Rabu, 02 Januari 2013

Askep Musculoskelectal Tindakan Gips dan Traksi

A. Gips
Konsep teori
1. Pengaertian
Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips dipasang ( brunner dan suddart, 2000 ). Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan bahan gips tioe plester dan fiberglass ( Barbara Engram ,1999 ). Jadi gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plster atau fiberglass
2. Indiksi pemasangan gips
Indikasi pemasangan gips adalah pasien dislokasi sendi, fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi, skoliosis, spondilitis TBC,
3. Jenis-jenis gips
a. Gips lengan pendek. gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari
b. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah prioksimal lipatan telapak tangan. Siku buasanya dimobilsasi dalam posisi tegak lurus
c. Gips tungkai pendek. Gps ini dipasang memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki. Kaki dalam sudut tegak lurus dalam posisi netral
d. Gips tungkai panjang. Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga ats dan tengah paha sampai dasar jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi
e. Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan
f. Gips tubuh. Gips ini melingkar dibatang tubuh
g. Gips spika. Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstermitas ( gips spika tunggal atau ganda )
h. Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, dan satu ekstermitas bawah ( gips spika tunggal atau ganda )
4. Bahan – bahan gips
a. Plaster
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus. Gulungan krinolin, diimpregnasi dengan serbuk kalsium sulfat an hidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas ( reaksi eksodermis ). Kristalisasi menghasilkan pembalutan yang kaku. Kekuatan penuh baru tercapai setelah kering, memerlukan waktu 24 – 72 jam untuk mengering. Gips yang kering berwarna putih mengkilap, berdenting, tidk berbau, dan kaku sedangkan gips yang basah berwarna abu –abu atau kusam, perkusinya pekak, teraba lembab, dan berbau lembap
b. Non plester
Secara umum berarti gips fiber glass, bahan poliuretan yang diaktivasi air ini mempunyai sufat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karena lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah. Dibuat daribahan rajukan terbuka, tidak menyerap,diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit
c. Non plester berpori-pori
Sehingga masalah kulit dapat dihindari. Gips ini tudak menjadi lunak jika terkena air, sehingga memungkinkan hidroterapi. Jika basah dapa dikeringkan dengan pengering rambut yang disetel dingin. Pengeringan secara merata sangat penting agar tidak melukai kulit
5. Tujuan pemasangan gips
 Imobilisasi kasus pemasangan dislokasia sndi
 Fiksasai fraktur yang telah direduksi
 Koreksi cacat tulang (mis., skoliosis )
 Imobilisasi pada kasus penyakit tulang satelah dilakukan operasi (mis.,spondilitis )
 Mengoreksi deformitas


6. pemasangan gips
persipan alat – alat untuk pemasangan gips
a. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
b. Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips )
c. Baskom berisi air hangat
d. Gunting perban
e. Bengkok
f. Perlak dan alasnya
g. Waslap
h. Pemotongan gips
i. Kasa dalam tempatnya
j. Alat cukur
k. Sabun dalam tempatnya
l. Handuk
m. Krim kulit
n. Spons rubs
o. Padding
Teknik pemasangan gips, yaitu
a. Siapkan pasien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan
b. Siapkan alat –alt yang akan digunakan untuk pemasangan gips
c. Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit
d. Sokong ekstremiras atau bagiab tubuh yang akan digips
e. Posisikan dan pertahankan bagiab yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan dokter selama prosedur
f. Pasang spongs rubbs ( bahan yang menyerap keringat ) pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan ( padding ) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf
g. masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung – gelembung udara dari gips harus keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi jumlah air dalam gips
h. pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain tubuh
i. setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotongan gipa atau cutter
j. bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang
k. sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips
7. pelepasan gips
alat yang diperlukan untuk pelepasan gips
a. gergaji listrik/pemotongan gips
b. gergaji kecil manual
c. gunying besar
d. baskom berisi air hangat
e. gunting perban
f. bengkok dan plastic untuk tempat gips
g. sabun dalam tempatnya
h. handuk
i. perlak dan alasnya
j. waslap
k. krim atau minyak





teknik pelepasan gips, antara lain
a. jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
b. yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotongan gips tidak akan mengenai kulit
c. gips akan dibelah dengan menggunakan gergaji listrik
d. gunakan pelindung mata pada pasien dan petugas pemotong gips
e. potong bantalan gips dengan gumting
f. sokong bagian tubuh ketika gips dilepas
g. cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut, oleskan krim atau minyak
h. ajarkan pasien secara bertahap melakukan aktivitas tubuh sesuai program terapi
i. ajarkan pasien agar meninggkan ekstremitas atau menggunakan elastis perban jika perlu untuk mengontrol pembengkakan

















Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian secara umum perlu dilakukan sebelum pemasangan gips terhadap gejala dan tanda, status emosional, pemahaman tujuan pemasangan gips.,dan kondisi bagian tubuh yang akan dipsangi gips,. Pengkajian fisik bagian tubuh yang akan dipasangi gips meliputi status neurovaskuler, lokasi pembengkakan, memar dan adnya abrasi. Data yang perlu dikaji pasien setelah gips terpasang meliputi :
 Data subjektif :
Adnya rasa gatal atau nyeri, keterbatasan gerak, dan rasa panas pada daerah yang ter pasang gips
 Data objektif :
Apakah ada luka pada bagian yang akan digips. Misalnya, luka operasi, luka akibat patah tulang, apakah ada pembengkakan pada daerah yang terpasang gips,apakah ada sianosis apakah ada perdarahan apakah ada iritasi kulit, apakah ada bau atau cairan yang keluar dari bagian tubuh yang di gips
2. Diagnosa keperawatan
Bedasarkan data pengkaljian, diagnosis keperawatan utama pada pasien yang menggunakan gips meliputi :
a. cemas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan prosedur pemasangan gips .
 tujuan :
cemas berkurang atau hilang
 intervensi:
- beri penjelasan tentang tuijuan dan prosedur pemasangan gips
- beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan kecemasannya
- bantu pasien memilih mekanisme koping yang positif
- anjurkan keluarga atau orang terdekat sering mengunjunga pasien
- anjurkan pasien berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan

 implementasi :
lakukan sesuai dengan intervensi
 evaluasi :
- menunjukkan ketenangan
- mampu mengekspresikan perasaannya
- menggunakan koping positif
b. gangguan rasa nyeri yang berhubungan dengan terpasngnya gips .
 tujuan :
meredakan atau menghilangkan nyeri
 intervensi
- kaji lokasi, sifat dan intetnsitas,nyeri karena nyeri dapat menjadi petunjuk adanya kompliksi
- jelaskan penyebab nyri yang dialami pasien
- anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan pemenuhan nkebutuhannya
- dekatkan alat –alat yang sering digunakan agar pasien dapat menjangkau sndiri
- ajarkan teknik latihan gerak sendi
- libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
 implementsi
lakukan sesuai dengan intervensi
 evaluasi
- meninggikan ekstermitas yang di gips
- menggunakan analgesic sesuai dangan program

c. gangguan eliminasi fecal ( obstipasi ) yang berhubungan dengan imbilisasi
 tujuan :
eliminasi fekal normal
 intervensi :
- anjurkan melakukan imobilisasi di tempat tidur
- jika kondisi memungkinkan, lakukan imobilisasi diluar tempat tidur dengan menggunakan alat bahan bantu untuk meningkatkan peristaltic usus
- beri diet tinggi serat, sehingga pasien mudah buang air besar
- anjurkan cukup asupan cairan 2500 cc sehari dengan caiiran yang cukup dalam tubuh dapat menjaga konsistensi feses menjadi normal atau keras
- kolaborasi dalam pemberian obay pelunak feses sesua program terapi
 implementasi :
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
 evaluasi :
eliminasi fecal teratur
- menunjukkan kemampuan mobilisasi
- makan tinggi serat
- asupan cairan 2500 cc per hari
- konsistensi feses lunak
d. kerusakan integritas kulityang berhubungan dengan adanya penekanan akibat pemasangan gips
 tujuan :
mencegah atau menyembuhkan abrasi kulit
 intervensi :
- sebelum pemasangan gips, laserasi dan abrasi kulit harus dirawat dahulu suoaya cepat sembuh
- kulit harus dicuci dan dirawat sebelum pemasngan gips untuk mencegah terjadinya iritasi sesudah dipasang gips
- observasi apakah pemasangan gips terlalu ketat, terlalu longgar atatu pinggirnya tajam karena hal in dapat menyebabkan iritasi kulit
- gips harus tetap dalam keadaan kering dan bersih karena dapat merangsang timbulnya iritasi kulit dan akhirnya infeksi
- laporkan dokter jika terdapat tanda infeksi

 implrmentasi :
melakukan implementasi sesuai intervensi
 evaluasi :
memperlihatkan tidak terjadinya gangguan integritas kulit
- tidak menunjukkan tanda infeksi sistemik kulit
- tidak menunjukkan tanda local infeksi kulit
- memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
- kulit tidak ada kemerahan dan lecet
e. resiko tinggi cedera yang ber hubungan dengan pemasangan gips pada tungkai
 tujuan
tidak terjadi cedera
 intervensi :
- kurangi aktifitas yang berlebihan karena dapat menyebabkan kelelahan
- ajarkan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan pasien, sehinnga resiko cedera dapat dihindari
- ajarkan cara penggunaan alat bantu dan anjurkan menggunakan ketika beraktivitas
- libatkan keluarga dalam proses perawatan, baik dirumah sakit maupun dirumah
 implementasi :
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
 evaluasi
tidak terjadi cedera
- melakukan aktivitas secara bertahap
- menunjukkan penggunaan alat bantu saat aktivitas
f. hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan pemasangan gips
 tujuan :
peningkatan mobilitas fisik
 intervensi :
- kaji tingkat mobilitas yabg dapat dilkukn pasien setelah dipasang gips
- lakukan latihan ROM sesuai kisaran gerak yang dapat dilakukan untuk mempertahankan fungsi sendi
- jika pasien di gips di tungkai, lakukan latihan pada jari –jari kaki yang terpasang gips
- dorong pasien agar berpartisipasi aktif dalam perawatan diri untuk meningkatkan aktivitas pasien
- anjurkan pasien menggunakan alat bantu secara aman saat melakukan aktivitas diluar tempatr tidur
 implementasi :
melakuka implementasi sesuai dengan intervensi
 evaluasi
- menggunakan alat bantu yang aman
- berlatih untuk meningkatkan kekuatan otot
- mengubah posisi sesering mungkin
- melakukan latihan sesuai kisaran gerakan sendi yang tidak tertutup gips
g. resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perufer yang berhubungan dengan respon fisiologis terhadap cedera atau gips restriksi
 tujuan :
mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
 intervensi :
- observasi adanya pembengkakan akibat trauma atau pembedahan karena hal ini dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer
- observasi apakah gips terlalu ketat, sehingga menghambat aliran darah balik
- tinggikan daerah yang cedera untuk mengurangi edema dan melancarkan aliran darah balik
- dorong pasien untuk menggerakan jari tangan atau kaki setiap jam sekali untuk merangsang perredaran darah

 implementasi :
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
 evaluasi
peredaran darah adekuat pada ekstermitas yang sakit
- memperlihatkan warna dan suhu kulit yang normal
- mengalami pembengkakan minimal
- memperlihatkan waktu pengisian kapiler yang memuaskan ketika di uji
.
B. Traksi

Konsep teori

1. Pengertian
Traksi adalah penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh. Ini dapat dicapai dengan memberi beban yang cukup untuk mengatasi penarikan oto
2. Jenis – jenis traksi
a. traksi lurus atau langsung. Traksi ini memberi gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring ditempat tidur. Contohnya traksi ekstansi buck dan traksi pelvis.
b. Traksi suspensi seimbang. Traksi ini memberi dukugan pada ekstermitas yang sakit diatas tempat tidur, sehungga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya gaya tarikan
3. cara pemasangan traksi
a. traksi kulit adalah traksi yang dapat dilakukan pada kulit. Berat beban yang dipasang tidak boleh lebih dari 2-3 kg terapi pada traksi pelvis umumnya 4,5 – 9 kg bergantung pada berat badan pasien .
traksi kulit antara lain :
 ekstensi buck ( unilateral dan bilateral ) adalah bentuk traksi kulit yang tarikan diberikan pada satu bidang jika hanya imobilisasiparsial atau temporer yang diinginkan.
- Sebelum di pasang traksi, kulit diinspeksi adanya abrasi dan gangguan peredaran darah.
- Kulit dan peredaran darah harus dalam keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi
- Kulit harus bersih dan kering sebelum boot spoon atau pita traksi dipasang
- Untuk memasang traksi buck dengan pita, dipasang dulu spon karet
- Bantalan strap dengan permukaan spon menghadap kekulit pada kedua sisi tungkai yang sakit.
- Satu lengkungan pita sepanjang 10 – 15 cm disisakan dibawah telapak kaki
- Spreader harus dipasang di ujung distal pita untuk mencegah terjadinya tekanan sepanjang sisi kaki
- Kedua maleolus dan fibula priksimal dilindungi dengan bantalan gips untuk mencegah terbentuknya ulkus akibat tekanan dan nekrosis tulang
- Sementara salah satu orang meninggikan dan menyangga ekstermitas di bawah tumit dan lutut pasien
- Orang lain melilitkan balutan elastis dengan arah spiral di atas pita traksi, dimulai dari pergelangan kaki dan berakhir di tuberoses tibia
- Balutan elastis dapat membantu pita melekat kekulit dan mencegah meleset
- Bantalan kulit domba dapat diletakkan dibawah tungkai untuk mengurangi gesekan tumit terhadap tempat tidur
- Lika yang dipasang traksi buck dengan boot spon, tumit pasien harus diletakkan tepat di tumit boot.strip Velcro dipasang melingkar di tungkai dan tekanan yang berlebihan diatas maleolus dan fibula proksimal dapat dihindari
- Pemberat dihubungkan ke tali melalui spreader atau lapisan telapak kaki dan dilanjutkan melalui sebuah katrol yang di pasang di ujung tempat tidur
- Pemberat digantung pada tali itu
 Traksi runsel dapat digunakan untuk fraktur pada plot tibia, menyokonh lutut yang fleksi pada penggantung dan memberi gaya tarikan horizontal melalui pita trkasi dan balutan elastis ke tungkai bawah. Jika perlu, tungkai dapat disangga dengan banyal agar lutut benar –benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit
 Traksi Dunlop adalah traksi pada ekstermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi
b. traksi skelet adalah traksi yang dilakukan langsung pada skelet/tulang tubuh.
Traksi dipasang langsung ketulang menggunakan pin logam atau kawat.yang dimasukkan kedalam tulang disebelah distal garis fraktur, menghindari saraf dan pembuluh darah, otot, serta tendon dan sendi . tong yang dipasang di kepala di fiksasi di kepala untuk memberi traksi yang mengimobilisasi frraktur leher
c. traksi manual adalah traksi yang dapat dipasng dengan tangan
ini merupakan traksi yang sementara yang dapat digunakan pada saat ekstensi buck, atau saat menyesuiakan dan mengatur alat traksai
4. tujuan pemasangan traksi
 untuk meminimalkan spasme otot
 untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuh
 untuk mengimobilisasi fraktur
 untukmengurangi deformitas
 untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang
5. yang harus diperhatikan dalam hal pemasangan traksi
a. kontraksi harus tetap dipertahankan agar traksi tetap efektif
b. traksi harus bersinambungan atau tidak boleh putus agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif , terutama traksi skelet
c. pemberat tidak boleh di ambil, kecuali jika traksi untuk tujuan intermitten
d. setiap factor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultan tarikan harus dihilangkan

Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian fungsi system tubuh perlu, dilakukan terus menerus karena imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah padakulit, respirasi, gastrointerstinal, perkemihan dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat berupa ulkus akibat tekanan, kongesti,kehilangan nafsu makan, statis kemih
Pengkajian psikologis perlu dilakukan karena pasien takut melihat peralatannya dan cara pemasangannya
Pengkajian dilakukan pada bagian tubuh yang traksi meliputi status nenro vascular yang di evaluasi dan bandingkan dengan ekstermitas yang sehat. Selain itu kaji adanya nyeri tekan betus, hangat, kemerahan, pembengkakan , atau tanda homan pasif
2. Diagnosa keperawatan
a. resiko tinggi perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan pemasangantraksi
 tujuan
sirkulasi tetap utuh
 intervensi
- monitor status neurovaskuler setiap 2 jam selama 24 jam pertama, kemudian setiap 4 jam inspeksi kemerahan pada bagian yang tertekan setiap 8 jam untuk deteksi dini kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan
- pertahankan tali bebas dan hambatan. Jika pasie mengeluh kedinginan, pergunakan kain untik menutup bagian tubuh yang dilakukan traksi
- hubungi teknisi ortopedik untuk menambahkan bantalan jika ada tanda iritasi kulit. Longgarkan balutan elastis pada traksi jika pasien merasa ada rasa baal . tindakan ini mencegah kerusakan kulit dan kerusakan saraf

 implementasi
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
 evaluasi
menunjukkan tidak adanya iritasi kulit, ekstermitas warna normal dan hangat, tidak bengkak dan nadi teraba
b. resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan pemasangan pin pada tulang melelalui permukaan kulit
 tujuan
tidak terjadi infeksi
 intervensi
- pantau suhu setiap 4 jam, hasil pemeriksaan laboratorium, dan penampilan kulit sekitar sisi pin setiap pergantian tugas perawat. Ini untuk deteksi gejala tanda infeksi
- laporkan kepada dokter jika anda tanda infeksi ( kemerahan , drainase, demam, nyeri yang tak hilang dengan analgesia dan jumlah sel darah putih >10.000/mm3).
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai program untuk untuk menghilang kan infeksii
 Implementasi
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
 Evaluasi
Menunjukkan tidak terdapat tanda infeksi : suhu dibawah 30o C, jumlah sel darah putih 5000 – 10.000/mm3, tidak ada nyeri pada luka , tidak ada tanda kemerahan dan drainase pada sisi pin
c. nyeri berhubungan dengan traksi dan imobilisasi
 tujuan
nyeri teratasi atau mencapai tingkat kenyamanan maksimal
 intervensi
- tekanan pada bagian tubuh yang ditraksi dapat dihilangkan dengan mengubah posisi pasien dan tetap mempertahankan posisi traksi
- kolaborasi dengan medis dalam pemberian anal getik untuk mengurangi nyeri
 implementasi
melakukam implementasi sesuai dengan intervensi
 evaluasi
menyebutkan peningkatan kenyamanan
- mengubah posisi sendiri sesering mungkiin
- kadang – kadang meminta analgesia oral
d. resiko tinggi gangguan pola eleminasi pole defekasi, yaitu konstipasi
 tujuan
tidak terjadi gangguan pola eliminasi
 intervensi
- anjurkan diet tinggi serat
- anjurkan minum 2500 – 3000 setiap 24 jam
- kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian pelunak feses, laksatif, supositoria dan huknah
 implementasi
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
 evaluasi
pola eliminasi defekasi teratur, dan perut lemas