ASKEP
HIPERTENSI
2.1 KONSEP MEDIS
2.1.1 Definisi
Hipertensi
didefinisikan oleh joint nasional
committee on detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari140/90 mmHg dan diklasifiksikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi samapi
maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir dari semua
kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat
dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn
E. doenges,hal 39).
Menurut (Arief mansjoer 2001, hal 518) Hipertensi
adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya lebih atau sama dengan 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
antihipertensi. Sedangkan menurut (Brunner
dan Suddart 2001, hal 896), Hipertensi
adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg
diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Hipertensi berasal dari
dua kata, hiper sama dengan tinggi dan tensi sama dengan tekanan darah,
merupakan penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of
Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain
yang kompleks dan saling berhubungan. ASH membagi hipertensi menjadi beberapa
kelompok yaitu kelompok normal, hipertensi tahap 1, tahap 2 dan tahap 3 (http://dokter-medis.com).
Klasifikasi Hipertensi sesuai World
Healthy Organization (WHO)
No
|
Klasifikasi
|
Sistolik
(mmHg)
|
Diastolik
(mmHg)
|
1
|
Normetensi
|
<140
|
<90
|
2
|
Hipertensi ringan
|
140-180
|
90-105
|
3
|
Hipertensi perbatasan
|
140-160
|
90-95
|
4
|
Hipertensi sedang dan berat
|
>180
|
>105
|
5
|
Hipertensi sistolik terisolasi
|
>140
|
<90
|
6
|
Hipertensi sistolik perbatasan
|
140-160
|
<90
|
(Arief mansjoer, 2001: 519)
2.1.2
Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler
Gambar
1.1 Bentuk Jantung
Jantung manusia
berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanan
nya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri
pada linea mid klavikula.
1.
Struktur Jantung
Dinding
jantung terdiri dari tiga lapis yaitu:
1)
Perikardium (Bagian luar) adalah kantong fibrosa yang
menutupi seluruh jantung. Pericardium merupakan kantong berlapis dua, kedua
lapis saling bersentuhan dan saling meluncur satu sama lain dengan bantuan
cairan yang mereka sekresikan dan melembabkan permukaan nya. Jumlah cairan yang
ada normal 20 ml. Pada dasar jantung (tempat pembuluh darah besar, limfatik,
dan saraf memasuki jantung) kedua lapis terus berlanjut. Terdapat lapisan lemak
diantara myocardium dan lapisan pericardium diatasnya.
2)
Myocardium (Bagian tengah) membentuk
bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun dari serat-serat otot
jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama lain oleh
cabang-cabang muskuler. Serat mulai berkontraksi pada embrio sebelum saraf
mencapainya dan terus berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak memperoleh
inepasi.
3)
Endokardium (Bagian dalam) ini melapisi
bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada kedua sisinya. Terdiri dari
selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jarinjgan ikat: licin dan
meningkat.
2. Siklus Jantung
Siklus jantumg adalah urutan kejadian dalam satu
denyut jantung, siklus ini terjadi dalam fase : diastole dan systole.
1.
Diastole
Diastole
adalah periode istirhat yang mengikuti periode kontriksi.
Pada
awal nya:
a.
Darah vena memasuki atrium kanan melalui
vena cava superior dan inferior.
b.
Darah yang teroksigenisasi melewati
atrium kiri melalui vena pulmonalis.
c.
Keuda katup atrioventrikular (trikuspidalis
dan mitralis) tertutup dan darah di cegah untuk memasuki atrium kedalam
ventrikel.
d.
Katup pulmonalis dan aorta tertutup,
mencegah kembali nya darah dari arteri pulmonalis ke dalam ventrikel kanan dan
dari aorta ke dalam ventrikel kiri.
e.
Kemudian dengan bertambah banyaknya darah
yang memasuki kedua atrium, tekanan di dalam nya meningkat : dan ketika tekanan
didalamnya lebih besar dari ventrikel, katup terbuka dan darah mulai mengalir
dari atrium ke dalam ventrikel.
2.
Sistole
Sistol
adalah periode kontraksi otot. Berlangsung selama 0,3 detik.
a.
Dirangsang oleh nodus sino-atrial ,
dinding atrium berkontraksi, memeras sisa darah
dari atrium ke dalam ventrikel.
b.
Ventrikel melebar untuk menerima darah
dari atrium dan kemudian mulai berkontraksi.
c.
Ketika tekanan dalam ventrikel melebihi
tekanan dalam atrium, katup menutup.
d.
Ventrikel terus berkontraksi. Katup
pulmonalis dan aorta membuka akibat peningkatan tekanan ini.
e.
Darah menyembur keluar dari ventrikel kanan ke dalam arteria
pulmonalis dan darah dari ventrikel kiri
menyembur ke dalam aorta.
f.
Kontraksi otot kemudian berhenti, dan
dengan di mulai nya relaksasi otot, siklus baru di mulai.
3.
Curah Jantung
Curah jantung
bergantung pada:
1.
Frekuensi denyut jantung : saat istirhat
biasanya sekitar 70 klai per menit.
2.
Isi sekuncup : jumlah darah yang keluar
dari ventrikel pada setiap denyut saat istirhat biasanya sekitar 70 ml. Pada
latihan ringan meningkat sampai 125 ml. Sedangkan jumlah darah yang keluar per
menit adalah sekitar 5 liter.
3.
Frekuensi jantung : Di kontrol oleh
reduksi dalam stimulasi melalui serat nervus parasimpatis (vagus)
4.
Curah sekuncup : Di control oleh
perubahan panjang serat otot jantung. Makin panjang (pada otot yang sehat)
makin besar kontraksi nya. Kettika lebih banyak darah memasuki jantung (seperti
pada latihan), makin besar kontraksi dan demikian makin besar curah sekuncup.
Curah jantung di ukur dengan: mengukur jumlah oksigen yang diambil permenit,
berbagai teknik dilusi dengan zat pewarna, isotop radiaktif dan lain-lain.
4. Bunyi Jantung
Jantung menghasilkan bunyi selama denyutnya, suara
dapat terdengar bila telinga di letakan pada dinding dada atau dengan bantuan
testoskop.
1.
Bunyi jantung I
Suara
lembut seperti “lub”. Bunyi ini dihasilkan oleh tegangan mendadak oleh katup
mitralis dan trikuspidalispermulaan sistol ventrikel.
2.
Bunyi jantung II
Suara
sepperti “dub”. Bunyi ini dihasilkan oleh getaran yang di sebabkan penutupan
katup aorta dan pilmonalis.
3. Bunyi
jantung III
Adalah
suara rendah yang lembut yang terdengar setelah bunyi jantung II pada sebagian
besar anak-anak, dan beberapa dewasa muda. Akibat pengencangan daun katup
mitralis.
4. Bunyi
jantung IV
Suara
yang rendah yang lembut yang mendahului bunyi jantung I dan terdengar salah
satu atrium berkontraksi lebih kuat di bandingkan dengan yang lain. Diafragma
stetoskop di gunakan untuk mendengarkan suara berfrekuensi tinggi. Genta
digunakan untuk mendengarkan suara berfrekuensi rendah.
2.1.3 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan, yaitu:
1.
Hipertensi essensial atau hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.
Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin,
defek dalam ekskresi natrium, peningkatan natrium dan kalsium intraselular, dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok.
2.
Hipertensi sekunder atau hipertensi
renal. Terdapat sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan ekstrogen, penyakit
ginjal, penyakit hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan
sindrom caushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain (Arief
mansjoer 2001, hal 518)
Pada
umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1.
Genetik
: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan
eksresi atau transport natrium.
2.
Obesitas
: Terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3.
Stress Lingkungan.
4.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis
pada orang tua serta pelabaran pembuluh
darah.
Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan
pada:
a.
Elastisitas dinding aorta menurun
b.
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c.
Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
d.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal
ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e.
Meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
b.-Ciri-perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1.
Umur (jika umur bertambah maka tekanan
darah meningkat)
2.
Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi
dari perempuan)
3.
Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih)
c.-Kebiasaan-hidup
Kebiasaan
hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1.
Konsumsi garam yang tinggi (melebihi
dari 30 gr)
2.
Kegemukan atau makan berlebihan
3.
Stress
4.
Merokok
5.
Minum alkohol
6.
Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
2.1.4 Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras syaraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistim syaraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut syaraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan di lepaskan nya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai fakror seperti
kecemasan dan ketakutan mempengruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor (Brunner & Suddarth,2001:
898).
Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap nerepinefrin, meskipun tidak di
ketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi Pada saat bersamaan di mana sistim saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemnudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada
giliran nya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan penigkatan volume intra vaskuler. Semua faktor tersebut cendrung
mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner
& Suddarth,2001: 898).
Dimulai
dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang
berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai
dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredarah darah perifer. Kekakuan
dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
akhirnya di kompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam system sirkulasi (DR. M. N. Bustan 2007, hal : 61).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Peningkatan tekanan
darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala, bila demikian gejala baru
muncul setelah terjadi komlikasi pada ginjal, mata, atau jantung. Gejala lain
sering muncul di temukan adalah sakit kepala, marah, telinga berdengung,
berat di tengkuk, sukar tidur, dan pusing (Arif Mansjoer, 2001: 49).
a.
Sakit kepala disebabkan oleh adanya
tekanan intra vaskuler dan gangguan suplai O2 ke otak sehingga,
terjadi gangguan pad neuro vaskuler menyebabkan sukar tidur dan pusing.
b.
Barat pada tengkuk di sebabkan oleh
suplai O2 terganggu dan menyebabkan gangguan pada neuro vaskuler
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai
kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada
diskus optikus) (Brunner & Suddarth,2001: 898).
2.1.6 Pemeriksaan Dignostik
1.
Blood
Urea Nitrogen (BUN)/Kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal
2.
Glukosa: Hiperglikemia
diabetes militus adalah pencetus hipertensi
3.
Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau
mennjadi efek samping duretik.
4.
Kalsium serum : Peningkatan kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
5.
Pemeriksaan tyroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
6.
Asam
urat :
Hiperurisme telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya
hipertensi.
7.
Foto
dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada aera katub: deposit
pada takik aorta
:
pembesaran jantung
8.
Elekto
kardio graf (EKG)
: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan Konduksi
(Marilynn E. Doenges,hal
42 ).
2.1.7 Penatalaksanaan
Telah
dibuktikan oleh beberapa peneyelidik bahwa dengan mengendalikan tekanan darah
angka mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan. Oleh karena itu, meskipun
etiologinya belum dapat dibuktikan, pengobatan hipertensi dapat dimulai. Yang
masih menjadi masalah adalah penentuan saat mulainya pengobatan. Hal ini
penting karena pengobatan hipertensi merupakan pengobatan seumur hidup (Prof.Dr. H. Slamet suyono, SpPD,KE 2003,
hal 462)
Tujuan
tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas
dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di
bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program di tentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan
terapi. Berhubungan
dengan penelitian menunjukan bahwa pendekatan on formakologis, termasuk
penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang
harus dilakukan pada setiap terapi anti hipertensi. Apabila penderita hipertensi
ringan berada dalam risiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah
diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan diastoliknya diatas 130 sampai
139 mmHg. Maka perlu di mulai terapi obat-obatan. Algoritma penanganan
yang dikeluarkan oleh Joint National On
Detectio, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure memungkinkan
dokter memilih kelompok obat yang mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping
paling kecil, dan penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia
dalam terapi pilihan pertama; diuretika dan penyekat Beta. Apabila pasien
dengan hipertensi ringan sudah terkontrol selama setahun, terapi dapat
diturunkan. Agar pasien dapat mematuhi regimen terapi yang di resepkan, maka
harus di cegah pemberian terapi obat-obatan yang rumit.
Penatalaksanaan penanganan hipertensi dengan sistem farmakologi:
- Diuretik thiazide (cholorthalidone) : Menurunan volume darah, aliran darah ginjal, dan curah jantung. Efektif di berikan peroral dan jangka yang lama karena efek samping juga Sesdikit.
- Diuretik loop (furosemid) : Volume menurun dapat menghambat reabsorbsi
natrium dan air dalam ginjal. Kerja cepat hanya di
gunakan bila thiazide tidak
berhasil.
- Diuretik penganti kalium (spironolactone) : Inhibisi kompetitif aldosteron
untuk menangani hipertensi yang menyertai
aldosteronisme.
- Propranolol (inderal) : Menyekat sistim saraf simpatis ke janyung,
menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat.
- Parzosin hydrochloride (catapres) : Vasodilator perifer, bekerja langsung
pada pembuluh darah dan merupakan obat yang efesien
terhadap efek
samping terhadap hydralazine.
- Metoprolol (lopressor) : Menyekat akses norepinefrin ke reseptor adrenegik, khusnya dalam jantung, menurunkan tekanan darah dengan menurunkan curah jantung dan tahanan perifer, kelebuhan nya absorbsi cepat
(Brunner & sunddearth,2002:
900 - 903)
2.2 Konsep
Keperawatan
Proses
keperawatan adalah tindakan yang berurutan di lakukan secara sistematik untuk
menentukan masalah klien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan
rencana itu dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang
diatasinya, adapun langkah-langkah dalam proses keperawatan adalah:
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian
adalah tahap awal dalam proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
Data dasar
pengkajian pasien:
1.
Aktivitas/Istirhat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda:
Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2.
Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, ateresklerosis, penyakit jantung koroner
dan penyakit serebrovaskuler
Tanda:
Kenaikan tekanan darah, Nadi: denyutan keras dari karotis,
jugularis, radialis.
Frekuensi/irama jantung:
takikardi, berbagai disritmia. Murmur stenosis vasvular, desiran
vaskular terdengar di atas karotis, pemoralis atau epigastrium. Kulit pucat,
dan sianosis.
3.
Integritas
Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, asietas, depresi, atau
marah,
kronik
Tanda: Letupan suasana hati, gelisahpenyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak,gerak tangan empati dan ototmuka tegang.
4.
Eliminasi
Gejala:
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti inpeksi/obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
5.
Makanan/Cairan
Gejala: Makanan yang di sukai mencangkup makanan yang tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol,mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkat/menurun) dan pengunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema (mungkin umum
atau tertentu).
6.
Neurosensori
Gejala: Keluhan pening-pening, berdenyut, sakit kepala suboksipital,
episode kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur) dan epistaksis.
Tanda: Status mental: Perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses
fikir atau memori ingatan.
Respon motorik: Penurunan kekuatan gangguan tangan dan reflek tendon
dalam.
7.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit
arteri koroner/keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul pada
tungkai/kaludikasi, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya dan nyeri abdomen/masa.
8.
Pernafasan
Gejala: Dispnea
yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, batuk dengan
atau tanpa pembentukan sputum dan riwayat merokok.
Tanda: Distres
respirasi/pengunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan
(krakles/mengi) dan sianosis.
9.
Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan.
10.
Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala:
Faktor-faktor risiko keluarga: Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
militus penyakit serebrosvakuler/ginjal, faktor-faktor risiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, asia tenggara,
pengunaan pil KB atau hormon lain, pengunaan obat/alkohol.
Rencana pemulangan: Bantuan dengan pemantauan tekanan darah dan perubahan
dalam terapi.
2.3
Diagnosa keperawatan
Ada beberapa diangnosa keperawatan menurut Marlin E. Doenges (2002:
42-51)
- Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
- Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
- Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pola hidup monoton
- Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional
- Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan
kognitif.
2.4
Perencanaan
Perencanaan
meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
atau mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
pada diagnosis keperawatan. Tahap ini di mulai setelah menentukan diagnosis
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan
kemungkinan diagnosa
yang sudah di jelaskan, antara lain:
- Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung brhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Tujuan: penurunan
curah jantung tidak terjadi
Rencana tindakan:
a.
Pantau
tekanan darah
Rasional
: Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vaskuler
b.
Catat keberadaan, kwalitas denyutan sentral dan perifer
Rasional
: Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis Mungkin
teramati,
denyut pada tungkai mungkin menurun mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.
c.
Kapiler Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
Rasional
: Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian lambat mungkian
berkaitan dengan vasokontriksi atau penurunancurah jantung.
d.
Catat edema umum/tertentu
Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
e.
Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas
Rasional : Membantu dalam menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi.
f.
Pertahankan
pembatasan aktivitas
Rasional :
Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi
tekanan
darah
dan perjalanan penyakit hipertensi.
g.
Lakukan
tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan
rangsang simpatis
h.
Anjurkan teknik relaksasi
Rasional : Dapat menimbulkan rangsangan yang dapat
menimbulkan stres,
membuat efek tenang.
i.
Kolaborasi memeberikan obat sesuai indikasi
Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan.
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Rencana tindakan:
a.
Kaji
respon klien terhadap aktivitas
Rasional : Membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stres
aktivitas
b.
Perhatikan
frekuensi nadi lebih dari 20 kali permenit diatas frekuensi istirahat.
Rasional
: Bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang
berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
c.
Instruksikan pada klien tentang teknik penghematan energi
Rasional
: Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d.
Berikan
dorongan untuk melakukan aktivits/perawatan diri secara bertahap.
Rasional
: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah kerja jantung
tiba-tiba.
e.
Berikan
bantuan sesuai kebutuhan dalam melakukan aktivitas
Rasional
: Memberi bantuan hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
3.
Nyeri, (Akut) sakit kepala berhubungn dengan peningkatan tekanan
vaskular serebral
Rencana
tindakan:
a.
Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasionalnya: Meminimalakan stimulasi/meningkatkan relaksasi
b.
Berikan
tindakan nonfarmakologi untuk mengurangi sakit kepala
Rasional
: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
c.
Hilangkan
atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yangt dapat
meningkatkan sakit kepala
Rasional
: Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular
serebral
d.
Bantu
klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering
berhubungan dengan sakit kepala
e.
Berikan
cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur
Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum.
f.
Berikan
obat sesuai indikasi (analgesik)
Rasional
: Mengontrol nyeri dan menurunkan ransangan saraf simpatis
4.
Perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhungandengan pola hidup yang monoton
Rencana Tindakan
:
a.
Kaji
pemahaman klien tentang hubungan lansung antara hipertensi
dengan kegemukan
Rasional
: Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi
b.
Bicarkan
pentingnya menurunkan masukan kalori, lemak, garam, dan gula sesuai indikasi
Rasional
: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis
dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.
c.
Tetapkan
keinginan nklien untuk menurunkan berat badan
Rasional : Motivasi untuk menurunkan berat badan adalah
internal, individu harus berkeinginan
menurunkan bert badan bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
d.
Kaji
ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional
: Membantu dalam menentukan kebutuhan individu
untuk
penyesuaian/penyuluhan
e.
Tetapakan
rencana menurunkan berat badan yang realistik dengan klien
Rasional
: Penurunan masukan kalori seseorng sebanyak 500 kalori/hari secara teori
dapat menurunkan berat badan 0,5 kg perminggu
f.
Instruksikan
dan bantu memilih makanan yang tepat
Rasional
: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah
perkembngan aterosklerosis
g.
Kolaborasi
ahli gizi sesuai indikasi
Rasional
: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individu
- koping individu inefektif berhungan dengan krisis situasional/maturasional
Rencana Tindakan:
a.
Kaji
keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku
Rasional
: Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah poal hidup seseorang.
b.
Catat laporan gangguan tidur, peninbgkatan
keletihan, kerusakan
konsentrasi dan
ketidakmampuan menyelesaikan masalah
Rasional
: Manifestasi mekanisme koping
maladaptif mengkinmerupakan indiktorn marah yang ditekan dan diketahui telah
menjadi penentu utama tekanan darah diastolik.
c.
Bantu klien untuk mengidentifikasi stresir sfesifik
dan kemungkinan strategi untuk mengatsinya
Rasional
: Pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama dalam mengubah respon
seseorang terhadap stres.
d.
Libatkan
klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasimaksimum dalam
rencana pengobatan
Rasional
: Keterlibatan memberikn klien perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan, memperbaiki
ketrampilan koping dan dapat
meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik.
e.
Dorong klien untuk
mengevaluasi prioritas/tujuan hidup
Rasional
: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang ada relat
terhadap pandangan
klien tentang apa yang diinginkan
f.
Bantu
klien mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu.
Rasional
: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari
rasa tidak menentu dan tidak berdaya
6.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan berhungan dengan keterbatsan
kognitif,
rencana tindakan:
a.
Kaji kesiapan
dan hambatn dalam belajar
Rasional
: Kesalahan konsep dan menyangkal
diagnosa karena perasan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi
minat klien
untuk mempelajari
penykit, kemajuan,
dan prognosis.
b.
Tetapakn
dan nyatakan batas tekanan darah normal
Rasional
: Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan
mengklarifikasikan istilah medis yang sering digunakan
c.
Bantu
klien dalam mengidentifikasi fakto-faktor kardiovaskuler yang dapat diubah
Rasional
: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardivaskuler serta ginjal
d.
Atasi masalah dengan klien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya
hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor diatas.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk
gejala
e.
Bahas
pentingnya menghentikan merokok dan bantu klien dalam membuat rencana untuk
berhenti merokok
Rasional
: Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin mengakibatkan
peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah dan vasokonstriksi.
2.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi
adalah pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapakan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap implenmentasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhjan klien. Tindakan tersebut dapat dilakukan secara mandiri dan kerja sama dengan tim kesehatan
lain.
2.6 Evaluasi
Evaluasi
adalah
tindakan memeriksa setiap aktivitas yang kemudian member umpan balik mengenai
seberapa baik keberhasilan aktivitas dan apakah hasil yang di harapkan telah
tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar