pasien.
Pekerjaan : Tani.
Alamat : Koto Teluk.
3.1.2
Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, luka terasa
panas dan menusuk selain itu juga klien mengatakan kepala pusing dan nyeri
semakin meningkat terutama saat klien bergerak atau menoleh secara tiba-tiba dan
batuk.
3.1.3
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga klien mengatakan sejak 3 tahun yang lalu klien sering mengeluhkan
pandangan mata kabur dan tidak jelas, mata klien tampak keruh kemudian klien
memeriksakanya pada petugas kesehatan setempat dan dinyatakan klien menderita
katarak. Semakin lama pandangan mata klien semakin kabur dan tidak jelas dan
semakin keruh. Kemudian oleh keluarga diperiksakan ke dokter dan oleh dokter
dianjurkan untuk operasi, kemudian oleh keluarga dibawa kerumah sakit Mayjen
H.A. Thalib Kerinci pada tanggal 10 Juni 2011, kemudian klien menjalani operasi pada tanggal 10 Juni 2011. Dan pada
saat melakukan pengkajian pada klien post operasi pada hari ke 1 yaitu pada
tanggal 11 Juni 2011, didapatkan keluhan/data.
Paliatif : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi yaitu dibagian mata
sebelah kanan, nyeri terasa meenusuk, panas dan terus menerus nyeri semakin
meningkat saat klien bergerak secara tiba-tiba, duduk dan batuk.
Quality : Klien mengatakan nyeri terasa menusuk, pedih dan panas, nyeri
terasa semakin sakit saat klien bergerak dan batuk terutama saat klien duduk
selain itu klien mengatakan mata terasa panas dan pedih serta ada sesuatu yang
menganjal.
Region : Klien mnegeluhkan nyeri terasa di luka operasi yaitu di mata
sebelah kanan, dan nyeri menjalar sampai ke kepala, telinga dan punggung.
Severity : Kelurga klien mengatakan saat ini tidak dapat beraktivitas
karena nyeri terutama saat nyeri kambuh klien tidak mampu untuk bergerak dan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum dan BAK serta BAB
klien dibantu oleh keluarga, kondidi klien masih lemah dank lien dianjurkan
untuk bedrest total.
Time :
Klien mengatakan nyeri muncul setiap saat terutama saat klien bergerak dengan
tiba-tiba dan batuk.
3.1.4
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan menderita Katarak sejak 3 tahun yang
lalu, selain itu klien juga klien sering menderita batuk dan pilek dan untuk
mengobatinya klien membeli obat diwarung dan periksa ke petugas kesehatan
setempat. Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat dan belum pernah
menjalani operasi terutama dengan penyakit yang sama (katarak). Klien juga
mengatakan sebelumnya klien tidak pernah dan tidak ada riwayat alergi terhadap
makanan dan obat-obatan dan klien tidak menderita penyakit degenerative seperti
hipertensi, diabetes mellitus, jantung dll.
3.1.5
Riwayat Penyakit Keluarga
a. Orang
tua
Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami riwayat
penyakit yang sama yang diderita klien saat ini yaitu katarak dan keluarga
klien juga tidak ada yang mengalami penyakit menular seperti hepatitis dan
alergi terhadap makanan apapun. Tetapi menurut klien kakek klien dahulu juga
pernah menderita katarak tapi tidak dioperasi karena keterbatasan fasilitas
pada saat itu. Dan tidak ada juga yang mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus, stroke dan hipertensi.
b. Genogram
:
|
Keterangan
:
:
Laki-laki :
Anak Kandung
: Perempuan : Klien
:
Meninggal ------ :
Tinggal dalam 1 rumah
3.1.6
Riwayat/Keadaan Psikososial
a.
Bahasa Yang Digunakan
Dalam
kehidupan sehari-hari klien dan keluarga dalam berkomunikasi dan bergaul
terbiasa menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa daerah kerinci (Koto teluk).
b.
Persepsi Klien Tentang Penyakitnya
Klien
menganggap bahwa sakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan dan klien berharap
cepat sembuh. Dan klien mengatakan bahwa dilingkungan keluarga selalu menjaga
kesehatan anggota keluarga dengan baik dan bila ada anggota keluarga yang sakit
selalu memeriksakan kesehatannya ke dokter dan petugas kesehatan terdekat.
Seperti saat ini klien katarak dan keluarga berusaha mengobati klien hingga
klien bisa dioperasi.
c.
Konsep Diri
b.
Body Image
Klien mengatakan menerima kondisi sakitnya karena klien mengatakan, klien
bahwa klien menerima kondisi sakitnya dengan sabar dan keluarga menganggap ini
adalah ujian dan ia bersabar dalam menghadapi masalah ini.
c.
Ideal Diri
Klien berharap agar cepat sembuh dan segera pulang dan beraktivitas
kembali sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah untuk keluarga dan
istrinya.
d.
Harga Diri
Klien menganggap bahwa kondisi sakitnya saat ini adalah cobaan bagi klien
dan klien tidak merasa minder dengan kondisinya saat ini karena keluarga klien selalu mensuport klien, dan klien pasti
dapat sembuh kembali dan sehat seperti sebelum sakit.
e.
Peran
Klien mengatakan bahwa ia adalah bahwa dia adalah seorang yang berusia 68
tahun berperan sebagai suami dari seorang istri dengan dua orang anaknya dan 3
orang cucu dari anak pertamanya.
f.
Identitas Diri
Klien mengatakan bahwa ia sebagai seorang suami yang bekerja sebagai petani
yang sehari-hari mencari nafkah dengan menanam sayuran, padi dan menjadi buruh
disekitar rumahnya.
4.
Keadaan Emosi
Status
emosi klien stabil dibuktikan dengan saat dilakukan pengkajian ketika penulis
mengajukan pertanyaan klien sanganat kooperatif menjawab pertanyaan penulis
tetapi kata-kata klien kadang-kadang terhenti karena klien merasakan nyeri pada
mata kanannya.
a.
Perhatian Terhadap Orang Lain/Lawan Bicara
Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian dan selalu menjawab
pertanyaan penulis denga menjabarkannya/menjelaskan dank lien menceritakan
tentang kondisi sakitnya dengan menyampaikan keluhannya pada penulis
kadang-kadang taanpa diminta/ditanya, walaupun terkadang kata-kata klien
terhenti karena klien merasakan nyeri pada mata kanannya.
b.
Hubungan Dengan Keluarga
Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya hubungan keluarga klien
terjalin baik dan saling memperhatikan satu sama lainnya termasuk apabila ada
anggota keluarga yang sakit keluarga yang lain ikut mendukung untuk mendapatkan
kesembuhan dengan berobat.
3.1.7
Pemeriksaan Fisik
1.
|
Keadaan Umum
|
:
|
Keadaan umum klien lemah, tampak seperti menahan
sakit pada luka operasi dan klien tampak bedrest total menghindari pergerakan
secara tiba-tiba karena nyeri pada luka operasi, klien bedrest total.
|
|||||||||
2.
|
Kesadaran
|
:
|
GCS 15 (Respon buka mata 4, mata kanan klien tertutp
kasa steril, Respon motorik 5 dan Respon verbal 6), Tingkat kesadaran Compos
mentis.
|
|||||||||
3.
|
Kepala
|
:
|
|
|||||||||
|
a) Rambut
|
:
|
Rambut
klien pendek, warna hitam ditumbuhi uban, pertumbuhan kurang merata ada
sedikit kebotakan, dikulit kepala tidak terdapat luka.
|
|||||||||
|
b) Mata
|
:
|
Mata kiri isokor, konjungtiva mata ananemis dan sclera mata anikhterik
sedangkan mata kanan terdapat oedem palpebral, mata tampak merah terdapat
jahitan halus pada kornea jahitan sebanyak 5 simpul dan mata kanan tertutup
kasa steril.
|
|||||||||
|
c) Telinga
|
:
|
Letak
simetris, tidak ada serumen, dapat berfungsi dengan baik dan tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
|
|||||||||
|
d) Hidung
|
:
|
Simetris,
tidak ada polip hidung, fungsi pernafasan baik, tidak terjadi sesak nafas,
tidak tampak tumpukan sekret dan tidak terdapat masalah dalam pola nafas,
frekuensi pernafasan 20x/menit
|
|||||||||
|
e) Mulut
|
:
|
Mukosa
bibir kering, tidak ada stomatitis. Jumlah gigi kurang lengkap 30 buah, warna
agak kuning, nafas agak bau, lidah agak kotor, warna merah muda.
|
|||||||||
|
f) Leher
|
:
|
Tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada peningkatan Jugularis Vena Perifer
dan teraba nadi karotis 84 x/menit
|
|||||||||
4.
|
Thorax
|
:
|
Bentuk simetris
pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak lesi pada kulit dan tidak ada
pembengkakan dada.
|
|||||||||
|
a) Paru-Paru/Pulmo
|
|
|
|||||||||
|
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
|
: Permukaan dada
simetris, permukaan dada kiri/sinistra sama dengan permukaan dada
kanan/dextra, Pernafasan normal frekuensi 20x/menit.
: Fokal fremitus
kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra, fokal resonan kiri/sinistra sama
dengan kanan/dextra.
: Suara paru sonor.
: Bunyi nafas vesikuler
dan tidak terdengar suara nafas tambahan seperti wheezing, ronkhi, krekels
dan ralles
|
||||||||||
|
b) Jantung/Cardio
|
|
|
|||||||||
|
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
|
: Terlihat ictus cordis berdenyut halus di intercosta
6
: Teraba ictus cordis di
intercosta ke 4-5-6 sebelah kiri.
: Batas jantung jelas,
kesan tidak ada pembesaran jantung
: Terdengar bunyi
jantung suara 1 (lub) tunggal dan bunyi jantung suara 2 (dub) tunggal dan
tidak terdengan mur-mur pada semua lapang dada sebelah kiri.
|
||||||||||
5.
|
Abdomen
|
|
|
|||||||||
|
Inspeksi
Auakultasi
Perkusi
Palpasi
|
: Permukaan abdomen simetris kanan dan kiri,
tidak ada ascitas dan tidak terdapat lesi pada abdomen
: Bising usus kurang lebih
12x / menit.
: Suara Tympani.
: Tidak terdapat nyeri tekan pada semua lapang
abdomen dan tidak terdapat pembesaran pada hepar dan ginjal.
|
||||||||||
6.
|
Ekstremitas
|
|
|
|||||||||
|
a) Ekstremitas
atas
Fungsi ekstremitas atas normal dan dapat
berfungsi dengan baik dan tidak menggunakan alat bantu dan ekstremitas
sebelah kanan terpasang Infus RL dengan infuset makro, 12 tetes/menit keadaan
infus baik tidak terdapat oedem pada area yang terpasang infus dan tidak ada
nyari infus terpasang hari ke 2.
b) Ekstremitas
bawah
Ekstremitas bawah tidak terdapat kelainan dan dapat
berfungsi dengan baik hanya saja klien tidak mau banyak bergerak karena
terasa nyeri pada luka operasi semakin meningkat ketika bergerak.
c) Skala
kekuatan otot
|
|||||||||||
7.
|
Vital sign
|
|
|
|||||||||
|
TD
|
: 150/90 mmHg
|
S : 368 o C
|
|||||||||
|
N
|
: 84 x / menit
|
RR : 20 x/menit
|
|||||||||
3.1.8 Pola Kebiasaan Sehari – Hari
Tabel. 3.1. Pola aktivitas/kebiasaan sehari-hari
No
|
Pola Kebiasaan
|
Sebelum Sakit
|
Selama Sakit
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Pola Nutrisi Dan Metabolik
|
Klien mengatakan dirumah biasa
makan 3x sehari porsi 1 piring kadang lebih, dengan jenis menu nasi putih,
sayur-sayuran dan laku. Klien mengatakan tidak ada makanan yang di
hindarinya/tidak di sukainya, dan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan
|
Klien mengatakan selama di
rumah sakit pola makanya klien tidak bisa makan banyak, hanya dapat makan
makanan lunak atau bubur yang dianjurkan diet rumah sakit dengan diet bubur
tinggi kalori tinggi protein, klien mengatakan tidak nafsu makan karena sakit
dan nyeri pada mata kanan semakin meningkat saat mengunyak makanan keras,
makan siang ini klien hanya menghabiskan seperempat porsi diet dari rumah
sakit, Sehari klien minum air sebanyak kurang lebih 5 gelas @100cc.
|
2
|
Pola Eliminasi BAB
|
Klien mengatakan dirumah BAB 1x sehari.
Kadang-kadang 2x dalam sehari. Konsistensi lunak, warna coklat, bau khas
feaces dan tidak ada masalah dalam BAB
|
Klien selama 3 hari ini klien
belum BAB, klien belum BAB karena kurang gerak dan kurang makanan berserat
selain itu juga karena klien merasa takut mengejan saat BAB karena nyeri
semakin terasa saat mengejan hingga klien belum BAB.
|
3
|
Pola Eliminasi BAK
|
Klien mengatakan sebelum
mondok dirumah sakit dalam sehari
kencing 5 – 6x, warna urin kuning jernih, bau khas urin dan tidak
masalah dalam kebiasaan eliminasi pasien
|
Klien mengatakan sebelum
mondok dirumah sakit dalam sehari
kencing 5 – 6x, warna urin kuning jernih, bau khas urin. Klien selama
dirumah sakit BAK dengan menggunakan pispot dibantu oleh keluarga klien
karena jika duduk dan berjalan klien merasakan nyeri semakin meningkat.
|
4
|
Pola Istirahat dan Tidur
|
Klien mengatakan dirumah dalam
sehari tidur + 10 jam siang + 2 jam dan 8 jam, klien lebih
banyak tidur pada malam hari. Dan tidak ada masalah dalam pola tidur klien
dirumah.
|
Selama sakit klien mengatakan
kurang bisa tidur, sering terbangun terutama pada malam hari karena nyeri
serng terasa dan suasana yang sepi.
|
5
|
Pola Aktivitas Sehari-hari
Mobilisasi
|
Sebelum sakit klien biasa
beraktivitas sebagai petani dan tidak terdapat masalah dalam pemenuhan
kebutuhan activity daily living
klien seperti makan, mandi dan yang lainnya.
|
Keluarga klien mengatakan
klien tidak bisa beraktivitas sendiri. Klien takut bergerak dan melakakukan
aktivitas karena nyeri dan cemas/ketakutan yang berlebihan terhadap luka
operasinya. Untuk pemenuhan Activity
daily living seperti makan, minum kebersihan dan alih posisi klien
dibantu oleh keluarga dan perawat.
|
6
|
Kebersihan Diri
|
Klien mengatakan dapat
melakukan aktivitas dan personal hygiene mandiri, mandi sehari 2X
kadang-kadang lebih.
|
Untuk pemenuhan kebersihan
diri klien dilakukan oleh keluarga klien dengan cara dilap dengan menggunakan
washlap dan air hangat setiap pagi dan sore.
|
3.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan
laboratorium tanggal 11 Juni 2011 didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 3.2. Pemeriksaan penunjang laboratorium
No
|
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
1
|
Hemoglobin
|
10,8 gr/dl
|
12 – 14 gram/dl
|
2
|
Leukosit
|
11.400/ul
|
5.000 – 10.000/ul
|
3
|
Hemetokrit
|
39%
|
37 – 43 %
|
4
|
Laju endap darah
|
25 mm/jam
|
0 – 15 mm/jam
|
5
|
Blooding time (BT)
|
2 menit
|
1 – 3 menit
|
6
|
Clothing time (CT)
|
4 menit
|
2 – 6 menit
|
7
|
Golongan darah
|
A
|
|
Program
Therapy/pengobatan pada tanggal 11 Juni 20011 yang didapatkan klien adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2. Pemeriksaan penunjang laboratorium
No
|
Therapy
|
Dosis
|
Rute
|
Efek
|
1
|
CendoCytrol Tetes maata
|
2 tetes/6Jam
|
Topical
|
Antibiotic
|
2
|
Asamefenamat Tablet
|
500mg/8Jam
|
Oral
|
Analgetik
|
3
|
Ciprofloxacine Tablet
|
500mg/12Jam
|
Oral
|
Antibiotic
|
3.1.10 . Analisa Data
Tabel. 3.3. Analisa data
No
|
Data Fokus
|
Etiologi
|
Problem
|
||||||
1
|
Data subyektif:
-
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi yaitu dimata
sebelah kanan, nyeri terasa menusuk
-
Klien mengatakan mata kanan terasa pedih dan panas.
-
Klien mengatakan nyeri menjalar ke kepala terasa
pusing.
-
Pada pengkajian nyeri, saat di berikan pilihan
rentang nyeri 1–10 pasien mengungkapkan skala nyerinya 6.
Data obyektif:
-
Ekspresi wajah klien tampak menahan nyeri.
-
Pasien tampak memegangi bagian mata kanan dan tampak
hati–hati dalam melakukan pergerakan.
-
Pada mata kanan post operasi ekstraksi lensa mata
terdapat jahitan halus pada korrnea mata jumlh 5 simpul, oedem pada palpebral
kanan dan mata kanan tertutup kasa steril.
-
Tanda–tanda vital:
TD : 150/90 mmHg
N : 84 x / menit
RR :
20 x / menit
S : 368oC
|
Kekeruhan
pada lensa mata
Proses
pembedahan/ ekstraksi lensa mata
Peningkatan
tekanan intraokuler
Proses
inflamasi
Peningkatan
Nociceptor/ rangsang nyeri
Nyeri
akut
|
Gangguan Rasa Nyaman nyeri
|
||||||
2
|
Data subyektif:
-
Klien mengatakan takut bergerak dan beraktivitas
karena mata kanan akan terasa nyeri saat beraktivitas
-
Klien meengatakan saat begerak dan batuk mata kanan
pusing dan nyeri
-
Keluarga klien mengatakan semua aktivitas klien
seperti makan, minum dan kebersihan diri dibantu oleh istri klien.
Data Obyektif:
-
Pasien tampak bedrest total setelah operasi katarak.
-
Skala kekuatan otot pada semua ekstremitas bawah 5,
tetapi klien dianjurkan untuk bedrest.
-
Untuk memenuhi ADLnya pasien dibantu oleh keluarga
dan perawat.
|
Peningkatan
tekanan intraokuler
Peningkatan
rangsang nociceptor
Nyeri
Ketakutan
bergerak
Malaise
Keterbatasan
rentang gerak
Intolerasi
|
Intoleransi Aktivitas
|
||||||
3
|
Data subyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata kabur dan apabila
balutan mata kanan dibuka terasa silau
-
Klien mengatakan apabila melihat kadang bayangan
terasa /terlihat ganda sehingga klien suli mengenali benda-benda disekitar klien.
Data obyektif:
-
Kliien melihat jelas dengan satu mata yaitu mata
sebelah kiri.
-
Pada mata kanan post operasi katarak, pada lensa mata
terdaapat jahitan sebnayak 5 simpul, terdapat oedem palpebral, dan mata
merah. Mata kanan tertutup kasa steril.
-
Klien sulit mengenali warna dan terkadang orang
disekitarr klien.
-
Klien dibatasi aktivitasnya hanya boleh bedrest
diruangan.
|
kekeruhan
lensa mata
Proses
Operasi
Penggantian
lensa pada mata
Gangguan
penerimaan sensori/status indra
penurunan
lapang pandang
pandangan
tidak jelas/silau
Gangguan
persepsi sensori penglihatan
|
Gangguan persepsi
sensori-perseptual penglihatan
|
||||||
4
|
Data subyektif:
-
Klien mengatakan kurang bisa tidur karena nyeri
sering muncul pada mata kanan
-
Keluarga klien mengatakan klien sering terbangun pada
malam hari karena sering mengeluhkan nyeri muncul hingga kepala klien terasa
pusing.
-
Klien mengatakan sulit tidur karena suasana rumah
sakit yang bising
Data Obyektif:
-
Klien tampak pucat dan mata merah sebelah kiri.
-
Klien hanya tidur 5 jam pada malam hari.
-
Suasana rumah sakit yang bising.
-
Mata kanan tertutup kasa steril
|
Peningkatan
tekanan intraokuler
Nyeri
Ketidak
nyamanan
Tidak
mampu memasuki fase NREM
Fase
tidur tidak bisa mancapai tahap REM
Tidur
tidak lampias
Gangguan
pola istirahat tidur
|
Gangguan pola istirahat tidur
|
||||||
5
|
Data subyektif:
-
Pasien mengatakan mata kanan terasa panas dan pedih.
Data obyektif:
-
Pada mata kanan post operasi katarak, pada lensa mata
terdaapat jahitan sebnayak 5 simpul, terdapat oedem palpebral, dan mata
merah. Mata kanan tertutup kasa steril.
-
Pemeriksaan leukosit: 11.400/ul.
-
Suhu : 368oC
|
Trauma
jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif
Adanya
proses inflamasi luka post operasi
Terpapar
organisme luar
Oedem
pada palpebra
Resiko
infeksi
|
Resiko Tinggi Infeksi
|
||||||
6
|
Data Obyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata kabur dan ganda
-
Klien mengatakan apabila mata kanan dibuka pandangan
silau.
-
Klien mengatakan takut bergerak karena takut jatuh
-
Klien mengatakan saat bergerak merasa pusing.
Data Obyektif:
-
Klien tampak cemas beraktivitas
-
Mata kanan klien tertutup kasa steril sehingga klien
melihat dengan satu mata.
-
Bed/tempat tidur rumah sakit yang tanpa
pengaman/pagar bed sehingga memungkinkan dapat membahayakan klien.
|
Perdarahan intarokuler
Peningkatan tekanan intraokuler
Gangguan
penerimaan cahaya
Penurunan
lapang pandang
Tidak mampu melihat bahaya
Resiko
cedera
|
Resiko Tinggi Cedera
|
3.2. Prioritas Masalah Keperawatan/ Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian dan melakukan analisa data pada klien An. A
dengan diagnosa katarak post operasi hari ke I, kemudian penulis dapat
menegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1)
Gangguan Rasa Nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraokuler, dan akibat penggantian lensa mata proses inflamasi luka
operasi ditandai dengan nyeri pada mata sebelah kanan skala nyeri 6, ekspresi
wajah klien tampak menahan nyeri, klien tampak berhati–hati dalam melakukan
pergerakan terutama untuk duduk dan menoleh, pada mata kanan post operasi
ekstraksi lensa mata terdapat jahitan halus pada kornea mata jumlah 5 simpul,
oedem pada palpebral kanan dan mata kanan tertutup kasa steril dan tanda–tanda
vital: Tekanan darah: 150/90 mmHg, Nadi: 84 x / menit, Respirasi: 20 x / menit,
Suhu: 368 oC
2)
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna
secara terapetik dibatasi ditandai dengan pandangan mata klien kabur dan
apabila balutan mata kanan dibuka terasa silau, klien mengatakan apabila
melihat kadang bayangan terasa /terlihat ganda sehingga klien sulit mengenali
benda-benda disekitar klien dan klien melihat jelas dengan satu mata yaitu mata
sebelah kiri, pada mata kanan post operasi katarak, pada lensa mata terdaapat
jahitan sebanyak 5 simpul, terdapat oedem palpebra, dan mata merah. Mata kanan
tertutup kasa steril, klien dibatasi aktivitasnya hanya boleh bedrest
diruangan.
3)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraokuler dan adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan
bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive ditandai dengan klien
mengatakan takut bergerak karena nyeri meningkat saat bergerak, klien tampak
lemah dan bedrest, dan semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
4)
Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan
peningkatan respon rangsang nyeri (nociceptor) akibat dari adanya prosedur
infasive operasi dan peningkatan tekanan intraokuler ditandai dengan klien
mengatakan kurang bisa tidur terutama pada malam hari, sering terbangun pada
malam hari karena sering mengeluhkan nyeri muncul pada mata sebelah kanan dan
pusing, klien tampak pucat dan mata merah, klien hanya tidur 5 jam pada malam
hari dan suasana rumah sakit yang bising.
5)
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan
lapang pandang vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan tekanan intra
okuler ditandai dengan pandangan mata kabur, ganda dan silau. klien mengatakan
takut bergerak karena takut jatuh, klien mengatakan saat bergerak merasa
pusing. Klien tampak cemas beraktivitas, mata kanan klien tertutup kasa steril
sehingga klien melihat dengan satu mata, bed/tempat tidur rumah sakit yang
tanpa pengaman/pagar bed sehingga memungkinkan dapat membahayakan klien
6)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses
inflamasi luka post operasi ditandai dengan klien mengatakan luka terasa panas
dan pedih, dan pada mata kanan post operasi katarak, pada lensa mata terdaapat
jahitan sebanyak 5 simpul, terdapat oedem palpebra, dan mata merah. Mata kanan
tertutup kasa steril. Pemeriksaan leukosit: 11.400/ul dan Suhu : 368 oC
3.3.
Implementasi
Keperawatan/ Catatan Keperawatan
Tabel. 3.5. Implementasi Keperawatan/Catatan
Keperawatan
Nama
|
: Tn. A
|
Ruang
|
: THT/Mata
|
Umur
|
: 68 tahun
|
Diagnosa
|
: Katarak Post Operasi hari ke I
|
No
|
Hari
Tanggal/Jam
|
No
Dx
|
Implementasi
|
Hasil/Respon
Evaluasi Sumatif
|
Paraf
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
|
Sabtu
11Juni 2011
12.30wib
|
I
|
a)
Mengukur tanda–tanda vital, mengkaji skala dan
kwalitas nyeri.
b)
Memberikan posisi yang nyaman pada pasien,
menganjurkan pasien untuk nafas dalan untuk mengurangi nyeri
|
Subyektif:
-
Pasien mengatakan nyeri pada mata sebelah kanan
terasa seperti ditusuk-tusuk dan ngilu dan kepala pusing.
-
Pada pengkajian nyeri ditanya tentang nyerinya klien
menjawab didapatkan data skala nyeri 6.
Obyektif:
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD:150/90mmHg,
Nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, Suhu 368 oC.
|
|
2
3
|
Sabtu
11Juni 2011
13.30wib
Sabtu
11Juni 2011
13.30wib
|
II
|
a)
Mengkaji tanda-tanda vital klien.
b)
Mengobservasi ketajaman
penglihatan, dan kaji adanya masalah dalam penglihatan klien
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata kabur dan apabila
balutan mata kanan dibuka terasa silau
Data obyektif:
-
Klien melihat jelas dengan satu mata yaitu mata
sebelah kiri.
-
Klien sulit mengenali warna dan terkadang orang
disekitarr klien.
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD:150/90mmHg,
Nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, Suhu 368 oC.
|
|
4
|
Sabtu
11 Juni 2011
12.30wib
|
II
|
a. Mengobservasi
tanda-tanda disorientasi seperti mata kabur dll.
b. Menganjurkan
klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan apabila melihat kadang bayangan
terasa /terlihat ganda sehingga klien suli mengenali benda-benda disekitar
klien.
Data
obyektif:
-
Klien sulit mengenali warna dan terkadang orang
disekitar klien.
-
Klien dibatasi aktivitasnya hanya boleh bedrest
diruangan.
|
|
5
6
|
Sabtu
11 Juni 2011
13.30wib
Sabtu
11 Juni 2011
15.00wib
|
I
|
a)
mengajarkan nafas dalam untuk menguraggi nyeri
b)
kolaborasi pemberian therapy tetes mata cindo cytrol
dan menganjurkan klien minum obat oral
|
Subyektif:
-
Pasien mengatakan setelah melakukan nafas dalam
berulang-ulang nyeri sedikit berkurang.
-
Pasien mengatakan setelah ditetes mata, mata terasa
pedih
Obyektif:
-
Tampak pasien melakukan nafas dalam ekspresi wajah
sedikit lebih rileks.
-
Cindo Cytrol tetes mata 2 tetes.
|
|
7
|
Sabtu
11 Juni 2011
15.00wib
|
III
|
a)
Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan takut bergerak karena nyeri pada pada
mata kanan dan terasa pusing
Obyektif:
-
Klien belum berani banyak bergerak dan pemenuhan
kebutuhannya dibantu oleh keluarga
|
|
8
|
Sabtu
11 Juni 2011
15.00wib
|
III
|
a)Membantu klien dalam memilih
posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
b)
Berpartisipasi klien dalam semua aktifitas sesuai
kemampuan individual.
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan apabila berbaring merasa nyaman dan
berani bergerak sedikit-sedikit
Obyektif:
-
Klien mulai mau bergerak dan belajar beraktivitas
misalnya minum sendiri.
|
|
9
|
Sabtu
11 Juni 2011
16.30wib
|
IV
|
a)
Mengkaji ulang pola tidur pasien
b)
Mengidentifikasi penyebab kesulitan tidur pasien dan
masalah dalah pola istirahat tidur
|
Subyektif:
-
Keluarga klien mengatakan, klien sering terbangun
tidurnya terutama malam hari karena nyeri muncul dan sering menangis
Obyektif:
-
Tidur klien belum cukup dan klien terlihat sering
menangis malam karena nyari muncul
|
|
10
11
|
Sabtu
11 Juni 2011
16.30wib
Sabtu
11 Juni 2011
16.30wib
|
V
|
a)
Mengkaji kemampuan lapang pandang klien dan resiko
terhadap cedera serta kemampuan klien dalam beraktivitas
b)
mengobservasi apa yang terjadi tentang kondisi pasca
operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
|
Data
Obyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata kabur dan ganda dan apabila
mata kanan dibuka pandangan silau.
-
Klien mengatakan takut bergerak karena takut jatuh
-
Klien mengatakan saat bergerak merasa pusing.
Data
Obyektif:
-
Klien tampak cemas beraktivitas dan mata kanan klien
tertutup kasa steril sehingga klien melihat dengan satu mata.
-
Bed/tempat tidur rumah sakit yang tanpa
pengaman/pagar bed sehingga memungkinkan dapat membahayakan klien.
|
|
12
13
|
Sabtu
11 Juni 2011
18.00wib
Sabtu
11 Juni 2011
08.45wib
|
VI
|
a)
Mengukur tanda–tanda vital pasien, dan mengkaji
adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan pada mata kanan pasca operasi
b)
Melakukan penggantian kasa bersih/steril
|
Subyektif:
-
Klien mata kanan masih terasa nyeri, panas dan pedih
Obyektif:
-
Mata kanan tertutup kasa steril dan tampak oedem pada
palpebra dan mata merah dan tertutup kasa steril
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital:TD: 150/90mmHg,
Nadi 84x/menit, dan respirasi 20x/menit, Suhu 368 oC.
|
|
14
|
Minggu
12 Juni 2011
08.45wib
Minggu
12 Juni 2011
09.20wib
|
I
|
a.
Mengajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas
dalam untuk mengurangi nyeri saat nyeri muncul
b.
Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan pengalihan
dengan mengajak klien bercerita saat nyeri muncul dan nafas dalam
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan nyeri masih terasa, tetapi dengan
nafas dalam secara perlahan-lahan dan berulang kali nyeri berngsur-angsur
berkurang
Obyektif:
-
Klien mencoba malakukan nafas dalam.
-
Ekspresi wajah sedikit lebih rileks
-
Tampak keluarga mendampingi klien nafas dalam
|
|
15
|
Minggu
12 Juni 2011
09.20wib
Minggu
12 Juni 2011
09.45wib
|
II
|
a.
Mengobservasi ulang tanda-tanda disorientasi
seperti mata kabur dll.
b.
Anjurkan pada keeluarga untuk membantu klien
dalam beraktivitas.
c.
Menganjurkan keluarga untuk memasang pengaman
pada sebelah kanan kiri tempat tidur, misanya dengan menaruh bantal guling
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan takut bergerak karena nyeri pada
pada mata kanan dan terasa pusing
-
Klien mengatakan mulai latihan bergerak dengan
bantuan keluarga dan perawat
Obyektif:
-
Klien belum berani banyak bergerak dan pemenuhan
kebutuhannya dibantu oleh keluarga.
-
Keluarga mengatakan setiap pagi membantu klien
bergerak perlahan dan memasang bantal guling disisi kanan dan kiri pasien
|
|
16
17
|
Minggu
12 Juni 2011
09.20wib
Minggu
12 Juni 2011
09.20wib
|
III
|
a.
Memberikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah
baring.
b.
Membantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan
kebutuhan
|
Subyektif:
-
Keluarga klien mengatakan klien mulai mau belajar
beraktivitas mandiri seperti makan dan minum sendiri dan berani duduk
sendiri.
Obyektif:
-
Klien mau beraktivitas secara bertahap.
-
Kecemasan klien mulai berkurang dan tampak lebih
rileks
|
|
18
19
|
Minggu
12 Juni 2011
10.00wib
Minggu
12 Juni 2011
10.00wib
|
IV
|
a)
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan
membatasi pengunjung dan mengurangi kebisingan
b)
Ajarkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam sebelum
tidur saat nyeri muncul
c)
Anjurkan pasien berdoa terlebih dahulu sebelum tidur
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan apabila suasana tidak bising bisa
tidur nyenyak
-
Ibu klien mengatakan anaknya masih sering terbangun
malam hari dan menangis tapi masih bisa tidur dan klien mau berdo’a sebelum
tidur.
Obyektif:
-
Klien masih terbangun malam tapi nyeri mulai
berkurang.
-
Klien tampak berdo’a
|
|
20
|
Minggu
12 Juni 2011
10.00wib
|
V
|
a.
Menganjurkan klien untuk membatasi aktifitas seperti
menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
b.
Membantu klien melakukan ambulasi dengan bantuan
dengan cara anjurkan pada keluarga untuk membantu dalam pemenuhan activity
daily living klien seperti ke kamar mandi, duduk, makan dll.
|
Data
Obyektif:
-
Klien mengatakan apabila mata kanan dibuka pandangan
silau.
-
Klien mengatakan takut bergerak karena takut jatuh
Data
Obyektif:
-
Klien tampak cemas beraktivitas
-
Mata kanan klien tertutup kasa steril sehingga klien
melihat dengan satu mata.
-
Tempat tidur klien disisi kiri dan kanan dipasang
bantal guling oleh keluarga
|
|
21
|
Minggu
12 Juni 2011
11.00wib
|
VI
|
a)
Menjaga prinsip steril dan aseptik antiseptik dalam
setiap melakukan tindakan keperawatan dengan mencuci tangan setiap sebelum
dan sesudah melakukan tindakan keparawatan.
b)
Mengukur tanda-tanda vital dan mengganti perban
steril mata kanan klien dengan prinsip bersih/steril.
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan mata masih terasa nyeri tapi tidak
panas dan nyeri mulai sedikit berkurang
Obyektif:
-
Tanda-tanda vital: TD: 150/90 mmHg, nadi 84x/menit,
respirasi: 20x/menit, dan Suhu tubuh klien: 37oC
-
Mata kanan masih merah dan terdapat jahitan halus
dengan 5 simpul, oedem palpebra sedikit berkurang dan mata kanan tertutup
kasa steril.
|
|
22
|
Senin
13Juni 2011
08.30wib
|
I
|
a)
Mengkaji ulang status nyeri pasien dengan menanyakan
kwalitas dan skala nyeri pasien
b)
Mengakaji tanda-tanda vital klien
|
Subyektif:
-
Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, nyeri tidak
menusuk-nusuk lagi, skala nyeri 1
Obyektif:
-
Pasien tampak rileks.
-
Tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 140/90mmHg, nadi:
84x/menit, respirasi: 20x/menit, Suhu: 37oC
|
|
23
24
|
Senin
13 Juni 2011
08.30wib
Senin
13Juni 2011
08.45wib
|
II
|
a.
Kaji tanda-tanda vital klien sesuai program
dan keadaan klien.
b.
Observasi ketajaman penglihatan, dan kaji adanya
masalah dalam penglihatan klien.
c.
Orientasikan klien tehadap lingkungan yang
mudah dikenal dengan tujuan mempermudah klien belajar beraktivitas.
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan mata kanan sudah bisa melihat tetapi
kadang masih kabur dan pandangan silau
-
Klien mengatakan apabila mengguanakan kaca mata
secara bertahap maka pandangan mata tidak silau
Obyektif:
-
Klien melatih melihat dengan kedua matanya.
-
Perban steril pada mata bagian kanan sudah mulai
dilatih untuk dibuka.
-
Klien menggunakan kacamata khusus post operasi
katarak sebagai latihan secara bertahap mengembalikan fungsi penglihatannya.
-
Oedem palpebral mulai berkurang.
|
|
25
|
Senin
13 Juni 2011
08.30wib
|
III
|
a.
Menganjurkan klien dan berpartisipasi bersama klien
dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual.
b.Menganjurkan, memberikan dukungan
dan bantuan seperlunya keluarga/orang
pada terdekat klien dalam aktivitas
klien
|
Subyektif:
-
Keluarga klien mengatakan klien mulai mau berjalan
dan bangun sendiri dan kekamar mandi sendiri.
-
Klien mengatakan mulai tidak takut beraktivitas dan
nyeri mulai beerkurang.
Obyektif:
-
Klien mampu beraktivitas mandiri
-
Klien tidak cemas lagi
|
|
26
27
|
Senin
13 Juni 2011
08.30wib
Senin
13 Juni 2011
08.50wib
|
IV
|
a)
Mengidentifikasi ulang penyebab kesulitan tidur
pasien dan masalah dalah pola istirahat tidur
b)
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan
membatasi pengunjung dan mengurangi kebisingan
c)
Ajarkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam sebelum
tidur saat nyeri muncul
|
Subyektif:
-
Keluarga klien mengatakan klien seudah mulai tidur
nyenyak dan tidak sering terbangun lagi karena nyeri sudah berkurang.
-
Ibu klien mengatakan klien mulai mampu beradaptasi
dengan lingkungan rumah sakit yang bising dan selalu memulai tidur dengan
berdo’a
Obyektif:
-
Klien tampak tidur nyenyak
-
Waktu tidur klien dimulai pada jam 19.30wib dan
terbangun pada pukul 05.30wib
|
|
28
29
|
Senin
13 Juni 2011
08.50wib
Senin
13 Juni 2011
09.30wib
|
V
|
a.
Mengkaji ulang adanya resiko cedera pada klien
b.
Mengkaji ulang kemampuan lapang pandang klien dan
resiko terhadap cedera serta kemampuan klien dalam beraktivitas
c.
Berikan posisi yang nyaman pada pasisi misalnya:
posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan padangan mata tidak silau lagi dan
tidak takut begerak dan beraktivitas lagi sehingga klien tidak takut dan
cemas terjatuh lagi.
-
Klien mengatakan melakukan aktivitas sudah tidak
dibantu lagi karena klien mulai bisa melakukannya sendiri.
Obyektif:
-
Kecemasan klien berkurang dan klien lebih rileks
beraktivitas
-
Klien tidak mengalami cedera
-
Klien mampu duduk mandiri dan tidur dalam posisi
bersandar.
|
|
30
31
|
senin
13 Juni 2011
11.30wib
Senin
13 Juni 2011
12.30wib
|
VI
|
a)
Mengukur tanda–tanda vital pasien, mengganti linen
dan membersihkan tempat tidur pasien tiap pagi.
b)
Melakukan penggantian kassa steril dan memeriksa
fungsi penglihatan
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan mata sebelah kanan sudah tidak
begitu nyeri dan panas
-
Keluarga klien mengatakan setiap pagi dan sore tempat
tidur selalu dibersihakan dan pasien
tiap pagi dan sore selalu di lap dengan washlap air hangat
Obyektif:
-
Pada mata kanan post operasi ekstraksi lensa mata
terdapat jahitan halus pada korrnea mata jumlh 5 simpul, oedem pada palpebral
kanan berkurang dan mata kanan tertutup kasa steril
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah:
140/80mmHg, Nadi: 84x/menit, respirasi 20x/ menit, Suhu 367 oC
|
|
3.4.
Evaluasi
Keperawatan/Catatan Perkembangan
Tabel. 3.5. Evaluasi
Keperawatan/Catatan Perkembangan
Nama
|
: An. A
|
Ruang
|
: Bedah
|
Umur
|
: 7 tahun
|
Diagnosa
|
: Hernia Scrotalis Post OP Hari
ke 2
|
No
|
Hari
Tanggal/Jam
|
No
DX
|
Evaluasi/Catatan Perkembangan
|
Paraf
|
1
|
Sabtu
11 Juni 2011
12.30wib
|
I
|
Subyektif:
-
Pasien mengatakan nyeri pada mata sebelah kanan
terasa seperti ditusuk-tusuk dan ngilu dan kepala pusing.
-
Pada pengkajian nyeri ditanya tentang nyerinya klien
menjawab didapatkan data skala nyeri 6.
-
Pasien mengatakan setelah melakukan nafas dalam
berulang-ulang nyeri sedikit berkurang.
-
Pasien mengatakan setelah ditetes mata, mata terasa
pedih
Obyektif:
-
Tampak pasien melakukan nafas dalam ekspresi wajah
sedikit lebih rileks.
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD:150/90mmHg,
Nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, Suhu 368 oC.
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi sebagian.
Planning: Intervensi Dilanjutkan
-
Kaji tanda-tanda vital tiap 8jam
-
Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan
skala nyeri pasien.
-
Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri saat nyeri muncul
-
Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik dan antibiotic
|
|
2
|
Sabtu
11 Juni 2011
12.30wib
|
II
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata kabur dan apabila
balutan mata kanan dibuka terasa silau
-
Klien mengatakan apabila melihat kadang bayangan
terasa /terlihat ganda sehingga klien suli mengenali benda-benda disekitar
klien.
Data obyektif:
-
Klien melihat jelas dengan satu mata yaitu mata
sebelah kiri.
-
Klien sulit mengenali warna dan terkadang orang
disekitar klien.
-
Klien dibatasi aktivitasnya hanya boleh bedrest
diruangan.
-
Klien sulit mengenali warna dan terkadang orang
disekitarr klien.
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD:150/90mmHg,
Nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, Suhu 368 oC.
Analisa/assasment:
Masalah
keperawatan gangguan persepsi penglihatan teratasi sebagian
Planning: Intervensi dilanjutkan
-
Orientasikan klien tehadap lingkungan yang mudah
dikenal dengan tujuan mempermudah klien belajar beraktivitas.
-
Observasi tanda-tanda disorientasi seperti mata kabur
dll.
-
Anjurkan klien menggunakan kacamata katarak yang
tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan
buta titik mungkin ada.
-
Anjurkan pada keluarga untuk membantu klien dalam
beraktivitas.
|
|
3
|
Sabtu
11 Juni 2011
12.30wib
|
III
|
Subyektif:
-
Keluarga klien mengatakan klien masih takut
beraktivitas sendiri.
-
Keluarga klien mengatakan untuk memenuhi semua
kebutuhan aktivitas sehari-hari klien seperti mandi, makan, minum dan duduk
dibantu oleh keluarga.
-
Klien mengatakan belum berani bergerak dan hanya
berbaring saja.
Obyektif:
-
Klien bedrest.
-
Semua aktivitas activity daily living seperti makan,
duduk, alih baring dilakukan orang tua klien dan dengan bantuan perawat.
Analisa/Assasment:
Masalah keperawatan intoleransi
aktivitas teratasi sebagian.
Planning: Lanjutkan Intervensi
-
Dorong partisipasi klien dalam semua aktifitas sesuai
kemampuan individual.
-
Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat
dalam latihan gerak.
-
Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah
baring.
-
Bantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan
kebutuhan
|
|
4
|
Sabtu
11 Juni 2011
12.30wib
|
IV
|
Subyektif:
-
Keluarga klien mengatakan, klien sering terbangun
tidurnya terutama malam hari karena nyeri muncul dan kepala pusing.
-
Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyari sering
muncul pada malam hari
Obyektif:
-
Tidur klien belum cukup dan klien terlihat sering
menangis malam karena nyari muncul.
-
Mata klien merah
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan gangguan pola istirahat dan tidur belum teratasi
Planning: Intervensi dilanjutkan
-
Identifikasi penyebab kesulitan tidur pasien dan masalah
dalah pola istirahat tidur
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan
membatasi pengunjung dan mengurangi kebisingan
-
Ajarkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam sebelum
tidur saat nyeri muncul
-
Anjurkan pasien berdoa terlebih dahulu sebelum tidur
|
|
5
|
Sabtu
11 Juni 2011
13.30wib
|
V
|
Data Obyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata kabur dan ganda dan
apabila mata kanan dibuka pandangan silau.
-
Klien mengatakan takut bergerak karena takut jatuh
-
Klien mengatakan saat bergerak merasa pusing.
Data Obyektif:
-
Klien tampak cemas beraktivitas dan mata kanan klien
tertutup kasa steril sehingga klien melihat dengan satu mata.
-
Bed/tempat tidur rumah sakit yang tanpa
pengaman/pagar bed sehingga memungkinkan dapat membahayakan klien maka
keluarga memasang bantal guling pada sisi kanan dan kiri pasien sesuai
anjuran penulis.
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan resiko cedera belum terjadi
Planning: Intervensi dilanjutkan
-
Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala
tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
-
Ambulasi dengan bantuan dengan cara anjurkan pada
keluarga untuk membantu dalam pemenuhan activity daily living klien seperti
ke kamar mandi, duduk, makan dll.
-
Berikan tempat tidur yang nyaman pada pasien dan
pasang pengaman pada tempat tidur seperti guling disisi kanan dan kiri klien
atau pagar pembatas bed.
-
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
|
|
6
|
Sabtu
11 Juni 2011
13.30wib
|
VI
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan mata kanan terasa nyeri dan pedih
dan terasa panas pada luka dan area sekitar mata.
Obyektif:
-
Pada mata kanan post operasi katarak, pada lensa mata
terdaapat jahitan sebnayak 5 simpul.
-
Terdapat oedem palpebral, dan mata merah. Mata kanan
tertutup kasa steril.
-
Tanda-tanda vital:
TD : 150/90mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 368oC
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan resiko tinggi infeksi belum terjadi
Planning: Intervensi dilanjutkan
-
Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan
meliputi adanya kemerahan sekitar mata dan adanya oedem palpebral.
-
Lakukan perawatan mata post operasi katarak dengan
kasa steril/bersih tiap hari.
-
Pertahankan tekhnik aseptik antiseptik/kesterilan
dalam perawatan luka dan tindakan keperawatan lainnya.
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
antibiotik
|
|
7
|
Minggu
12 Juni 2011
09.45wib
|
I
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan mata kanan pasca operasi terasa
nyeri sedikit berkurang dan merah
-
Klien mengatakan setelah melakukan nafas dalam
berulang kali nyeri sedikit berkurang dan klien mau melakukan nafas dalam
berulang-ulang.
-
Keluarga klien mengatakan klien mau melakukan nafas
dalam dan mempraktekan berulang-ulang saat nyeri muncul.
-
Saat dilakukan pengkajian nyeri diberi rentang 1-10
klien menyebutkan nyeri nya berkurang dari 6 menjadi 4.
Obyektif:
-
Ekspresi wajah klien lebih rileks
-
Klien mau melakukan nafas dalam berulang-ulang
-
Tanda-tanda vital:
TD : 140/90mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 368oC
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi sebagian.
Planning: Intervensi Dilanjutkan
-
Kaji tanda-tanda vital tiap 8jam
-
Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan
skala nyeri pasien.
-
Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri saat nyeri muncul
|
|
8
|
Minggu
12 Juni 2011
09.45wib
|
II
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata masih kabur dan pandangan
mata masih silau tapi apabila menggunakan kacamata klien mulai dapat melihat.
-
Klien mengatakan apabila melihat kadang bayangan
terasa /terlihat ganda.
Data obyektif:
-
Klien memakai kacamata katarak
-
Kasa steril mulai dibuka secara bertahap.
-
Klien sulit mengenali warna dan terkadang orang
disekitar klien.
-
Klien dibatasi aktivitasnya hanya boleh bedrest
diruangan.
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD:140/90mmHg,
Nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, Suhu 37o C.
Analisa/assasment:
Masalah keperawatan gangguan persepsi penglihatan teratasi sebagian
Planning: Intervensi dilanjutkan
-
Orientasikan klien tehadap lingkungan yang mudah
dikenal dengan tujuan mempermudah klien belajar beraktivitas.
-
Observasi tanda-tanda disorientasi seperti mata kabur
dll.
|
|
9
|
Minggu
12 Juni 2011
09.45wib
|
III
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan klien sudah mau bergerak sendiri
secara perlahan-lahan.
-
Klien mengatakan mulai tidak takut dan cemas lagi
melakukan pergerakan secara bertahap seperti duduk dan minum sendiri tapi
masih dibantu minimal oleh keluarga
Obyektif:
-
Kecemasan klien untuk bergerak berkurang
-
Aktivitas klien seperti makan, duduk dan beralih
posisi masih dibantu oleh keluarga.
-
Klien mulai bisa duduk walaupun dibantu
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan intoleransi aktivitas teratasi sebagian
Planning: Lanjutkan Intervensi
-
Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah
baring.
-
Bantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan
kebutuhan
|
|
10
|
|
IV
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan apabila suasana tidak bising bisa
tidur nyenyak
-
Ibu klien mengatakan anaknya masih sering terbangun
malam hari dan menangis tapi masih bisa tidur danklien mau berdo’a sebelum
tidur.
Obyektif:
-
Klien masih terbangun malam tapi nyeri mulai
berkurang.
-
Klien tampak berdo’a
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan gangguan pola istirahat tidur teratasi sebagian.
Planning: Intervensi dilanjutkan
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan
membatasi pengunjung dan mengurangi kebisingan
-
Ajarkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam sebelum
tidur saat nyeri muncul
-
Anjurkan pasien berdoa terlebih dahulu sebelum tidur
|
|
11
|
Minggu
12 Juni 2011
09.45wib
|
V
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata kabur dan ganda dan
apabila mata kanan dibuka pandangan silau tetapi ketika pakai kacamata
pandangan jelas.
-
Klien mengatakan sudah mulai berani bergerak dan
berjalan sendiri.
Obyektif:
-
Kecemasan klien saat beraktivitas berkurang dan mata
kanan klien tertutup kasa steril sehingga klien melihat dengan satu mata.
-
Tidak terjadi cedera.
Analisa/Assasment:
Masalah keperawatan resiko
cedera belum terjadi
Planning: Intervensi dilanjutkan
-
Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala
tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
-
Ambulasi dengan bantuan dengan cara anjurkan pada
keluarga untuk membantu dalam pemenuhan activity daily living klien seperti
ke kamar mandi, duduk, makan dll.
|
|
12
|
Minggu
12 Juni 2011
10.25wib
|
VI
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan mata terasa kaku tapi tidak panas
dan nyeri mulai sedikit berkurang
Obyektif:
-
Tanda-tanda vital: TD: 140/90 mmHg, nadi 84x/menit,
respirasi: 20x/menit, dan Suhu tubuh klien: 37oC
-
Pada mata kanan post operasi katarak, pada lensa mata
terdaapat jahitan sebnayak 5 simpul.
-
Terdapat oedem palpebra, dan mata merah. Mata kanan
tertutup kasa steril.
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan resiko tinggi infeksi belum terjadi
Planning: Lanjutkan intervensi
-
Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan
meliputi adanya kemerahan sekitar luka dan pus pada luka operasi.
-
Lakukan medikasi luka steril/bersih tiap hari.
-
Pertahankan tekhnik aseptik antiseptik/kesterilan
dalam perawatan luka dan tindakan keperawatan lainnya.
|
|
13
|
Senin
13 Juni 2011
11.30wib
|
I
|
Subyektif:
-
Pasien mengatakan nyeri jauh lebih berkurang, nyeri
hanya terasa kadang–kadang
-
Setelah nafas dalam nyeri tidak dirasakan lagi
-
Saat dilakukan pengkajian nyeri diberi rentang 1-10
klien menyebutkan nyeri nya berkurang dari 4 menjadi 1.
Obyektif:
-
Klien tampak rileks dan ekspresi wajah klien tidak
nyeri lagi.
-
Oedem palpebra tidak terjadi lagi.
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah:
100/80mmHg, Nadi: 86x/menit, respirasi 20x/ menit, Suhu 367 oC
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan gangguan rasa nayaman nyeri teratasi
Planning: intervensi dihentikan
|
|
14
|
Senin
13 Juni 2011
11.30wib
|
II
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan pandangan mata masih kabur dan
pandangan mata masih silau tapi apabila menggunakan kacamata klien mulai
dapat melihat.
Data obyektif:
-
Klien memakai kacamata katarak
-
Kasa steril mulai dibuka secara bertahap.
-
Klien mulai dapat mengenali warna dan orang disekitar
klien.
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD:140/90mmHg,
Nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, Suhu 37o C.
Analisa/assasment:
Masalah keperawatan gangguan
persepsi penglihatan teratasi
Planning: Intervensi dihentikan
|
|
15
|
Senin
13 Juni 2011
11.30wib
|
III
|
Subyektif:
-
Keluarga klien mengatakan klien mulai mau berjalan
dan bangun sendiri dan kekamar mandi sendiri.
-
Klien mengatakan mulai tidak takut beraktivitas dan
nyeri mulai berkurang.
Obyektif:
-
Klien mampu beraktivitas mandiri
-
Klien tidak cemas lagi
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
Planning:
Intervensi
dihentikan pasien pulang.
|
|
16
|
Senin
13 Juni 2011
11.30wib
|
IV
|
Subyektif:
-
Keluarga klien mengatakan klien seudah mulai tidur
nyenyak dan tidak sering terbangun lagi karena nyeri sudah berkurang.
-
Ibu klien mengatakan klien mulai mampu beradaptasi
dengan lingkungan rumah sakit yang bising dan selalu memulai tidur dengan
berdo’a
Obyektif:
-
Klien tampak tidur nyenyak
-
Waktu tidur klien dimulai pada jam 19.30wib dan
terbangun pada pukul 05.30wib
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan gangguan pola istirahat tidur teratasi
Planning:
Intervensi
dihentikan pasien pulang
|
|
17
|
Senin
13 Juni 2011
12.00wib
|
V
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan tidak takut bergerak dan tidak takut
terjatuh lagi karena klien sudah bisa melihat dengan jelas
Obyektif:
-
Klien tampak dapat beraktivitas tanpa terjatuh
-
Kecemasan akan terjatuh tidak tampak lagi saat
berktivitas
Analisa/Assasment
Masalah keperawatan Resiko
cedera tidak terjadi
Planning:
Intervensi di hentikan
pasien pulang
|
|
18
|
Senin
13 Juni 2011
12.00wib
|
VI
|
Subyektif:
-
Klien mengatakan mata sudah tidah begitu nyeri, tidak
panas dan tidak pedih.
-
Keluarga klien mengatakan setiap pagi dan sore tempat
tidur selalu dibersihakan dan pasien
tiap pagi dan sore selalu di lap dengan washlap air hangat
Obyektif:
-
Pada mata kanan post operasi katarak, pada lensa mata
terdaapat jahitan sebnayak 5 simpul.
-
Pada palpebral tidak oedem lagi, dan mata tidak merah
lagi. Mata kanan tertutup kasa steril.
-
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah:
140/90mmHg, Nadi: 84x/menit, respirasi 20x/ menit, Suhu 37 oC
Analisa/Assasment:
Masalah
keperawatan resiko tinggi infeksi teratasi, infeksi tidak terjadi
Planning:
Intervensi
dihentikan pasien pulang
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. (2011) Asuhan
kepeperawatan Secara holistic Pada Pasien Pasca Operasi Katarak. Dikutip dari
http://askep-kesehatan.
Jurnal keperawatan indoesia.com/2011/04/katarak.html. Diakses tanggal
12 Juli 2011
Anonim B. (Agustus 2011) Perawatan dan pedoman Pencegahan Komplikasi Post Operasi Katarak dan
Perawatan Dirumah. Avaibable from http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5180.
Di akses tanggal 20 Juni 2011.
Anonim C. (2009) Pedoman
Perawatan Pasien Post Operasi Katarak Dan Gangguan Pada Sistem Indra (Mata
Jendela Hati). Available from http://www.Katarak.com/care/Surgery.20.cfm/35. Di akses tanggal 12 Juni
2011
Carpenito L, Juall. (2001) Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan) EGC. Jakarta.
Doengoes, M. E. Moorhouse, Mf. Geissler. A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian perawatan Pasien (terjemahan) Edisi 3,
EGC. Jakarta.
Gaffar. L. Oj.
(1999) Pengantar Keperawatan Profesional.
EGC. Jakarta
Mansjoer Arif,
dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran
Jilid III. EGC. Jakarta
Oeswari E.
(2000) Bedah dan Perawatannya. FKUI.
Jakarta
Pearce. C. Evelyn. (1999), Anatomi dan Fisioloogi untuk Paramedis (terjemahan). Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. Jong. Wd. (2005) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 2 (terjemahan) EGC. Jakarta.
Smeltzer S. C. B. G. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth (terjemahan)
Vol 3. EGC. Jakarta.
Soeparman, dkk. (2001) Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta
Underwood, J. C. E. (2000) Patologi Umum dan Sistemik (terjemahan) vol 2. EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar