BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM) I
BABI
KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
A. Konsep Manusia
Konsep manusia dibagi menjadi dua
bagian: Manusia sebagai makhluk holistik dan Manusia sebagai system.
1.
Manusia sebagai Makhluk
Holistik
Manusia sebagai makhluk holistik
mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri dari unsur biologis,
psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk
biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan,
gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur
yang lain.
Ø Manusia sebagai makhluk biologis, disebabkan karena:
·
Manusia terdiri dari gabungan
sistem-sistem organ tubuh
·
Manusia mempertahankan hidup
·
Manusia tidak terlepas dari
hukum alam (khususnya hukum perkembangan)
Ø Manusia sebagai makhluk psikologis, karena:
·
Setiap individu memiliki
kepribadian yang unik (sanguin, melankholik,dll)
·
Setiap individu memiliki
tingkahlaku yang merupakan manifestasi dari kejiwaan
·
Setiap individu memiliki
kecerdasan dan daya fikir
·
Setiap individu memiliki kebutuhan
psikologis untuk mengembangkan kepribadian
Ø Manusia sebagai Makluk sosial, karena:
·
Setiap individu hidup bersama
dengan orang lain
·
Setiap individu dipengaruhi
oleh kebudayaan
·
Setiap individu terikat oleh norma
yang berlakuk dimasyarakat
·
Setiap individu dipengaruhi dan
beradaptasi dengan lingkungan social
·
Setiap individu tidak dapat
hidup sendiri perlu bantuam orang lain
Ø Manusia sebagai makhluk Spritual karena:
·
setiap individu memiliki
keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan
·
setiap individu memiliki
pandangan hidup, dan dorongan sejalan dengan keyakinan yang dipegangnya
2.
Manusia sebagai Sistem
Manusia ditinjau sebagai sistem,
artinya manusia terdiri dari beberapa unsur/sistem yang membentuk suatu
totalitas; yakni sistem adaptif, sitem personal, sistem interpersonal, dan
sistem social
Ø Manusia sebagai sistem adaptif, disebabkan:
·
Setiap individu dapat berubah
·
Setiap individu merespon
terhadap perubahan
Ø Manusia sebagai sistem personal, disebabkan:
·
Setiap manusia memiliki proses
persepsi
·
Setiap manusia bertumbuh kembang
Ø Manusia sistem interpersonal
·
setiap manusia berinteraksi
dengan yang lain
·
setiap manusia memiliki peran
dalam masyarakat
·
setiap manusia berkomunikasi
terhadap orang lain
Ø Manusia sebagai sistem social
·
setiap individu memiliki
kekuatan dan wewenang dalam
·
pengambilan keputusan dalam
lingkungannya; keluarga, masyarakat, dan tempat kerja
B. Homeostatis dan Homeodinamik
Homeostatis ialah Pengaturan stabilitas dan adaptasi
secara alamiah terhadap konsisi lingkungan sekitarnya secara terus menerus. Homeostatis
terdiri dari homeostatis fisiologis dan psikologis.
Homeostatis fisiologis dikendalikan oleh sistem endokrin
dan saraf otonom. Homeostatis fisiologis terjadi melalui proses pengaturan
diri, kompensasi, umpan balik negatif, umpan balik ketidakseimbangan fisiologis.
1.
Sisten Pengaturan diri: pengaturan fungsi tubuh secara otomatis yang terjadi pada orang
sehat, contohnya pada sitem pencernaan.
2.
Sistem kompensasi: reaksi tubuh terhadap ketidaknormalan yang terjadi didalamnya,
misalnya saat lampu tiba-tiba mati maka mata akan dilatasi atau membesar untuk
meningkatkan kemampuan visual terhadap gelap.
3.
Sistem umpan balik negatif: makanisme penyimpangan tubuh dari keadaan normal.
4.
Sistem umpan balik
ketidakseimbangan fisiologis: Misalnya pada saat
kita lari, maka jantung akan memompa/berdenyut lebih cepat untuk mengimbangi
metabolisme yang lebih cepat.
Homeostasis psikologis berperan dalam keseimbangan
emosional dan kesejahteraan mental yang didapat dari pengalaman hidup
sehari-hari dan interaksi dengan orang lain, dan dipengaruhi oleh norma dan
adat istiadat masyarakat. contohnya ialah menangis ketika orang lain kedukaan,
tertawa ketika orang lain sedang bercerita sesuatu yang lucu.
Homeodinamik ialah proses pertukaran energi secara terus
menerus antara manusia dan tempat tinggalnya. Pada proses ini manusia
berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk bertahan hidup. Homeodinamik
mengikuti prinsip integralitas, resonansi, dan helicy
1.
Prinsip integralitas, prinsip
dasar hubungan antara manusia dan lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan.
Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara kontinu karena adanya interaksi
yang saling mempengaruhi antara manusia dengan lingkungannya.
2.
Prinsip resonansi, yaitu prinsip
bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi,
mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan lingkungan
3.
Prinsip helicy, yaitu prinsip
bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia berlangsung bertahap dan
terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan.
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia ialah unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis dan
psikologis untuk memper-tahankan kehidupan dan kesehatan.
Menurut Abraham
Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar:
1.
Kebutuhan fisiologis (makan,
minum, pakaian),
2.
Rasa aman
3.
Cinta kasih
4.
Harga diri, dan
5.
Aktualisasi diri
D. Ciri Kebutuhan Dasar Manusia
·
Setiap manusia pada dasarnya
memiliki kebutuhan yang sama namun kebutuhan tersebut dirubah sesuai kultur dan
keadaan
·
Setiap manusia memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan prioritas/ yang lebih penting
·
Setiap orang dapat merasakan
adanya kebutuhan dan meresponnya dengan berbagai cara
·
Kegagalan dalam memenuhi
kebutuhan menghasilkan ketidakseimbangan
·
Kebutuhan dapat membuat
seseorang berpikir dan bergumul memenuhi rangsangan internal dan eksternal
·
Kebutuhan saling berkaitan
dengan beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi akan mempengaruhi kebutuhan
lainnya.
E. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh:
1.
Penyakit.Penyakit menyebabkan
perubahan dalam memenuhi kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis,
karena fungsi organ tertentu memerlukan kebutuhan yang lebih besar dari
biasanya.
2.
Hubungan keluarga. Hubungan
yang baik antara anggota keluarga dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar
karena saling percaya, dan kebahagiaan.
3.
Konsep diri, konsep diri yang
positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Orang yang
optimis mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup
yang sehat, sehingga kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan mudah
4.
Tahap Perkembangan. Setiap
tahap perkembangan memiliki kebutuhan dasar yang berbeda-beda karena setiap
organ tubuh mengalami kematangan yang berbeda.
F. Pendapat Beberapa Ahli Tentang Model Kebutuhan Dasar Manusia
1.
Virginia Henderson
Virginia Henderson (dalam Potter dan
Perry, 1997) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut:
a.
Bernapas secara normal.
b.
Makan dan minum yang cukup.
c.
Eliminasi (buang air besar dan
kecil).
d.
Bergerak dan mempertahankan
postur yang diinginkan.
e.
Tidur dan istirahat.
f.
Memilih pakaian yang tepat.
g.
Mempertahankan suhu tubuh dalam
kisaran normal dengan menycsuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifIkasi
lingkungan.
h.
Menjaga kebersihan diri dan
penampilan.
i.
Menghindari bahaya dari
lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain.
j.
Berkomunikasi dengan orang lain
dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.
k.
Beribadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan.
l.
Bekerja sedemikian rupa sebagai
modal untuk membiayai kebutuhan hidup.
m.
Bermain atau berpartisipasi
dalam berbagai bentuk rekreasi.
n.
Belajar, mencmukan, atau memuaskan
rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan
penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
2.
Jean Waston
Jean Waston membagi kebutuhan dasar
manusia ke dalam 2 peringkat utama:
a.
Kebutuhan yang tingkatnya lebih
rendah (lower order needs)
b.
kebutuhan yang tingkatnya lebih
tinggi (higher order needs).
3.
Abraham Maslow
Teori hierarki kebutuhan dasar
manusia yang dikemukakan Abraham Maslow (dalam Potter dan Perry, 1997) dapat
dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut:
a.
Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan paling
dasar, oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh,
eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.
b.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan:
perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
-
Perlindungan fisik, perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup: Ancaman
tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dan lingkungan, dan sebagainya.
-
Perlindungan psikologis, perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing.
Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali
karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
sebagainya.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa
memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang,
mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok
sosial, dan sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri maupun
perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk
mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa pcrcaya diri, dan kemerdekaan diri.
Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri,
kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi
pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya
BAB II
A. Definisi Pertumbuh dan
Perkembangan
Sebagai pemberi pelayanan
keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari mulai manusia sebelum lahir
sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang samapun tindakan yang
diberikan akan sangat berdeda karena setiap orang adalah unik, sehingga seorang
perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk
suatu proses yang paling berkaitan dan sulit di pisahkan
Pertumbuhan adalah suatu proses
perubahan fisik yang ditandai dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh
yang disebabkan adanya penambahan perbesaran sel-sel tubuh, sedangkan
perkembangan adalah suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai
bertambahnya kemampuan atau ketrampilan yang menyangkut struktur tubuh yang
berkaitan dengan aspek non fisik
Pertumbuhan ditandai dengan perubahan ukuran bagian badan anak, yaitu dari
kecil menjadi besar. Sedangkan perkembangan ditandai oleh perubahan kemampuan,
yaitu dari pengetahuan yang terbatas pada waktu lahir menjadi kaya akan
kemampuan, seperti berjalan, berlari, tersenyum, berbicara, belajar, dan
bergaul di kemudian hari.
Didalam mempelajari proses perkembangan
manusia dengan tugas-tugas perkembangannya kita harus memahami dengan baik
istilah seperti; belajar dan kematangan. Belajar adalah adalah perubahan
tingkah laku yang diperoleh dengan latihan atas dasar kematangan dari orang
yang sedang belajar itu. Dan kematangan adalah kelengkapan dari pertumbuhan dan
perkembangan fungsi-fungsi badan dan mental sehingga seseorang dapat
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Mental adalah mengenai keadaan
psikologis, yaitu mencakup pikiran, status emosional dan perilaku.
B. Faktor Yang Mempengaruhi
Proses Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi
yaitu
1.
faktor herediter
2.
faktor lingkungan.
Manusia dalam tumbuh dan berkembang
dipengaruhi oleh kondisi:
1.
Fisik
2.
Kogniti
3.
Psikologis
4.
Moral
5.
Spiritual
C. Prinsip Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang merupakan proses yang
dinamis dan terus menerus.
Prinsip tumbuh kembang
1.
Tumbuh kembang terus menerus
dan komplek
2.
Tumbuh kembang merupakan proses
yang teratur dan dapat diprediksi
3.
Tumbuh kembang berbeda dan
terintegrasi
4.
Setiap aspek tumbuh kembang
berbeda dalah setiap tahapnya dan dapat dimodifikasi
5.
Tahapan tumbang spesifik untuk
setiap orang
Prinsip Perkembangan dari Kozier dan
Erb
1.
Manusia tumbuh secara terus
menerus
2.
Manusia mengikuti bentuk yang
sama dalam pertumbuhan dan perkembangan
3.
Manusia berkembang menyebabkan
dia mendapatkan proses pembelajaran dan kematangan
4.
Masing-masing tahapan
perkembangan memiki karakteristik tertentu
5.
Selama bayi (infancy) dan
balita merupakan saat pembentukan perilaku, gaya hidup, dan bentuk pertumbuhan.
Tumbuh kembang adalah Orderly
(tertib) dan sequential tetapi juga terus menerus dan komplek.
1.
Setiap orang memiliki pengalam
yang sama bentuknya
2.
Setiap bentuk dan tingkat
perkembangan adalah khas
Tumbuh kembang memiliki pola teratur
dan dapat diprediksi;
1.
Cephalocaudal (head to tail)
2.
Proximaldistal
3.
Symetrical
Tumbuh kembang berbeda dan
terintegrasi. Contoh syaraf tumbuh khas atau berbeda karena berespon terhadap
rangsangan yang berbeda. Perbedaan aspek dalam tumbuh kembang terjadi karena
beda tahap, jumlah dan dapat dimodifikasi.
1.
Tulang tumbuh cepat pada tahun
pertama, selama tahun sebelum sekolah pertumbuhan tulang melambat
2.
Bicara berkembang cepat pada
usia 3 – 5 tahun
Tahapan tumbuh kembang spesifik untuk
setiap orang. Keterampilan dan kematangan fisik dan psikologis berbeda dan
khusus dari setiap orang
D. Teori-Teori Tentang Tumbuh
Kembang
Teori tumbuh kembang
1.
Psychoanalisa dari Sigmund
Freud
2.
Psichososial dari Erik Erikson
3.
Perkembangan Kognitif dari Jean
Piaget
4.
Perkembangan Moral dari
Lawrence Kohlberg dan Carol Gilligan
5.
Perkembangan kepercayaan dari
James Fowler
1
Psikoanalisa :
1
Oral (0-18 bulan), kesenangan
berpusat pada mulut
2
Anal (8 bulan – 4 tahun),
kesenangan pada anal
3
Phallic (3 tahun – 7 tahun),
tertarik pada perbedaan jenis kelamin
4
Latency (5 tahun – 12 tahun)
Ø meningkat peran sex
Ø proses identifikasi pada orang tua
Ø persiapan berperan sebagai orang dewasa dan menjalin hubungan
5
Genital
(12 tahun – 20 tahun)
Ø Menjalin hubungan dengan hetero seksual
Ø Sexual pressures
2
Psikososial :
Berdasarkan pada 4 konsep utama
1.
Tahapan perkembangan
2.
Tujuan dan tugas perkembangan
3.
Krisis psikososial
4.
Proses koping
Tahapan perkembangan
1.
Basic trust vs mistrust
2.
Autonomy vs shame & doubt
3.
Initiative vs guilt (kesalahan)
4.
Industri vs inferiority
5.
Identity vs role confusion
6.
Intimacy vc isolation
7.
Generativity vs stagnation
8.
Ego integrity vs despair (putus
asa)
Ø Basic Trust vs Mistrust, (Infancy, 0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi mencari kebutuhan
dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang
lain dengan keyakinan bahwa setiap dia membutuhkan pasti ada orang yang akan
memberikan maka tumbuh pada dirinya sendiri kepercayaan (trust). Mistrust
disebabkan karena inkonsistensi, ianadequate atau unsafe care.
Perilaku positif
Ø Kasih sayang
Ø Gratification (kegembiraan, kegiarangan)
Ø Recognition (pengakuan/penghargaan)
Autonomy Vs Shame &
Doubt (Toddler, 1-3 tahun)
Ø Motorik dan bahasa berkembang
Ø Mulai belajar makan, berpakaian dan toilet
Ø Orang tua yang overprotec atau terlalu tinggi pengaharapan terhadap
anak akan menyebabkan anak shame & doubt (malu dan ragu)
Ø Perilaku positif: tergantung kepada orang tua tetapi memmandang diri
sendiri sebagai seseorang yang merupakan bagain dari orang tua
Initiative Vs Guilt, (Preschool, 4 – 5
tahun)
Ø Kepercayaan diri tumbuh maka anak akan memiliki isisiatif
Ø Pengekangan menyebabkan perasaan berdosa
Ø Perilaku positif: menunjukan imajinasi, imitasi orang dewasa,
mengetes realitas, anticipates roles (mengharapkan peran)
Industry Vs Inferiority (School age, 6
– 11 tahun)
Ø Anak senang menyelesaikan ssesuatu dan menerima pujian
Ø Anak tidak berhasil menyelesaikan tugasnya akan menjadi inferior
Ø Perilaku positif: memiliki perasaan untuk bekerja atau melaksanakan
tugas, mengembangkan kompetisi sosial dan sekolah, melakukan tugas yang nyata.
Identity Vs Role Confusion (Adolesence,
12 – 20 tahun)
Ø Banyak perubahan yang terjadi pada fisik
Ø Mencoba berperan dan apabila berhasil maka identitas akan terbangun
akan tetapi apabila tidak akan terjadi kebingungan confusion
Ø Perilaku positif: percaya pada diri sendiri (self certain), memiliki
pengalaman sexual, comitmen terhadap ideologi/kepercayaan
Intimacy Vs Isolation ( Young adulthood
20 – 40 tahun)
Ø Dewasa muda, membangun komitmen sehingga timbulah keintiman
Ø Apabila tidak mampu membangun komitmen anak akan mengalami isolasi
Ø Perilaku positif: menunjukan kemampuan untuk komitmen terhdap diri
sendiri dan orang lain, memmiliki kemampuan untu mencintai dan bekerja
Generativity Vs Stagnantion ( Midle
adulthood, 41 – 65 tahun)
Ø Memikirkan keturunan (generasi)
Ø Stagnasi disebabkan karena hanya memikirkan diri sendiri
Ø Perilaku positif: produktif dan kreatif untuk diri sendiri dan orang
lain
Ego Integrity Vs Despair (Late
adulthood, 65 tahun – lebih)
Ø Apabila orang dewasa tua tidak mampu membangun integritas egonya
maka ia akan mengalami putus asa
Ø Perilaku positif; menghargai kejadian masa lalu, sekarang dan yang
akan datang, menerima siklus hidup dan gaya hidup, menerima kematian
3
Teori perkembangan
Piaget
Jean Piaget lebih menekankan kepada
perkembangan kognitif atau intelektual. Piaget menyatakan perkembangan kognitif
berkembang dengan proses yang teratur dengan 4 urutan/tahapan melalui proses
ini:
1.
Assimilasi, adalah proses pada
saat manusia ketemu dan berekasi dengan situasi baru dengan mengunakan
mekanisme yang sudah ada. Pada tahap ini manusia mendapatkan pengalaman dan
keterampilan baru termasuk cara pandang terhadap dirinya dan duania
disekitarnya
2.
Akomodasi, merupakan proses
kematangan kognitive untuk memecahkan masalah yang sebelumnya tidak dapat
dipecahkan. Tahap ini dapat tercapai karena ada pengetahuan baru yang menyatu.
3.
Adaptasi, merupakan kemampuan
untuk mengantisipasi kebutuhan
Tahapan
Perkembangan Piaget
Tahap
|
Usia
|
Tingkah laku yang signifikan
|
Sensorimotor
|
0 – 2 tahun
|
Perilaku preverbal, kegiatan motorik sederhana terkoordinasi, dapat
mempersepsikan perasaan yang berbeda
|
Preoperasional
|
3 – 7 tahun
|
Egoscentrism: dapat menghubungkan konsep suatu benda dengan kenyataan,
konsep elaborate (rumit/panjang), mengajukan pertanyaan
|
Concrete operation
|
7 – 11 atau 12 tahun
|
Pemecahan masalah: mulai mengerti hubungan seperti ukuran, mengetahuai
kiri dan kanan, mempunyai penda[at atau sudut pandang
|
Formal operation
|
11 – 15 atau 16 tahun
|
Hidup dalam sekarang/nyata dan bukan sekarang/ tidak nyata, lebih
mempokuskan kepada sesuatu yang mungkin, dapat menggunakan alasan ilmiah,
dapat menggunakan logika
|
4
Robert J. Havighurst
Havighurst meyakini ada 6 periode atau
tahap dari perkembangan.
a.
Infancy dan early childhood
b.
Middle childhood
c.
Adolesence
d.
Early Adulthood
e.
Middle Age
f.
Later maturity
Periode Havighurst dari 6 Tugas Perkembangan
Periode
|
Tugas
|
Infancy dan childhood
|
Belajar berjalan, belajar berbicara, belajar makan makanan cair, belajar
mengontrol eleiminasi kotoran dari tubuh, belajar membedakan kelamin,
menerima kestabilan psikologi, membentuk konsep sosial dan fisik yang
sederhana, belajar berhubungan emosi dengan orang tua, saudara (sibling), dan
orang lain, belajar membedakan benar dan salah, mengembangkan nurani
|
Middle childhood
|
Belajar keterampilan fisik yang penting dalam permainan, membangun
perilaku yang menunjukan diri sendiri sebagai organisme yang berkembang.
Belajar mendapatkan teman sebaya, belajar menilai peran feminim dan maskulin,
mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan menghitung, mengembangkan
konsep yang penting dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan nilai
perasaan, moral, dan skala, mendapatkan kebebasan individu, mempertahankan
perilaku dalam kelompok dan institusi.
|
Adolesence
|
Menerrima keadaan fisik dan menerima peran maskulin atau feminim,
mengembangkan hebungan dengan jenis kelamin yang berbeda, memiliki ketidak
tergantungan emosid engan orang tua dan orang dewasa lain, memiliki jaminan
ekonomi sendiri, memilih dan mempersiapkan pekerjaan sendiri, mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep dalam kehidupan sipil, mempersiapkan
perkawinan, dan kehidupan berkeluarga, mendapatkan nilai dan sistem etik yang
harmoni dalam memandang dunia, memiliki keinginan dan menerima tanggung jawab
perilaku sosial.
|
Early adulthood
|
Memilih teman hidup, belajar hidup dengan pasangan perkawinan, memulai
berkeluarga, memiliki anak, mengatur rumah, mulai mendapatkan pekerjaan,
memikirkan kepentingan umum, menemukan grup hobies
|
Midle age
|
Menerima peran sivil dan tanggung jawab sosial, membangun dan mempertahankan
standar ekonomi kehidupan, membantu remaja memmiliki tanggung jawab,
menggunakan waktu luang untuk mengembangkan kedewasaan, menerima dan menilai
perubahan psikologis usia pertengahan, mengatur waktu sebagai orang tua
|
Late maturity
|
Menerima penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, menerima pensiun dan
penurunan pendapatan, menerima kematian pasangan, membangun hubungan ekplisit
dengan kelompok seusia, kegiatan sosial dan melakukan kewajiban sipil,
membangun kepuasan kehidupan fisik
|
E. Tumbuh Kembang Tiap
Tahapan usia
1
Tumbuh Kembang
Janin
Ø Perkembangan
bulan pertama sampai ke 2
Ada tonjolan di jantung dan bengkak dikepala, karena
otak sedang berkembang. Jantung mulai berdetak, dan dapat dilihat detakannya
pada suatu alat ultra sonic scan. Lesung pipit pada sisi kepala akan menjadi
telinga. Dan terjadi pengentalan yang nantinya akan membentuk mata. Pada bagian
atas badan akan terjadi pembengkakan yang akan membentuk tulang dan otot. Dan
bengkak kecil menunjukan lengan dan kaki mulai tumbuh.
Ø
Perkembangan
Embrio Bulan Ke 3
Pada tahap ini, bagian muka pelan-pelan mulai terbentuk.
Mata terlihat lebih jelas dan mempunyai beberapa warna. Juga telah terbentuk
mulut dengan lidah. Pada tahap ini calon tangan dan kaki mulai terlihat
menonjol pada sisi lateral corpus dan distal. Selanjutnya akan terlihat
garis-garis bakal terbentuknya jari-jari tangan dan kaki. Juga mulai terbentuk
organ-organ dalam utama seperti jantung, otak, paru-paru, hati, ginjal, usus.
Ø Perkembangan
Embrio Pada Bulan Ke 4
Dua belas minggu setelah proses pembuahan, janin telah
terbentuk sepenuhnya. Semua organ badannya, otot, lengan dan tulang telah
lengkap. Janin mengalami pertumbuhan yang lebih matang. Saat minggu ke 14,
denyut jantung berdetak lebih kencang dan dapat etrdengar menggunakan alat
ultrasonic detector. Denyut jantung berdetak sangat cepat sekitar dua kali
lebih cepat dari denyut jantung orang dewasa.
Ø Perkembangan
bulan ke 5-6
Pada masa ini janin tumbuh dengan cepat. Bagian tubuh
tumbuh lebih besar sehingga badan dan kepala lebih proporsional. Garis-garis
pada kulit jari kini telah terbentuk, sehingga janin memiliki sidik jari
sendiri. Pada minggu ke 21 hingga minggu ke 25, anda akan merasakan gerakan
janin untuk pertama kali. Pada mulanya akan terasa suatu denyutan atau sedikit
peregerakan, dan mungkin terasa seperti gangguan pencernaan. Selanjutnya, anda
akan merasakan janin anda menendang.
Ø Perkembangan
bulan ke 7-8
Janin kini bergerak dengan penuh semangat dan bereaksi
terhadap sentuhan dan bersuara. Janin juga mempunyai kebiasaan untuk bangun dan
tidur. Kebiasaan ini sering berbeda dengan kebiasaan anda. Ketika anda
istirahat pada malam hari, janin mulai bangun dan menendang. Pada minggu ke 29,
kelopak mata janin terbuka untuk yang pertama kali. Pada minggu ke 30, panjang
janin normal Indonesia
sekitar 33 cm.
Ø Perkembangan
bulan ke 9 sampai lahir
Pada minggu ke 35 terjadi proses penyempurnaan kulit,
yang sebelumnya berkerut, pada tahap ini lebih lembut dan halus. Pada minggu ke
38, janin pada umumnya terbaring turun, siap untuk proses kelahiran.
Kadang-kadang sebelum kelahiran, kepala berpindah masuk ke panggul dan disebut
“masuk pintu atas panggul”, namun, terkadang kepala janin belum masuk pintu
atas panggul sampai kelahiran dimulai.
2
Tumbuh Kembang Neonatus
Neonatus adalah masa kehidupan pertama
di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat
besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.
a.
Intrinsik
Yaitu kemampuan yang telah ada sejak lahir melalui
rangsangan-rangsangan dengan cara yang khas. Contoh: bayi akan tersenyum bilas
dia diajak berbicara ibunya walaupun ia belum mengerti kata-kata yang diucapkan
ibunya.
b.
Reflek
Yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa disadari pada bayi normal.
Ø Tonik neek reflek, Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan scara spontan memiringkan kepalanya.
Ø Rooting reflek, Bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi
maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.
Ø Grasping reflek, Bila jari
kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam
sangat kuat.
Ø Moro reflek, Reflek yang timbul diluar kemauan/kesadaran bayi.
Contoh: bila bayi diangkat/direnggut secara kasar dari
gendongan kemudian seolah-olah bayi melakuakn gerakan yang mengangkat tubuhnay
pada orang yang mendekapnya.
Ø Startle reflek, Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti
mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangis.
Ø Stapping reflek, Reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat
tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah
–olah berjalan.
Tanda-tanda perkembangan bayi 0-3
bulan: Gerakan kasar Gerakan halus Bicara, bahasa, kecerdasan Bergaul dan
Mandiri, Menggerakkan kedua tungkai dan lengan sama mudahnya ketika telentang
Memberikan reaksi dan melihat kearah sumber cahaya. Mengeluarkan suara
(mengoceh) Membalas senyuman
Stimulasi perkembangan bayi 0-3 bulan
·
Pengungkapan rasa cinta, kasih
sayang dan rasa aman
Berbicara lembut, memeluk, membelai, mencium, menyanyikan lagu.
Berbicara lembut, memeluk, membelai, mencium, menyanyikan lagu.
·
Menirukan ocehan, gerakan mimik
anak.
Anak sering diajak bicara dan mendengarkan berbagai suara misalnya: suara burung, radio, kerincingan.
Anak sering diajak bicara dan mendengarkan berbagai suara misalnya: suara burung, radio, kerincingan.
·
Melatih anak membalikkan badan
dari terlentang ke telungkup
Ketika telentang anak dibuat agar memperhatikan benda yang menarik(berwarna, menyolok/berbunyi) benda itu kemudian digerakkan kesisi badannya, anak akan mengikuti benda itu sambil memiringkan badan, benda digerakkan terus agar anak berlatih membalikkan badannya.
Ketika telentang anak dibuat agar memperhatikan benda yang menarik(berwarna, menyolok/berbunyi) benda itu kemudian digerakkan kesisi badannya, anak akan mengikuti benda itu sambil memiringkan badan, benda digerakkan terus agar anak berlatih membalikkan badannya.
·
Melatih anak mengangkat kepala
dan memperhatikan benda bergerak. Gerakkanlah benda yang menarik dihadapan
anak, ketika ia telungkup angkatlah benda itu ke atas, sehingga anak dilatih
mengangkat kepalanya ketika memperhatikan benda itu.
·
Melatih anak menggenggam benda
kecil
Sentuhlah pensil atau benda yang serupa pada punggung atau ujung jari tangan anak. Anak akan berlatih menggenggam benda tersebut.
Sentuhlah pensil atau benda yang serupa pada punggung atau ujung jari tangan anak. Anak akan berlatih menggenggam benda tersebut.
Pada masa ini bayi dilengkapi dengan
beberapa kemampuan yaitu intrinsik reflek.
3
Tumbuh Kembang Usia Pra Sekolah
Anak usia pra sekolah adalah anak yang
berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki
karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal
pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d
2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB
rata-rata 95 cm.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun
keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm
sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir.Frekuensi nadi dan
pernafasan turun sedikit demi sedikit.
Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm,yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi.
Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm,yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi.
Sementara tidak jauh beda dalam segi
perkembangan, kemampuan beberapa aspek vital anak mengalami
peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ketahun, diantaranya adalah Aspek
motorik :
a.
Tahun ketiga
Anak mampu berdiri diatas satu kaki
untuk beberapa detik,menaiki tangga dengan kaki bergantian,dan turun dengan dua
kaki untuk melangkah,melompat panjang.Anak mampu menyusu balok menara 9-10
kotak.membangun jembatan dengan 3 kotak,mampu memasukkan biji-bijian kedalam
kotak berleher sempit dengan benar dan dalam menggambar anak dapat meniru
lingkaran dana silangan serta menyebutkannya.
b.
Tahun keempat
Anak sudah dapat melompat dan
meloncat dengan satu kaki,menangkap bola dengan tepat,berjalan mnuruni tangga
dengan kaki bergantian.anak sudah mampu menggunakan gunting dengan baik untuk
memotong gambar mrngikutio garis,dapat memasang sepatu tetapi belum dapat
mengikat talinya .
c.
Tahun kelima
Pada tahun kelima sampai ke enam anak
sudah mampu melompat dan meloncat pada kaki bergantian serta melempar dan
menangkap bola dengan baik .Anak sudah mampu menggunakan gunting dan alat
sederhana sepreti pensil dengan sangat baik,mampu mengikat tali sepatu,anak
juga sidah mampu mencetak beberapa huruf,angka atau kata seperti nama
panggilan.
·
Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang
dicapai jurang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata
atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6
sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak
komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan
bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
·
Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan
makan sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya
sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah
mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dank eras kepala atau
tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam
pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak
sudah jarang memberontak,lebih tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih
bertanggungjawab,mencoba untuk hidup berdasarkan outran,bersikap lebih
baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
·
Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung
egosentrik dalam berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami
perbaikankonsep tentang ruang,dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif
yang berbeda.
Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,memahami
waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut dimensinya,penilaian muncul
berdasarkan persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social lebih
tinggi,mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena
memahami hal benar atau salah.
Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang
perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat
ingin tahu tentang factual dunia.
4
Tumbuh Kembang Toddler
Toddler adalah anak adalah anak anatara
rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan
kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih
besar.
Perkembangan Fisik perkembangan ketrampilan
motorik yang cepat membolehkan anak untuk berpartisipasi dalam tindakan
perawatan diri sendiri seperti makan, berpakaian dan eliminasi. Pada awal
toddler berjalan dalam posisi tegak dengan sikap papan berjalan, abdomen
menonjol, dan lengan berada diluar sisi untuk keseimbangan. Segera anak mulai
mengemudikan kursi, menggunakan pegangan atau dinding untuk mempertahankan
keseimbangan sambil meninggikan, menempatkan kaki pada langkah yang sama
sebelum melanjutkan langkah. Keberhasilan memberikan dorongan untuk mencoba
cara yang lebih tegak untuk mengalihkan kursi dengan cara yang sama.
Ketrampilan daya gerak segera meliputi berlari, melompat, berdiri satu kaki
beberapa detik, dan menendang bola. Kebanyakan toddler dapat mengendarai sepeda
roda tiga, memanjat tangga dan berlari dengan baik.
Kemampuan motorik halus meningkat dari
menggambar lingkaran secara spontan sampai menggambar garis silang dengan
benar. Pada usia tiga tahun, anak menggambar orang kayu sederhana dan biasanya
dapat menumpuk kotak-kotak kecil menjadi menara. Peningkatan ketrampilan daya
gerak, kemampuan untuk melepas pakaian, dan perkembangan control sfingter
memungkinkan anak untuk toilet training jika toddler telah mengembangkan
kemampuan kognitif yang penting. Orangtua sering konsultasi pada perawat untuk
pengkajian kesiapan toilet training.
System jantung paru menjadi stabil pada
masa toddler. Rata-rata denyut jantung dan pernapasan lambat sampai rata-rata
110x/menit dan pernapasan 25x/menit, secara berurutan, dan tekanan darah bervariasi.
Rentang normal tekanan darah adalah sistolik 70-110 dan diastolik 40-70 mmHg.
5
Tumbuh Kembang Anak Usia
Sekolah
Pada usia ini anak disebut juga priode
intelektual, karena merupakan tahap pertama anak menggunakan sebagian waktunya
untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya. Perhatian anak sedang ditujukan
kepada dunia pengetahuan tentang dunia dan alam sekelilingnya serta senang
sekali membaca tentang cerita petualangan yang menambah pengalamannya. Pada
usia ini terjadi perubahan-perubahan dari usia sebelumnya diantaranya iala :
a) Minat
Minatnya
objektif, perhatian lebih ditujukan pada dunia kenyataan atau dinia objektif
yang dianalisa serta menunjukkan adanya hokum sebab akibat. Anak akan mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan. Jika lingkungannya mendukung anak akan
lebih mudah untuk belajar kebiasaan seperti tidur dan bangun pada waktunya,
makan, belajar, pada waktu dan tempatnya, dan anak mudah diajak kerja sama dan
patuh. Ikut aktif dalam kepramukaan akan sangat membantu dalam pembentukan
kepribadian yang stabil.
Untuk
mengembangkan minat tergantung pada kesempatan yang ada, misalnya saja seorang
anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius kemungkinan besar anak
tidak menauh minat pada agama. Dalam pengembangan minat, hubungan antar pribadi
lebih menunjanga dari pada pengajaran khusus, juga suka atau tidak suka
memainkan peranan penting, seperti anak yang tidak menyukai gurunya cenderung
tidak menyukai pelajarannya.
b) Kesempurnaan
Menurut
Ericson anak nampak rajin dan aktif karena ingin menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan padanya. Karenanya jaga jangan sampai anak rendah diri, usahakan anak
merasxa tenang, mampu berprestasi. Priode ini disebut usia sekolah kareana itu
anak tidak boleh gagal dalam sekolahnya. Ia harus memperoleh kepuasan atas
keberhasilannya dan kepuasan ini akan memperkuat perkembangan kepribadiannya.
Sikap sukses akan memberikan perasaan mampu pada dirinya yang akan menjadi
modal dasar untuk menyelesaikan tugas-tugas lebih lanjut dan lebih berat.
c) Bermain
Dengan kemajuan
usianya dan bertambah popularnya bentuk hiburan seperti bacaan, film dan
televisi maka kegiatan bermain menjadi berkurang.
d) Permasalahan
Dunianya
makin luas demikian pula minatnya dengan pelajaran formal di sekolah,
pembahasan mengenai lingkungan meningkat.melalui kemampuan membaca anak dapat
bertukar pikiran dengan teman-teman sebayanya. Dengan demikian anak
mengembangkan sikap yang realistis mengenai hidup.
e) Moral
Kontaknya
anak dengan orang lain membuat pandangan atau konsepnya semakin luas. Ia
menemukan apa yang selama ini dianggap benar atau salah di rumah yang tidak
selamanya sesuai dengan di luar rumah. Sehingga ukuran-ukuran baru mengenai
moral anak tumbuh secara bertahap yang kadang-kadang bertentangan dengan yang
dianut orang tua. Anak mengemban rasa kejujuran dan keadil;an yang tinggi dan
ia tidak segan-segan memprotes bila ia diperlakukan tidak adil.
f) Hubungan Keluarga
Walaupun
lingkungan anak telah bertambah luas pengaruh orang tua masih membekas dalam
perkembangan kepribadiannya. Misalnya orang tua yang berambisi, dapat
mempengaruhi anak menjadi kurang tenang, tidak aman dan tidak menerima bila
gagal mencapai harapan-harapan orang tua.
g) Salah Didikan
Jika salah
didikan akan timbul berbagai masalah prilaku seperti mengompol, berbohong, suka
berkelahi, nakal dan malas belajar, mengganggu adik-adiknya, melancong,
melamun, lari dari rumah, tidak naik kelas, merokok, dsb. Untuk memperbaiki
salah penyesuaiian diri perlu diteliti latar belakang kehidupan anak, mengapa
hal itu terjadi, sering ditemukan sebabnya, karena kurang perhatian orang tua.
BAB III
KONSEP NYERI
A. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang
hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang
lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan
hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat
menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal.
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain
(IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
B.
Penyebab Nyeri
1.
Trauma
Ø Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat
ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan,
luka dan lain-lain.
Ø Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
Ø Khemis
Timbul karena kontak dengan zat
kimia yang bersifat asam atau basa kuat
Ø Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2.
Neoplasma
Ø Jinak
Ø Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan
ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh
pembengkakan. Misalnya : abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh
darah
5.
Trauma
psikologis
C.
Klasifikasi
Nyeri
Menurut Tempat:
a) Periferal Pain
Ø Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
Ø Deep Pain (Nyeri Dalam)
Ø Reffered Pain (Nyeri Alihan), nyeri yang
dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b) Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada
susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak dll.
c)
Psychogenic
Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab
organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
d) Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan
pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom
pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan
stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri
pada area yang telah diangkat.
e) Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
Menurut Sifat
Ø Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian
menghilang
Ø Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan
dalam waktu yang lama
Ø Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap 10 – 15 menit, lalu menghilang dan
kemudian timbul kembali.
Ø Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan
diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik
merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan
kecanduan.
Menurut Berat Ringannya
Ø Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
Ø Nyeri
sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
Ø Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
Menurut Waktu Serangan
Terdapat beberapa cara
untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada tahun 1986, The National Institutes
of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan nyeri menurut
penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe
dari nyeri : akut, Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan.
Nyeri akut timbul
akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri Kronik Nonmalignan
diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh.
Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut Chronic
Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan terhadap dua
tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis :
·
Nyeri Akut, Nyeri akut biasanya berlangsung singkat,
misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan
gejala-gejala antara lain : perspirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan
darah meningkat, dan pallor
·
Nyeri
Kronis. Nyeri kronis
berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien sering
sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
D.
Fisiologi nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara
anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga
yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda
inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu:
a.
Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan
tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat
hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
b.
Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan
tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam
meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf,
otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek,
nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
c.
Reseptor Viseral
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor
viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus,
ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak
sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,
iskemia dan inflamasi.
E. Teori Pengontrolan Nyeri (Gate control theory)
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor
dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori
yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang
kendali nyeri dianggap paling relevan
(Tamsuri, 2007)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan
bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat
sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.
Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan
substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme
pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang
lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter
penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan
menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat
saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang
dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang
dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls
nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang
memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin
dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator
ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P.
tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk
melepaskan endorfin (Potter, 2005)
F. Respon Terhadap Nyeri
1
Respon Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan
dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti
nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain:
Ø
Bahaya atau merusak
Ø
Komplikasi seperti infeksi
Ø
Penyakit yang berulang
Ø
Penyakit baru
Ø
Penyakit yang fatal
Ø
Peningkatan ketidakmampuan
Ø
Kehilangan mobilitas
Ø
Menjadi tua
Ø
Sembuh
Ø
Perlu untuk penyembuhan
Ø
Hukuman untuk berdosa
Ø
Tantangan
Ø
Penghargaan terhadap
penderitaan orang lain
Ø
Sesuatu yang harus ditoleransi
Ø
Bebas dari tanggung jawab yang
tidak dikehendaki
Pemahaman dan pemberian arti nyeri
sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu dan juga
faktor sosial budaya
2
Respon fisiologis terhadap nyeri
Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)
Ø
Peningkatan heart rate
Ø
Dilatasi saluran bronkhial dan
peningkatan respirasi rate
Ø
Vasokonstriksi perifer,
peningkatan BP
Ø
Peningkatan nilai gula darah
Ø
Diaphoresis
Ø
Peningkatan kekuatan otot
Ø
Dilatasi pupil
Ø
Penurunan motilitas GI
Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan
dalam)
·
Muka pucat
·
Otot mengeras
·
Penurunan HR dan BP
·
Nafas cepat dan irreguler
·
Nausea dan vomitus
·
Kelelahan dan keletihan
3
Respon tingkah laku terhadap nyeri
Ø Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
Ø
Pernyataan verbal (Mengaduh,
Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
Ø
Ekspresi wajah (Meringis,
Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
Ø
Gerakan tubuh (Gelisah,
Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan
Ø
Kontak dengan orang
lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial,
Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)
Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi
sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau
menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu
letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri
hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi
mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri. Meinhart & McCaffery
mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:
a)
Fase antisipasi (terjadi
sebelum nyeri diterima)
Fase ini mungkin bukan merupakan fase
yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase
ini memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri
tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.
b)
Fase sensasi (terjadi saat
nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan
nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi
nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara
satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya
orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan
stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri
mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah sudah mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin
membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari
stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan
endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin
merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya
dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh.
Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali
pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara
teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang
yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti
itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan
nyeri secara efektif.
c)
Fase akibat (terjadi ketika
nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah
berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat,
karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa
pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan
dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan
kemungkinan nyeri berulang.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri
1)
Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri,
sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa
kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap
nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2)
Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan
wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih
dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri).
3)
Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana
seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah
menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4)
Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman
seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
5)
Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan
perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990),
perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi,
guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6)
Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap
nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
7)
Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil
mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia
akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8)
Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah
seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan
menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9)
Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri
seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh
dukungan dan perlindungan
H. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran
nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik
ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri,
2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1
skala intensitas nyeri deskritif
2) Skala
identitas nyeri numerik
3) Skala
analog visual
4) Skala
nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
0 :Tidak
nyeri
1-3 : Nyeri
ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri
berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : Nyeri
sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan
atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan
nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini
berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga
sulit untuk dipastikan.
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang
lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi
yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh
nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS)
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan
saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10
cm (AHCPR, 1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel
subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang
terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi
klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat
merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu
kata atau satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan
dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien
dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala
deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri,
tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan
setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah
nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).
I.
Pengkajian Nyeri
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat harus
menanyakannya secara langsung kepada klien. Karakteristika.
1
Lokasi. Pengkajian lokasi nyeri
mencakup 2 dimensi:
·
Tingkat nyeri, nyeri dalam atau
superfisial
·
Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superfisial biasanya dapat secara
akurat ditunjukkan oleh klien; sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam
(viscera) lebih dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi
empat kategori, yang berhubungan dengan lokasi :
§ Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya
§ Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf
spesifik
§ Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak
dapat dilokalisir
§ Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh
dari area rangsang nyeri.
2
Intensitas, Beberapa faktor yang mempengaruhi
nyeri :
§ Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian
§ Status kesadaran klien
§ Harapan klien
§ Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan.
Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis
dari klien.
3
Waktu dan Lama (Time &
Duration)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan
nyeri mulai timbul; berapa lama; bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa
nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.
4
Kualitas
Deskripsi menolong orang
mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang
dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan “ada yang membentur kepalanya”,
nyeri abdominal dikatakan “seperti teriris pisau”. Alat Pengukur Nyeri
J.
Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri
dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
1.
Non Farmakologik intervention :
Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
2.
Farmakologi Intervention
a)
Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara lain:
Beberapa teknik distraksi, antara lain:
1.
Nafas lambat, berirama
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery
b)
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
·
Relaksasi akan menurunkan
ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
·
Menurunkan nyeri otot
·
Menolong individu untuk
melupakan nyeri
·
Meningkatkan periode istirahat
dan tidur
·
Meningkatkan keefektifan terapi
nyeri lain
·
Menurunkan perasaan tak berdaya
dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart
(1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :
2.
Klien menarik nafas dalam dan
menahannya di dalam paru
2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
c)
Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain:
·
Kompres dingin
·
Analgesics ointments
·
Counteriritan, seperti plester
hangat.
·
Contralateral Stimulation,
yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang nyeri.
d)
Farmakologik Agent
1.
Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan
interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan
Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan
nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka
analgesik dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan interval, seperti
setiap 4 jam (q 4h) setelah pembedahan.
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
·
Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah: derivat opiate seperti
morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal: persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal: persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
·
Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari: Asam Salisilat (aspirin);
Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone). Meskipun begitu
terdapat pula obat analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat
(strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya:
Tylenol, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik
dengan codein, 30mg.
·
Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari dokter.
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari dokter.
Medical Interventions
1.
Blok Saraf (Nerve Block)
2. Electric Stimulation
3. Acupunture
4. Hypnosis
5. Surgery/Pembedahan
6. Biofeedback
2. Electric Stimulation
3. Acupunture
4. Hypnosis
5. Surgery/Pembedahan
6. Biofeedback
BAB
IV
PEMERIKASAAN
TANDA-TANDA VITAL
(VITAL
SIGHN)
A. Definisi
Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign)
merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sitem tubuh. Tanda vital
meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah. Tanda
vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda
vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh;
Denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi
pernafasan dapat menunjukkan fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat menilai
kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi.
Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi aktivitas
berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator
adanya gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh
perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya
merupakan kegiatan rutin pada klien, akan tetapi merupakan tindakan pengawasan
terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu
dengan yang lain. Tingkat kegawatan pasien seperti pada kondisi pasien kritis
akan membutuhkan pengawasan terhadap tanda vital yang lebih ketat dibanding
pada kondisi pasien yang tidak kritis, demikian sebaliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang
dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi,
pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran tekanan darah.
B. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan
denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung.
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat.
Kondisi hipertermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 – 20 kali per
menit setiap peningkatan suhu 1 derajat celcius.
Tabel frekuensi nadi
Umur
|
Frekuensi nadi rata-rata
|
Lahir
|
140
|
1 bulan
|
130
|
1 – 6 bulan
|
130
|
6 – 12 bulan
|
115
|
1 – 2 tahun
|
110
|
2 – 4 tahun
|
105
|
6 – 10 tahun
|
95
|
10 – 14 tahun
|
85
|
14 – 18 tahun
|
82
|
Sumber:
Joyce Engel 1995
|
|
Penilaian denyut nadi
yang lain adalah takikardia sinus yang ditandai dengan variasi 10 – 15 denyutan
dari menit ke menit dan takikardia supraventrikuler paroksimal ditandai dengan
nadi sulit dihitung karena terlalu cepat (lebih dari 200 kali per menit). Bradikardia
merupakan frekuensi denyut jantung lebih lambat dari normal. Pemeriksaaan nadi
yang lain adalah iramanya, normal atau tidak. Disritmia (aritmia) sinus adalah
ketidakteraturan nadi, denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan lambat
saat ekspirasi.
Tabel pola nadi
Pola Nadi
|
Deskripsi
|
·
Bradikardia
·
Takikardia
·
Sinus aritmia
·
Pulsus alternans
·
Pulsus Gigeminus
·
Pulsus paradoxsus
·
Thready pulses
·
Pulsus Corrigan
|
-
Frenkuensi nadi lambat
-
Frekuensi nadi meningkat dalam keadaan takut,
menangis, aktivitas meningkat atau demam yang berkaitan dengan kelainan
jantung
-
Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi dan
menurun selama ekspirasi, sinus arutmia merupakan variasi normal pada anak
terutama pada saat tidur
-
Denyut nadi yang silih berganti kuat lemah dan
kemungkinan menunjukan gagal jantung
-
Denyutan berpasangan yang berhubungan dengan
denyutan premature
-
Kekuatan nadi menurun dengan inspirasi
-
Denyutan nadi cepat dan lemah, menunjukan tanda
syok nadi sukar dipalpasi tampak muncul dan menghilang
-
Denyut nadi kuat dan berdetak-detak disebabkan
variasi yang luas pada tekanan nadi
|
Sumber:
Joyce Engel 1995
|
|
Prosedur Pemeriksaan Denyut Nadi
TAHAP PRE INTERAKSI
o Membaca catatan
keperawatan/cek catatan medis keperawatan klien
o memvalidasi
perasaan perawat
o Menyiapkan
alat-alat yang diperlukan
·
Jam Tangan/ Stop watch
·
Buku catatan
·
Pena/ alat tulis
o Mencuci tangan
|
TAHAP ORIENTASI
o Memberi salam,
panggil klien dengan menggunakan nama yang disenangi & memperkenalkan
nama perawat
o Menjelaskan
prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
o Memberikan
kesempatan untuk bertanya
|
TAHAP KERJA
o Menjaga privasi
klien (memasang skeren)
o Menanyakan keluhan
utama saat ini
o Menjelaskan
prosedur kepada klien
|
MENILAI DENYUT NADI
RADIALIS
o Mengatur posisi
pasien yang nyaman dan rilaks
o Menekan kulit dekat
dengan arteri radialis dengan tiga jari, dan meraba denyut nadi
o Menekan arteri
radialis dengan kuat dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik, jika
tidak teraba denyutan jari-jari digeser kekanan dan kekiri sampai ketemu
o Denyutan pertama
akan teraba kuat, menekan sampai denyutan hilang, melepas tekanan sampai
denyutan terasa kuat lagi
|
MENILAI NADI
BRAKHIALIS
o Mengatur posisi
yang nyaman dan rileks
o Meraba mencari
daerah pulse brakial (antara bisep dan trisep)
o Menekan arteri
radialis dengan kuat dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik, jika
tidak teraba denyutan jari-jari digeser kekanan dan kekiri sampai ketemu
o Denyutan pertama
akan teraba kuat, menekan sampai denyutan hilang, melepas tekanan sampai
denyutan terasa kuat lagi
|
TAHAP TERMINASI
o Menanyakan pada
pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
o Berikan
reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
o Merapikan alat dan
klien
o Cuci tangan
o Melakukan kontrak
untuk tindakan selanjutnya
|
DOKUMENTASI
o Catat seluruh hasil
tindakan dalam catatan keperawatan.
|
C. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan
darah indikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler. Dalam prosesnya
perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1
Tolakan Perifer. Merupakan sistem peredaran darah yang memiliki
sistem tekanan tertinggi (arteria) dan sistem tekanan terendah (pembuluh
kapiler dan vena), diantara keduanya terdapat arteriola dan pembuluh otot yang
sangat halus.
2
Gerakan memompa oleh jantung. Semakin banyak darah yang dipompa ke dalam arteria menyebabkan arteria
akan lebih menggelembung dan mengakibatkan bertambahnya tekanan darah. Begutu juga
sebaliknya.
3
Volume darah. Bertambahnya darah
menyebabkan besarnya tekanan pada arteria.
4
Kekentalan
darah. Kekentalan darah ini tergantung dari
perbandingan sel darah dengan plasma.
Pemeriksaan tekanan
darah dapat diukur dengan metode yaitu
·
Metode Langsung: Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang
dimasukkan kedalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini
merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi
memerlukan persyaratan dan keahlian khusus
·
Metode Tak Langsung: Metode yang menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran
tak langsung ini menggunakan 2 cara yaitu
Ø Palpasi yang mengukur
tekanan sistolik tanpa menggunakan stetoskop dan
Ø Auskultasi yang dapat
mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan stetoskop
Tabel Nilai Normal Tekanan Darah
Umur
|
Sistolik/Diastolik (mmHg)
|
1 bulan
|
86/54
|
6 bilan
|
90/60
|
1 tahun
|
96/65
|
2 tahun
|
99/65
|
4 tahun
|
99/65
|
6 tahun
|
99/65
|
8 tahun
|
100/60
|
10 tahun
|
105/60
|
12 tahun
|
110/60
|
16 tahun
|
115/60
|
Diatas 18 tahun
|
120/60
|
Sumber:
Joyce Engel 1995
|
|
Prosedur Pemeriksaan
Tekanan Darah
TAHAP PREINTERAKSI
o Membaca catatan
keperawatan/cek catatan medis keperawatan klien
o validasi perasaan
perawat
o Menyiapkan
alat-alat yang diperlukan
·
Tensimeter lengkap
·
Stetoskop
·
Buku catatan
·
Pena/alat tulis
o 4.Mencuci tangan
|
TAHAP ORIENTASI
o Memberi salam,
panggil klien dengan menggunakan nama yang disenangi & memperkenalkan
nama perawat
o Menjelaskan
prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
o Memberikan
kesempatan untuk bertanya
|
TAHAP KERJA
o Menjaga privasi
klien (memasang skeren)
o Menanyakan keluhan
utama saat ini
o Mengatur posisi
klien
o Menyingsingkan
lengan baju klien
o Memasang manset
sekitar lengan atas ± 2,5 cm diatas auto cubita (dewasa)
o Mengatur tensimeter
agar siap dipakai (untuk tensimeter air raksa), yaitu menghubungkan pipa
tensimeter dengan pipa manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci
reservoir
o Melakukan palpasi
pada daerah arteri brachialis
o Meletakkan
diafragma stetoskop diatas denyut arteri brachialis
o Menutup katup dari
pompa spygnomanometer
o Raba arteri
radialis
o Memompa manset dari
spygnomanometer sampai arteri radialis tidak teraba, kemudian naikkan 20-30
mmhg
o Mengendorkan pipa
2-3 mmhg per denyut
o Mencatat bunyi
korotkoff I dan V atau bunyi detak pertama (systole) dan terakhir (diastole)
pada manometer sebagai mana penurunan tekanan
o Melonggarkan pompa
segera sesudah bunyi terakhir hilang
o Jika pengukuran
perlu diulang, tunggu 30 detik dan lengan ditinggikan diatas jantung untuk
mengalirkan darah dari lengan
o Melepas manset dari
lengan klien
o Mengembalikan
posisi pasien senyaman mungkin.
|
TAHAP
TERMINASI
o Menanyakan pada
pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
o Berikan
reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
o Merapikan alat dan
klien
o Cuci tangan
o Melakukan kontrak
untuk tindakan selanjutnya
|
DOKUMENTASI
o Catat seluruh hasil
tindakan dalam catatan keperawatan
|
D. Pemeriksaan Pernapasan
Merupakan pemeriksaan
yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola
pernapasan.
Pola Pernafasan
|
Deskripsi
|
|
|
Sumber:
Joyce Engel 1995
|
|
Prosedur Pemeriksaan Pernafasan
TAHAP PREINTERAKSI
-
Jam Tangan/ Stop Wacth
-
Buku catatan
-
Pena/alat tulis
-
Grafik perkembangan
|
TAHAP ORIENTASI
|
TAHAP KERJA
|
TAHAP TERMINASI
|
DOKUMENTASI
|
E. Pemeriksaan Suhu
Suhu tubuh merupakan
hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke
lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari:
1)
Metabolisme dari makanan ( Basal Metabolic Rate )
2)
Olahraga
3)
Shivering atau kontraksi otot skelet
4)
Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler )
5)
Proses penyakit infeksi
6)
Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan
efinefrin atau dari rangsangan langsung simpatetik )
Pemeriksaan suhu
digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan
panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur
dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh
hipotalamus. Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi melalui berbagai
proses, diantaranya:
a)
Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui
gelombang elektromagnet.
b)
Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena
pergeseran antara daerah yang kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada
udara dingin yang bergerak atau pada air kolam renang.
c)
Evaporasi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap.
d)
Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain
dengan kontak langsung tanpa gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan
yang dingin dan lain-lain.
Prosedur Pemeriksaan Suhu Tubuh
TAHAP PREINTERAKSI
-
Thermometer Raksa/ Digital
-
Kapas Alkohol pada tempatnya
-
Air Sabun pada Tempatnya
-
Baki Instrumen
|
TAHAP ORIENTASI
|
TAHAP KERJA
|
TAHAP TERMINASI
|
DOKUMENTASI
|
BAB V
PEMERIKSAAN FISIK KESADARAN
- Definisi
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis,
mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak (head to
toe). Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes
khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat
dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni
sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam
prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah
selalu dilakukan pertama kali.
- Pemeriksaan Kesadaran/GCS (Gaslow Coma Scale)
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang
digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah
pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan
mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata, bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan
dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung
responnya.
Eye (respon
membuka mata):
(4): spontan
(3): dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2): dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan
kuku jari)
(1): tidak ada respon
Verbal (respon
verbal):
(5): orientasi baik
(4): bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3): kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2): suara tanpa arti (mengerang)
(1): tidak ada respon
Motor (respon
motorik):
(6): mengikuti perintah
(5): melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
(4): withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3): flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada
& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2): extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1): tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan
dalam simbol E…V…M…
Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah
15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Jika dihubungkan
dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 – 15 = CKR (cidera
kepala ringan)
GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)
GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)
- Tingkatan Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari
kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat
kesadaran dibedakan menjadi :
Ø Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Ø Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Ø Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Ø Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
Ø Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri.
Ø Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari
berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti
keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan
tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya
hemipareses serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri.
Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas
(kecacatan) dan mortalitas (kematian).
BAB VI
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
- Konsep Teori Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan
dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan
informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter
dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan
tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu,
untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan
hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang
tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010)
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik
yang digunakan adalah:
1
Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan
menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum
dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum
mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu
inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain.
(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan
(mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010). Fokus inspeksi pada setiap
bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan,
lesi, dan penonjolan/pembengkakan. setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
2
Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan
menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat
di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang
menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2
jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu,
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang
meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu
dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan
jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan
bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan
untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika,
2010)
4
Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan
bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan
fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika,
2010)
Dalam melakukan pemeriksaan
fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut:
Ø Kontrol infeksi. Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan
steril, memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
Ø Kontrol lingkungan, yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman,
hangat, dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien
maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem
untuk menjaga privacy klien
Ø Komunikasi (penjelasan prosedur)
Ø Privacy dan kenyamanan klien
Ø Sistematis dan konsisten ( head to toe, dari eksternal ke internal,
dari normal ke abnormal)
Ø Berada di sisi kanan klien
Ø Efisiensi
Ø Dokumentasi
- Tujuan Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik yang
dilakukan bertujuan:
1
Untuk mengumpulkan data dasar
tentang kesehatan klien.
2
Untuk menambah, mengkonfirmasi,
atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3
Untuk mengkonfirmasi dan
mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4
Untuk membuat penilaian klinis
tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan.
5
Untuk mengevaluasi hasil
fisiologis dari asuhan.
Namun demikian, masing-masing
pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan di jelaskan nanti di setiap
bagian tibug yang akan di lakukan pemeriksaan fisik.
- Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak
manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain,
diantaranya:
1
Sebagai data untuk membantu
perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2
Mengetahui masalah kesehatan
yang di alami klien.
3
Sebagai dasar untuk
memilih intervensi keperawatan yang tepat
4
Sebagai data untuk mengevaluasi
hasil dari asuhan keperawatan
5
- Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien,
tertama pada:
1
Klien yang baru masuk ke tempat
pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2
Secara rutin pada klien yang
sedang di rawat.
3
Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan
klien
- Prosedur Pemeriksaan Fisik
1
Persiapan
a)
Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop,
Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer,
Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue, buku catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di
periksa.
b)
Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy
klien
c)
Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan
anjurkan klien untuk rileks.
2
Prosedur pemeriksaan
Ø Cuci tangan
Ø Jelaskan prosedur
Ø Lakukan pemeriksaan dengan berdiri
di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila di perlukan
Ø Pemeriksaan umum meliputi :
penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi
Ø Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran
penuh, Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
Ø Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal
:)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
Ø Jenis kelamin
Ø Usia dan Gender
Ø Tahapan perkembangan
Ø TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
Ø Kebersihan Personal (Normal
: Bersih dan tidak bau)
Ø Cara berpakaian (Normal
: Benar/ tidak terbalik)
Ø Postur dan cara berjalan
Ø Bentuk dan ukuran tubuh
Ø Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
Ø Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
Ø Dokumentasikan hasil pemeriksaan.
- Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1
Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
Ø Mengetahui kondisi kulit dan kuku
Ø Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan
setempat, dan hidrasi.
Persiapan
Ø Posisi klien: duduk/ berbaring
Ø Pencahayaan yang cukup/lampu
Ø Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a) Pemeriksaan kulit
·
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis,
dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
·
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor
kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema. setelah
diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
b) Pemeriksaan kuku
·
Inspeksi :
kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing
finger), tidak ikterik/sianosis.
·
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik. setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
2
Pemeriksaan kepala
Tujuan
o
Mengetahui bentuk dan fungsi
kepala
o
Mengetahui kelainan yang
terdapat di kepala
Persiapan alat
o
Lampu
o
Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau
luka)
Prosedur Pelaksanaan
·
Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau
tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi
rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
·
Palpasi : adanya
pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut
lebat dan kuat/tidak rapuh. setelah diadakan
pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
3
Pemeriksaan wajah
·
Inspeksi : warna
kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik,
simetris.
·
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema. setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
4
Pemeriksaan mata
Tujuan
Ø Mengetahui bentuk dan fungsi mata
Ø Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
Ø Senter Kecil
Ø Surat kabar atau majalah
Ø Kartu Snellen
Ø Penutup Mata
Ø Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
·
Inspeksi:
bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola
mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata /
lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika,
warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
5
Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang
mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam penglihatan tersebut merupakan derajad
persepsi deteil dan kontour beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
a)
Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis
jauh dan visus sentralis dekat.
visus centralis jauh
merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan
akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
virus centralis dekat yang merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain
lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh
di retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
b) Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya
medan penglihatan dan diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer
adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan
tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus
sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf Snellen yang
dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan
tersebut visusnya e”20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan normal dan jika
Visus <20/20 maka tajam penglihatanya dikatakan kurang Penyebab penurunan
tajam peglihatan seseorang bermacam macam, salah satunya adalah refraksi
anomaly/kelainan pembiasan.
Prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan
peta snellen yaitu:
·
Memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
·
Meminta pasien duduk menghadap
kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
·
Memberikan penjelasan apa yang
harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan apa yang akan ditunjuk di kartu
Snellen) dengan menutup salah satu mata dengan tangannya tanpa ditekan (mata
kiri ditutup dulu).
·
Pemeriksaan dilakukan dengan
meminta pasien menyebutkan simbol di kartu Snellen dari kiri ke kanan, atas ke
bawah.
·
Jika pasien tidak bisa melihat
satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas. Jika tetap maka nilai visus
oculi dextra = barisan atas/6.
·
Jika pasien dari awal tidak
dapat membaca simbol di Snellen chart maka pasien diminta untuk membaca
hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra =
jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60.
·
Jika pasien juga tidak bisa
membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat adanya gerakan tangan
pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus oculi dextranya 1/300).
·
Jika pasien juga tetap tidak
bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta untuk menunjukkan ada
atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak hingga).
Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi dextranya nol.
·
Pemeriksaan dilanjutkan dengan
menilai visus oculi sinistra dengan cara yang sama.
·
Melaporkan hasil visus oculi
sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya “x/y” artinya mata kanan pasien
dapat melihat sejauh x meter, sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y
meter.
6
Pemeriksaan telinga
Tujuan
Ø Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga,
dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
o
Arloji berjarum detik
o
Garpu tala
o
Speculum telinga
o
Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan
·
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
dengar..
Normal: bentuk dan
posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain,
tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
·
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid,
dan tragus
Normal: tidak ada
nyeri tekan. setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
7
Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
a) Pemeriksaan Rinne
o Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari tangan yang berlawanan.
o
Letakkan tangkai garpu tala
pada prosesus mastoideus klien.
o
Anjurkan klien untuk memberi
tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi.
o
Angkat garpu tala dan dengan
cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala
parallel terhadap lubang telinga luar klien.
o
Instruksikan klien untuk
member tahu apakah ia masih mendengarkan suara atau tidak.
o
Catat hasil pemeriksaan
pendengaran tersebut.
b)
Pemeriksaan Webber
o
Pegang garpu tala pada
tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari yang berlawanan.
o
Letakkan tangkai garpu tala di
tengah puncak kepala klien .
o
Tanyakan pada klien apakah
bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu
telinga.
o
Catat hasil pemeriksaan dengan
pendengaran tersebut.
8
Pemeriksan hidung dan sinus
Tujuan
§ Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
§ Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan Alat
§ Spekulum hidung
§ Senter kecil
§ Lampu penerang
§ Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan
·
Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),
rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal
(kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)
Normal: simetris kika,
warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan,
perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
·
Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan. setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
9
Pemeriksaan mulut dan bibir
Tujuan
§ Mengetahui bentuk kelainan mulut
Persiapan Alat
§ Senter kecil
§ Sudip lidah
§ Sarung tangan bersih
§ Kasa
Prosedur Pelaksanaan
·
Inspeksi dan palpasi
struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,
tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab,
tidak ada lesi dan stomatitis.
·
2.
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi
lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna,
posisi lidah, dan keadaan langit2. Normal: gigi lengkap, tidak ada
tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau
radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda
infeksi.
·
Gigi lengkap pada orang dewasa
berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang atas dan 16 buah di
rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam bulan. Gigi
pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut
gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat belas tahun, gigi
tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi tetap.
·
Pada usia 6 bulan gigi
berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah(2 dirahang
atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan berjumlah 8 buah(4 dirahang atas
dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas
dan 6 dirahang bawah), usia 16-19 bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan
8 dirahang bawah), dan pada usia 20-30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang
atas dan 10 dirahang bawah) setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
10 Pemeriksaan leher
Tujuan
o
a)
Menentukan struktur integritas leher
o
b)
Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
o
c)
Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
o
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
·
Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas
kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
·
Inspeksi dan auskultasi
arteri karotis: lokasi pulsasi Normal: arteri
karotis terdengar.
·
Inspeksi dan palpasi
kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,
konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak,
konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba) Normal:
tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran
kel.limfe, tidak ada nyeri.
·
Auskultasi : bising
pembuluh darah. Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
11
Pemeriksaan dada( dada dan punggung)
Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:
- System pernafasan
Tujuan :
o
Mengetahui bentuk,
kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
o
Mengetahui frekuensi, sifat,
irama pernafasan,
o
Mengetahui adanya nyeri tekan,
masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
o
a)
Stetoskop
o
b)
Penggaris centimeter
o
c)
Pensil penada
Prosedur pelaksanaan
·
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada
tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain,
tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
·
Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus. (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk
mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan
dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung
sebelah kanan lebih teraba jelas.
·
Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi
dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke
sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat
lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih
besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi
rensonan----hilang>>redup.
·
Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan
stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas
trachea) Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,
tracheal. Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
- System kardiovaskuler
Tujuan
a) Mengetahui ketifdak normalan
denyut jantung
b) Mengetahui ukuran dan bentuk
jantug secara kasar
c) Mengetahui bunyi
jantung normal dan abnormal
d) Mendeteksi gangguan
kardiovaskuler
Persiapan alat
a) Stetoskop
b) Senter kecil
Prosedur pelaksanaan
·
Inspeksi : Muka
bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
·
Palpasi: denyutan. Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta
teraba.
·
Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke
tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup) Normal: batas
jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna, pada
RIC 4,5,dan 8.
·
Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell
dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung. )
Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi
jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4). Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
12
Dada dan aksila
Tujuan
a) Mengetahui adanya masa atau
ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b) Mendeteksi awal adanya kanker
payudara
Persiapan alat
a) Sarung tangan
sekali pakai (jika diperlukan)
Prosedur pelaksanaan
·
Inspeksi payudara:
Integritas kulit
·
Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola,
putting, dan penyebaran vena
·
Inspeksi dan palpasi aksila:
nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.
Setelah diadakan pemeriksaan dada dan aksila evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
13
Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Posisi klien: Berbaring
Tujuan
a) Mengetahui betuk dan
gerakan-gerakan perut
b) Mendengarkan suara
peristaltic usus
c) Meneliti tempat nyeri
tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut.
Persiapan
a) Posisi klien: Berbaring
b) Stetoskop
c) Penggaris kecil
d) Pensil gambar
e) Bntal kecil
f) Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan
·
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy,
distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan
dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain,
tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus.
·
Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta,
a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap
5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
·
Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam,
perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
·
Perkusi hepar: Batas
·
Perkusi Limfa: ukuran dan
batas
·
Perkusi ginjal: nyeri
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup
dan apabila banyak cairan = hipertimpani
·
Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik organ,
adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan
Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
14
Pemeriksaan
ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
Tujuan :
o
Memperoleh data dasar tetang
otot, tulang dan persendian
o
Mengetahui adanya mobilitas,
kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu.
Alat :
o
Meteran
Posisi klien: Berdiri. duduk
·
Inspeksi struktur
muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM
aktif, kekuatan otot penuh.
·
Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal: teraba jelas
·
Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
15
Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan
telapak kaki)
·
Inspeksi struktur
muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika, integritas kulit baik,
ROM aktif, kekuatan otot penuh
·
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal: teraba jelas
·
Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
16
Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan:
o
Melihat dan mengetahui organ-organ
yang termasuk dalam genetalia.
o
Mengetahui adanya abnormalitas
pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi, luka atau
iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
o
Melakukan perawatan genetalia
o
Mengetahui kemajuan proses
persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
o
Lampu yang dapat diatur
pencahayaannya
o
Sarung tangan
a)
Pemeriksaan rectum
Tujuan :
o
Mengetahui kondisi anus dan
rectum
o
Menentukan adanya masa atau
bentuk tidak teratur dari dinding rektal
o
Mengetahui intregritas spingter
anal eksternal
o
Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
o
Sarung tangan sekali pakai
o
Zat pelumas
o
Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan
Ø Wanita:
·
Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris, edema,
pengeluaran.
Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik,
semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
·
Inspeksi vagina dan servik :
integritas kulit, massa, pengeluaran
·
Palpasi vagina, uterus dan
ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa
·
Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan
perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema /
hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan
genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Ø Pria:
·
Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah
·
Inspeksi dan palpassi
skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk,
turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan.
Normal : integritas
kulit baik, sistematika tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri teken
·
Pemeriksaan anus dan rectum
: feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula
ani, pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema
/ hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
- Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan
keperawatan yang mereka berikan dengan mengevaluasi hasil intervensi
keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik meningkatkan evaluasi tindakan
keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan fisiologis dan perilaku.
Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk mengkaji kondisi dapat
di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui
pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil
asuhan yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi
ketika pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.
- Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat
hasil dari pengkajian fisik pada pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan.
Sebagian besar institusi memiliki format khusus yang mempermudah
pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau semua hasil sebelum
membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu memeriksa
kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari pengkajian fisik
dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan
format SOAPIE, yang hamper sama dengan langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
·
Data (riwayat) Subjektif, yaitu
apa yang dilaporkan klien
·
Data (fisik) Objektif, yaitu
apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi oleh perawat.
·
Assessment (pengkajian) , yaitu
diagnose keperawatan dan pernyataan tentang kemajuan atau kemunduran klien
·
Plan (Perencanaan), yaitu
rencana perawatan klien
·
Implementation (pelaksanaan),
yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana
·
Evaluation (evaluasi), yaitu
tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.
BAB VII
BODY MEKANIK DAN AMBULASI
- Definisi Mekanika Tubuh
Mekanik tubuh adalah usaha koordinasi diri
muskoloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat.
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat
beberapa pergerakkan dasar yang harus diperhatikan, sebagai berikut :
1)
Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar akan membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh. Misal, orang yang berdiri akan lebih mudah
stabil dibanding orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan
dasar tumpuan dari sisi yang satu ke sisi yang lain.
2)
Menahan (squatting)
Dalam menahan sangat diperlukan dasar
tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang
akan dilakukan.
3)
Menarik (pulling)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum menarik benda, diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan
tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak
tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki
ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
4)
Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya
tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas dan kaki bagian
bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian
belakang.
5)
Memutar (pivoting)
Memutar gerakan utuk memutar anggota
tubuh dan bertumpu pada tulang belakang.
- Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Mekanika Tubuh
1
Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal
dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi sehingga dapat mempengaruhi
mekanika tubuh.
2
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya secara benar, sehingga akan mengurangi energi
yang dikeluarkan.
3
Situasi dan kebiasaan
Misalnya sering mengangkat benda-benda berat.
4
Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang akan menyebabkan stres sehingga
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi
antara sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan
perubahan mekanika tubuh.
5
Emosi
Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan
harga diri yang rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan
ambulasi.
6
Nutrisi
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit.
- Mobilisasi Dan Ambulasi
Ambulasi adalah upaya seseorang untuk
melakukan latihan jalan atau berpindahtempat sedangkan Mobilisasi merupakan
suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
1
Jenis-Jenis Mobilisasi
Ø Mobilitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosisal dan menjalankan peran sehari
hari.
Ø Mobilitas Sebagian
Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang
jelas sehingga tidak maampu bergerak secara bebas. Mobilitas Sebagian terdiri
dari :
·
Mobilitas sebagian temporer
·
Mobilitas sebagian permanen
2
Tujuan Mobilisasi
Ø Mempertahankan fungsi tubuh
Ø Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka
Ø Membantu pernafasan menjadi lebih baik
Ø Mempertahankan tonus otot
Ø Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
Ø Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali
normal
Ø Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi.
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Mobilisasi:
a)
Gaya Hidup :Gaya hidup sesorang
sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan
senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI
akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang
pemambuk.
b)
Proses penyakit dan injury :
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi
secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya
nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat
tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan,
typoid dan penyakit kardiovaskuler.
c)
Kebudayaan : Kebudayaan dapat
mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak
desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai
mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya
dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
d)
Tingkat Energy : Setiap orang
mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan
berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang
pelari.
e)
Usia dan status perkembangan :
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan
seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda
pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
f)
Tipe persendian dan pergerakan
sendi : Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang
dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
4
Toleransi Aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat
penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina
pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat
kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai,
saat mobilisasi dan setelah mobilisasi. Tanda - tanda yang dapat di kaji pada
intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976) :
·
Denyut nadi frekuensinya
mengalami peningkatan, irama tidak teratur
·
Tekanan darah biasanya terjadi
penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic
·
Pernafasan terjadi peningkatan
frekuensi, pernafasan cepat dangkal
·
Warna kulit dan suhu tubuh
terjadi penurunan
·
Kecepatan dan posisi
tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi
tubuh
·
Status emosi labil.
5
Masalah Fisik :
·
Masalah muskuloskeletal :
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral,
tulang dan kerusakan kulit
·
Masalah urinari : Terjadi
statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan
inkontinentia urine.
·
Masalah gastrointestinal :
Terjadinya anoreksia/penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi
·
Masalah respirsi : Penurunan
ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam
basa (CO2 O2)
·
Masalah kardiovaskuler :
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus
6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Mobilisasi
Ø Gaya hidup
Ø Proses penyakit/injury
Ø Kebudayaan
Ø Tingkat energy seseorang
Ø Usia dan status perkembangan.
7
Macam-Macam Pergerakan
Ø Fleksi dan ekstensi
Gerak menekuk atau membengkokkan
Ø Adduksi dan abduksi
Adduksi adalah gerakan mendekati tubuh. Abduksi adalah
gerakan menjauhi tubuh
Ø Elevasi dan depresi
Elevasi merupakan gerakan mengangkat. Depresi adalah
gerakan menurunkan
Ø Inversi dan eversi
Inversi adalah gerak memiringkan telapak kaki ke dalam
tubuh
Eversi adalah gerakan memiringkan telapak kaki ke luar
Eversi adalah gerakan memiringkan telapak kaki ke luar
Ø Supinasi dan pronasi
Supinasi adalah gerakan menengadahkan tangan. Pronasi
adalah gerakan menelungkupkan
Ø Endorotasi dan eksorotasi
Endorotasi adalah gerakan kedalam pd sekliling sumbu
panjang tulang yg bersendi. Eksorotasi adalah gerakan rotas ke luar
- Pengaturan Posisi
1
Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan.
Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien.
Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien.
2
Posisi Sims
Posisi sims adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini
dilakukan untuk member kenyamanan dan memberikan obat supositoria melalui anus.
3
Posisi Trendelenburg
Posisi trendelenburg adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur
dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan
untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
4
Posisi Dorsal Recumbent
Posisi dorsal recumbent adalah posisi berbaring terlentang dengan
kedua lutut fleksi (ditarik atau diregangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini
dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta proses persalinan.
5
Posisi Lithotomic
Posisi lithotomic adalah posisi berbaring terlentang dengan
mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan
untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
6
Posisi Genu Pectoral
Posisi genu pectoral adalah posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk memeriksa daerah rectum.
ROM ( Range of Motion) adalah kemampuan
klien untuk menggerakan sendi agar tidak terjadi kekakuan, pembengkaan, nyeri,
keterbatasan sendi, dan gerakan yang tidak seimbang. Hal ini bertujuan
memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara pergerakan sendi
Tes aktif dan pasif merupakan suatu metode
yang digunakan untuk membedakan keterbatasan ROM. Pada tes aktif, pasien menggunakan
ototnya sendiri untuk menilai ROM, sedangkan tes pasif, pemeriksa
menggerakkan anggota gerak pasien untuk mendapatkan ROM. Tes pasif merupakan
suatu cara yang dilakukan jika pasien mendapat kesulitan untuk melakukan tes
aktif. Secara umum, jika pasien mampu melakukan aktif ROM dengan baik
tanpa ada nyeri atau kesulitan maka tidak diperlukan bantuan untuk dilakukan
tes pasif.
1. Tes Aktif ROM
Tes Aply “Scratch”
(tes garukan) merupakan tes aktif yang cepat untuk mengetahui ROM. Pertama
abduksi dan eksternal rotasi, mintalah pasien untuk menggapai belakang
kepalanya dan menyentuh sudut superior medial scapula yang disebelahnya.
Kemudian untuk membangdingkan ROM internal rotasi dan adduksi, mintalah pasien
untuk menggapai belakang kepala hingga menggapai acromion. Selanjutnya tes
internal rotasi dan adduksi, mintalah pasien untuk menggapai pinggangnya hingga
menyentuh sudut inferior scapula yang berhadapan. Perhatikan gerakan pasien
selama semua phase tes ini, untuk mengetahui adanya keterbatasan gerak atau
abnormalitas irama gerak dan simetri tidaknya.
Untuk menilai ROM
yang lain, mintalah p[asien mengabduksikan lengannya sekitar 90?, jagalah agar
elbow tetap lurus. Kemudian mintalah dia untuk memutar telapak tangannya pada
posisi supinasi dan dilanjutkan dengan abduksi hingga tangannya saling bertemu
diatas kepala. Ini akan ditunjukkan secara bilateral full abduksi dan sebagai
pelengkap untuk membandingkan kedua sisinya secara langsung. Kemudian mintalah
pasien untuk meletakkan tangannya dibelakang leher dan tekanlah elbownya kearah
posterior untuk mengetes abduksi dan eksternal rotasi. Akhirnya, untuk tes
abduksi dan internal rotasi, mintalah pasien untuk meletakkan kedua tangannya
dibelakang pinggang setinggi kemampuannya sambil menggaruk sudut inferior
scapula.
Keuntungan tes ROM dengan cara ini adalah pasien dapat menunjukkan gerakkan pada kedua sisi secara berkelanjutan, dan buatlah pemeriksaan menjadi mudah untuk gerakkan yang sifatnya simetri serta tandai setiap ada gangguan pada sisi yang abnormal.
Keuntungan tes ROM dengan cara ini adalah pasien dapat menunjukkan gerakkan pada kedua sisi secara berkelanjutan, dan buatlah pemeriksaan menjadi mudah untuk gerakkan yang sifatnya simetri serta tandai setiap ada gangguan pada sisi yang abnormal.
2. Tes Pasif ROM
Jika pasien tidak
dapat melakukan beberapa gerakkan pada shoulder girdle, tes pasif ROM dapat
dilakukan. Seorang pasien yang tidak dapat melakukan ROM aktif dengan penuh
pada beberapa macam variasi gerakan, dia mungkin mengalami kelemahan otot,
contractur, soft tissue (didalam capsul atau ligament atau dari contractur
otot) atau tulang yang terblockage (tulang yang menyatu atau excrescences).Tes
pasif tidak menggunakan kekuatan otot pasien sendiri sebagai pertimbangan
keadaannya tapi menggunakan kekuatan si pemeriksa. Suatu tes pasif digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya keterbatasan gerak yang sesuai dengan dan tampak
kekuatan otot. Jika sendi dapat full ROM dengan tes pasif, maka kita dapat
menduga ada kelemahan otot yang menyebabkan keterbatasan.
Jika keterbatasan
gerak tetap trjadi pada tes pasif, maka kelemahan otot bisa hapus dari penyebab
keterbatasan, dan tulang (intra articular) atau soft tissue (extra articular)
blockage yang dicurigai, meskipun demikian kelemahan otot bisa juga dihasilkan
dari tidak digunakannya sendi. Untuk membedakan antara blockage intra articular
dan extra articular, periksa kualitas dan rasa blockage didalam sendi. Jika
blockage berupa seperti karet, berikan sedikit tekanan dibawahnya, ada
kemungkinan extra articular (soft tissue) blockage). Jika dengan cara lain
blockage berupa tidak fleksibel dan ROM berakhir dengan suatu kepatahan, ada
kemungkinan intra articular (tulang) yang terblokckage.
Hal ini harus
ditekankan pada pasien yang total rileks selama dilakukan tes, jika dia tegang,
takut atau merasa tidak aman saat kau tangani, maka ototnya akan menegang dan
membatasi sendi, yang tidak memungkinkan terjadinya pasif full ROM. Hal ini
penting, sehingga tes ini perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya. Tes pasif dapat
dilakukan dengan cara pasien duduk atau berdiri. Elbownya harus bengkok selama
tes sebab dengan fleksi elbow menghindarkan terjadinya gerakan membengkok arm,
buatlah gerakan shoulder girdle dengan mudah dan lebih tepat. Pada tes pasif,
satu tangan menstabilisasi extremitas dan yang lain memanipulasi anggota gerak.
Saat tes ROM pada shoulder girdle (khususnya abduksi), yang harus diingat bahwa gerakan itu akan terbagi menjadi 3 kategori yaitu :
Saat tes ROM pada shoulder girdle (khususnya abduksi), yang harus diingat bahwa gerakan itu akan terbagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. Gerakan
glenohumeral yang kurang
b. Gerakan
scapulothiracic dan
c. Kombinasi dari
gerakan glenohumeral dan scapulothoracic
3.
Gerakan
Range Of Motion
Ø Fleksi dan ekstensi leher (kepala)
Gerakkan kepala kearah atas dan bawah dengan rentang 4x
8 kali.
Gerakkan kepala (leher) seperti melihat kearah kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan kepala (leher) seperti melihat kearah kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan leher kasampang kanan dan kiri denga rentang
gerak 4x8 kali.
Ø Fleksi Dan Ekstensikan Pergelangan Tangan
Ø Gerakkan tangan ke atas dan kebawah pada tangan kanan dan kiri
dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø Fleksi dan ekstensikan siku
Ø Gerakkan siku keatas dan kebawah pada siku kanan dan kiri dengan
rentang 4 x 8 kali.
Ø
Pronasi dan supinasi lengan
bawah
Gerakkan tangan seperti melambaikan tangan, pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan tangan seperti melambaikan tangan, pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Fleksi Bahu
Rentangan tangan lurus, pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Rentangan tangan lurus, pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Abduksi dan adduksi bahu
Gerakkan tangan menjauhi tubuh seperti membuat seperembat lingkaran, pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan tangan menjauhi tubuh seperti membuat seperembat lingkaran, pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Rotasi bahu
Putarkan tangan seperti membentuk lingkaran pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Putarkan tangan seperti membentuk lingkaran pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Fleksi dan ekstensikan
jari-jari
Gerakkan jari kaki, ke atas dan kebawah pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan jari kaki, ke atas dan kebawah pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Infersi dan efersi kaki
Putar pergelangan kaki seperti membentuk lingkaran pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Putar pergelangan kaki seperti membentuk lingkaran pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Fleksi dan ekstensi pergelangan
kaki
Gerakkan telapak kaki kearah betis, serta menjauhi lutut, pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan telapak kaki kearah betis, serta menjauhi lutut, pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Fleksi dan ekstensi lutut
Gerakkan lutut se atas dan kebawah, seperti posisi mengkayuh sepeda (lihat gambar) pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan lutut se atas dan kebawah, seperti posisi mengkayuh sepeda (lihat gambar) pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Rotasi pangkal paha
Putar kaki kearah kanan dan kiri tubuh, pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Putar kaki kearah kanan dan kiri tubuh, pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Ø
Abduksi dan adduksi pangkal
paha
Gerakkan kaki menjauhi tubuh, seperti membentuk seperempat lingkaran, pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan kaki menjauhi tubuh, seperti membentuk seperempat lingkaran, pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
BAB VIII
KEBUTUHAN OKSIGENASI
- Definisi
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel.
Oksigenisasi adalah proses penambahan O2 ke dalam system. Saat bernapas, tubuh
mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian di angkut ke seluruh tubuh melalui
darah duna di lakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2 akan
kembali di angkut oleh darah ke paru-paru umtuk di buang ke lingkungan karena
tidak berguna lagi oleh tubuh.
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen
(O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa
oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan),
kardiovaskuler dan hematology.
- Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan
sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan,
diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada
keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah
dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi
utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang
keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara
antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan
intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG)
sehingga udara masuk ke alveoli.
a) Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
b) Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau
obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke
paru-paru.
c) Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat
pernafasan
d) Adekuatnya pengembangan dan pengempisan
paru-paru
e) Kemampuan otot-otot pernafasan seperti
diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal.
2. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen
dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari
curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi
volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan
voleme atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran
darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan
membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli
sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg
sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2
dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan
berdifusi keluar alveoli.
- Anatomi Saluran Nafas
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx,
larinx, trachea, bronkus, dan bronkiolus.
1.
Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum.
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir
sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi
memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang
rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh
kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian
maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat
pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior,
media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan
atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os
sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum
nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari
sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam
bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui
lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang
bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
a)
Lubang hidung
b)
Sinus Sphenoidalis, diatas
concha superior
c)
Sinus ethmoidalis, oleh
beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha media
dan inferior
d)
Sinus frontalis, diantara
concha media dan superior
e)
Ductus nasolacrimalis,
dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
2.
Faring
(tekak)
Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari
faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
3.
Laring
(tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan
bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
Cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2
cartilago arytenoidea
a) Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu
sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot
yang bekerja pada plica vokalis
b) Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V
menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu
superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah
adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago
cricoidea.
c) Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan
cornu superior ke os hyoideum. Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas
bawah dengan cartilago cricoidea.
d) Epiglottis. Cartilago yang berbentuk daun dan
menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian
belakang V cartilago thyroideum.
e) Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari
bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan
masuk laring
f) Cartilago cricoidea. Cartilago berbentuk
cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago
tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea.
Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada
setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan
cincin trachea I
g) Cartilago arytenoidea. Dua cartilago kecil
berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis
pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
h) Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari
sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
4.
Trachea
atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5
cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher
dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut
manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
5.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea
dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah
dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar,
dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi
bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang
lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar
udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20
kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
6.
Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Paru-paru memilki :
a) Apeks, apeks paru meluas kedalam leher sekitar
2,5 cm diatas calvicula
b) Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian
dalam dinding dada
c) Permukaan mediastinal, menempel pada
perikardium dan jantung.
d) Dan basis. Terletak pada diafragma
Paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral
pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk
lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan
inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar
dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran
gas. Suplai Darah
·
Arteri pulmonalis
·
Arteri bronkialis
Innervasi
1. Parasimpatis melalui nervus vagus
2. Simpatis mellaui truncus simpaticus
2. Simpatis mellaui truncus simpaticus
Sirkulasi Pulmonal
Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan
arteri pulmonalis. Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui
katup AV lainnya, yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar
dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat, katup pulmonalis,
kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-cabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan dan kiri. Di
paru arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi erteriol dan
kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan pernapasan,
melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula,
dan venula menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang
besar.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk
menyelesaikan siklus aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi
paru. Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah
karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah
yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan
pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1. Faktor Fisiologi
a) Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti
anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi
seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transpor O2 terganggu
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya
infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding
dada seperti pada kehamilan, obersitas, musculus skeleton yang abnormal,
penyakit kronik seperti TBC paru
2. Faktor Perkembangan
a) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya
pembentukan surfaktan
b) Bayi dan toodler: adanya resiko infeksi
saluran pernafasan akut
c) Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran
pernafasan dan merokok
d) Dewasa muda dan pertenggahan: diet yang tidak
sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paru-paru
e) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun
3. Faktor Prilaku
a) Nutrisi
misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
b) Exercise (olahraga berlebih): Exercise akan
meningkatkan kebutuhan oksigen
c) Merokok: nikotin menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner
d) Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) :
menyebabkan intake nutrisi (Fe)
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depesi pusat pernafasan
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depesi pusat pernafasan
e) Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat
4. Faktor Lingkungan
a) Tempat kerja (polusi)
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut
- Perubahan Fungsi Jantung
Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah sebagai berikut:
a) Gangguan Konduksi
b) Gangguan konduksi (hantaran) seperti
distritmia (takikardia/bradikardia)
c) Perubahan Cardiac Output (Curah Jantung)
d) Menurunnya cardiac output seperti pada pasien
dekom menimbulkan hipoksia Jaringan.
e) Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis,
obstruksi, regurgitasi darah yang mengakibatkan vetrikel bekerja lebih keras.
f) Myocardial iskhemial infrark mengakibatkan
kekurangan pasokan darah dari arteri koroner ke miokardium.
- Perubahan Fungsi Pernafasan
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a) Kecemasan
b) Infeksi / sepsis
c) Keracunan obat-obatan
d) Kertidakseimbangan asam basa seperti pada
asidosis metabolis
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek,
nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya
terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritma, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh:
a) Menurunya hemoglobin
b) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di
puncak gunung
c) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti
keracunan sianida
d) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam
darah seperti pada pneumonia
e) Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
f) Kerusakan / gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis dan
clubbing.
BAB IX
MOBILISASI
- Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan
dengan bebas, mudah dan teratur (kosier, 1989).
- Tujuan Dari Mobilisasi
1. Memenuhi kebutuhan
dasar manusia
2. Mencegah terjadinya
trauma
3. Mempertahankan
tingkat kesehatan
4. Mempertahankan
interaksi sosial dan peran sehari ± hari
5. Mencgah hilangnya
kemampuan fungsi tubuh ketahanan otot dan kekuatan
otot.
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
1.
Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang,
karena gaya hidup berdampak pada perilaku dan kebiasaan.
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang
mobilisasi seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang
sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang
pramugari atau seorang pemambuk.
2.
Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang
akan mempengaruhi mobilisasinya karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh
misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara
bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri
mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat
di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan
penyakit kardiovaskuler.
3.
Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda
mobilisasinya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala
keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilisasinya dibandingkan dengan
seorang wanita madura dan sebagainya.
4.
Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang
lagi sakit akan berbeda mobilisasinya di bandingkan dengan orang sehat apalagi
dengan seorang pelari.
5.
Usia dan statusperkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasiny dibandingkan
dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan
berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
- Jenis-Jenis Mobilisasi
1.
Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motoris volunteer dan
sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2.
Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motoris dan sensoris pada area tubuhnya. Hal
ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan
traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motoris dan sensoris. Mobilisasi sebagian ini
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a)
Mobilisasi sebagian
temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatr.ya sementara. Hal tersebut dapat : disebabkan oleh trauma reversibe)
pada sistem muskuloskeletal, seperti adanya dislokasi sendi dan tulang.
b)
Mobilisasi sebagian
permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang
irreversibel. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang, dan untuk kasus poliomielitis terjadi karena
terganggunya sistem saraf motdris dan sensoris.
3.
Mobilsasi yang dilakukan
pada tubuh pasien berdasarkan:
a)
Aktive Room
·
Leher
ü Fleksi:
kepala digerakan menunduk kedepan 90 derajat dengan dagu
ü
diatas dada.
ü Ekstensi:
Kepala digerakan 90 derajat keatas dengan posisi lurus
ü
dengan badan
ü
Hypereksitensi : kepala
ditarik kebelakang 90 derajat dengan posisi
ü
mengadah keatas
ü
Lateral fleksi: kepala
ditekukan kesamping 90 derajat menuiu bahu
ü
Rotasi: kepala digerakan
dalam posisi melingkar 90 derajat kekanan
ü
dan 90 derajat kekiri dan
depan dari belakang.
·
Bahu
ü
Fleksi : lengan
ditingkat 180 derajat dan samping menuju keatas
ü
sampai diatas kepaia
ü
Ekstensi : digerakan
keposisi istirahat disamping badan
ü
Hyperekstensi: lengan
digerakan kebelakang badan dengan sudut 50
ü
derajat
ü
Abduksi : lengan ditarik
keatas samping badan dengan punggung tangan diaias,
digerakan kesisi badan 180 derajat keposisi diatas kepala
ü
RotasiEksterna : dengan
lengan disamping, tekukan siku, lengan digerakkan kedepan dan kebelakang 90
derajat sehingga telepak tangan menghadap kedepan.
ü
Rotasi interna : dengan
lengan disamping tekukan siku, lengan digerakkan kebelakang 90 derajat sehingga
felapak tangan menghadap kebelakang.
ü
Sinkumduksi : lengan
digerakan dengan lingkaran 360 derajat diputar
ü
sepanjang sisi badan.
·
Siku
ü
Fleksi : siku ditekuk
dengan telapak tangan menghadap muka, dengan
ü
sudut 150 derajat menuju
bahu
ü
Ekstensi: siku dari
posisi fleksi diluruskan kembali
·
Lengan Bawah
ü
Supinasi: lengan bawah
diputar 90 derajat sampai telapak tangan
ü
menghadap kebawah
ü
Pronasi: lengan bawah
diputar 90 derajat sampai telapak tangan kanan
ü
mengahadap kebawah.
·
Pergelangan Tangan
ü
Fleksi: Tangan
ditekuk 90 derajat kebawah dengan telapak tangan
ü
mengahadap kebawah
ü
Ekstensi: tangan
digerakan 90 aerajat dengan posisi lurus dengan
ü
lengan
ü
Hyperekstensi: tangan ditekuk
keatas, punggung tangan diatas dengan
ü
sudut 90 derajat.
ü
Abduksi: pergelangan
tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk
ü
keluar menuju ula
ü
Abduksi: pergelangan tangan
dengan jari-jari dirapatkan ditekuk ke
ü
depan menuju radius.
·
Jari dan Ibu Jari
ü Fleksi:
Jari-jari digenggamkan
ü Ekstensi:
Jari digerakan 90 derajat lurus dengan lengan dengan
ü
telapak tangan menghadap ke
bawah.
ü
Hyperekstensi : jari-jari
dengan felapak tangan kebawah, ditekuk
ü
keatas menuju punggung
tangan 45 derajat
ü
Abduksi: jan dan ibu /ari
dibentangkan/direngangkan 30 derajat
ü
Abduksi: jari dan ibu jari
dirapatkan bersama 30 derajat
ü
Posisi Ibu jari : ibu jari
ditekuk kedalam memutar menuju kelingking
ü
dikuti oleh jari-jari yang
lain.
·
Pinggul
ü Fleksi :
tungkai digerakan keatas kemuka 90 derajat
ü Ekstensi :
tungkai digerakan kembali ke posisi lurus sejajar dengan
ü
tubuh
ü
Hyperekstensi: tungkai
digerakan kebelakang tubuh 50 derajat
ü
Sirkumduksi: tungkai
digerakan dalam lingkaran 360 derajat
ü
Abduksi: iungkai digerakan
kesamping menjauhi tubuh 45 derajat
ü
Abduksi: tungkai digerakan
kesamping mendekati tubuh 45 derajat
ü
Rotasi Interna : tungkai
dan kaki diputar kedalam 90 derajat
ü RotasiEksterna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat Lutut
ü Fleksi.
lutut ditekuk diangkat kebelakang dan atas 90 derajat
ü
Akstensi : Lutut digerakan
kembali sejajar tubuh
·
Pergelangan Kaki
ü PlanfarFleksi: kaki digerakan kebawah 45 derajat
ü DorsiFleksi: kaki digerakan keatas 45 derajat
ü Enversi: sisi luar kaki
ditekuk kesamping keluar diputar
ü Inversi: kaki diputar dengan sisi medial,
diputar kedalam
·
Jari Kaki
ü FIeksi jari-jari ditekuk
kebawah 90 derajat
ü Ekstensi : jari-jari sejajar
kembali dengan punggung
ü Hyperekstensi : jari-jari ditekuk keatas 45
derajat
ü Abduksi : jari-jari digerakan menjauhi satu
sama lain 15 derajat
ü Abduksi : jari-jari digerakan menapat
·
Pinggang
ü Fleksi
pinggang ditekuk kedepan 90 derajat
ü Ekstensi :
pinggang diluruskan kembali
ü
Hyperekstensi: pinggang
ditarik kebelakang 30 derajat
ü
LateralFleksi: tubuh
ditarik kekedua sisi 45 derajat
ü
Rotasi : tangan dipinggang
digerakan melingkar 360 derajat
b)
Passive Room
·
Lengan dan Bahu
Lengan klien disamping tubuh, tangan kanan penolong memegang pergelangan
tangan pasien dan tangan kiri disiku pasien.
ü Fleksi dan
rotasi eksternai bahu
ü
Abduksi dan rotasi
eksternai bahu
ü
Abduksi bahu
ü
Rotasi interna dan eksterna
bahu
ü FIeksi dan
ekstensi siku
·
Tangan dan pergelangan
tangan
Tangan kiri penolong diatas punggung tangan, tangan kanan memegang jari-jari tangan :
ü
Hyperekstensi pergelangan
tangan, fleksi jari-jari
ü
Hyperekstensi pergelangan
tangan, ekstensi jari-jari
·
Pinggul dan Tungkai
Tangan kiri perawat dibawah lutut pasien dan memegangnya, tangan kanan
perawat ditumit pasien untuk plantar fleksi, tangan kiri perawat diats
pergelangan kaki pasien dan tangan kanan memegang jari kaki
ü
Plantar fleksi kaki
ü
Inversi dan eversi kaki
ü Fleksi dan
ekstensi jari kaki
ü
Posisi telungkup dan miring
ü
Hyperekstensi Bahu
ü
Hyperekstensi pinggul
BAB X
KONSEP DASAR INFEKSI
A.
Definisi Infeksi
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap
organisme inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi,
atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak
diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal
inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh,
dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara
umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun
sebenarnya definisinya lebih luas, mencakupbakteri, parasit, fungi, virus,
prion, dan viroid.
Beberapa jenis mikroorganisme (terutama bakteri) dapat berkembang biak,
menyerang hingga merusak jaringan sehingga menyebabkan ‘delayed healing’
yang akan kadang-kadang dapat pula menyebabkan penyakit sistemik. Kemampuan
bakteri untuk menghasilkan efek yang merusak dipengaruhi oleh:
1. Kemampuan system
imunitas pasien untuk menyerang bakteri (host resistence).
2. Jumlah bakteri pada
luka, semakin banyak bakteri akan semakin beresiko.
3. Jenis bakteri pada
luka. Beberapa bakteri memiliki kemampuan besar (virulensi) dibanding jenis
lain dan dapat menyebabkan penyakit walaupun masih dalam jumlah yang sedikit
B. Tanda-Tanda Infeksi
Gambaran makroskopik peradangan
sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau. Tanda-tanda radang ini oleh Celsus,
seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama sesudah Masehi, sudah dikenal
dan disebut tanda-tanda radang utama. Tanda-tanda radang ini masih digunakan hingga
saat ini. Tanda-tanda radang mencakup rubor (kemerahan), kalor
(panas), dolor (rasa sakit), dan tumor (pembengkakan). Tanda
pokok yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio laesa (perubahan
fungsi) (Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003).
Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal
pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi
peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah
peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan
kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia
atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut
(Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari
reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang
meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh
yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal (Abrams, 1995;
Rukmono, 1973).
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal
ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti
histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit
disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang
meradang (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan
sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang
tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang (Abrams, 1995; Rukmono,
1973).
Berdasarkan asal katanya, functio laesa
adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang (Abrams, 1995).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang (Abrams, 1995).
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan
suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut
infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit
telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun
luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan
self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.
D. Faktor Penyebab
Perkembangan Infeksi Nosokomial
1.
Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam
mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan
berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena
banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan
terjadinya infeksi tergantung pada:
·
Karakteristik
mikroorganisme,
·
Resistensi terhadap zat-zat
antibiotika, tingkat virulensi,
·
Dan banyaknya materi
infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus,
jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection)
atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous
infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan
karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan
udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari
rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya
selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit
pada orang normal.
2.
Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal
dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam
melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus
dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah
terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai
sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya :
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya :
·
Anaerobik Gram-positif,
Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
·
Bakteri gram-positif:
Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat
menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah
serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
·
Bakteri gram negatif:
Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella,
Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air
yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri
gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah
sakit.
·
Serratia marcescens, dapat
menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
3.
Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial
disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan
media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory
syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak
tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan
melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus
sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus
respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus,
herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.
4.
Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia
dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan
parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat
immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp,
Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.
E.
Respon Dan Toleransi Tubuh Pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat
toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini adalah:
• Umur
• Status imunitas penderita
• Penyakit yang diderita
• Obesitas dan malnutrisi
• Orang yang menggunakan
obat-obatan immunosupresan dan steroid
• Intervensi yang dilakukan
pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan
terapi.
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan
penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila
penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes
mellitus, gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan
toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik.
Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti
biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga
meningkatkan resiko infeksi.
F.
Infection
By Direct Or Indirect Contact
Infeksi yang terjadi karena kontak secara
langsung atau tidak langsung dengan penyebab infeksi. Penularan infeksi ini
dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus.
Dapat juga melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis
dan HIV. Peralatan dan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak
dimasak dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya cross
infection.
BAB XI
KONSEP DASAR ELIMINASI
- Eleminasi Urine
1.
Definisi
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran
cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ
eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.Ginjal memindahkan
air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam
bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian
dikeluarkan melalui uretra.
2.
Anatomi dan fisiologi Ginjal
Ginjal adalah dua organ kecil berbentuk
seperti kacang buncis yang terletak pada sisi-sisi abdomen antara tulang rusuk
kedua belas dan tulan belakanglumbal ketiga. Ginjal kanan terletak lebih rendah
daripada ginjal kiri karena hati menekannya kebawah. Ginjal terdiri atas kapsul
ginjal, cortex renalis (kulit luar) medulla renalis, dan sinus renalis. Cortex
renalis adalah bagian luar anteriorn kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat
dan memiliki permukaan berbintik-bintik kecil. Nephron terletak pada bagian
ini. Medulla renalis adalah bagian pusat dan biasanya disebut dengan pyramid
ginjal. Piramid pada bagina inim meruncing dengan dasar menghadap cortex dan
puncak menghadap bagian tengah ginjal. Bagian nephron dan tubulus renal
terletak pada ruang ini. Renal sinus merupakan bagian interior yang terhubungkan
dengan takik ginjal yang disebut dengan hilum.
Nephron adalah unit fungsional ginjal.
Masing-masing ginjal mengandung sekitar 1 juta nephron (Burtucci, 1995).
Nephron ikut terlibat dalam pembentukan urin. Nephron ini mengandung
Corpuscolus renalis, tubulus renalis, dan duktus kolektif renalis. Corpusculus
renalis mengandung glumerulus dan kapsul bowman. Tubulus renalis terdiri atas
tubule konvolusi proksimal, loop hense dan tubule konvolusi distal. Duktus
kolektif terletak didalam nephron. Ureter adalah kelanjutan pelvis renal pada
hilum dan menghubungkan ginjal dengan kencing kemih. Ureter melakukan gerakan
renstaltis otot polos yang diaktifkan oleh sisti saraf simpatis. Terdapat
function ureterovosical dalam ureter yang mencegah agar urin tidak kembali
masuk kedalam ginjal.
Ketika darah mengalir melalui kapiler
glumelrulus, pada saat yang sama terjadi filtrasi plasma ginjal menerima
sekitar 20% cardiac output, sekitar 1200 ml/mut aliran darah. Proses filtrasi
ini disebut ultrafiltrasi. Volume glumerulus melakukan filtrasi kurang lebih
180ml/hari, dan 99% diantaranya diserap kembali oleh ginjal. Tingkat filtrasi
glumerular (Gfn) adalah ukuran proses ini, Gfn dewasa rata-rata adalah 125
ml/jam.
Ketika darah yang telah terfilter memasuki
kapsul Bowman glomeluri, maka terbentuklah urin primitive. Ketika ultrafiltrasi
ini mengalir melalui nephron yang lainnya terjadi penyerapan kembali dan
sekresi untuk memproduksi urin yang kita keluarkan Tubuke konklusi proksimal
menyerap kembali seabagian besar air yang sudah terfilter dan juga elektrolot
Loop Henle menyerap kemabali sodium. Tubule Konvolusi distal dan duktus
kolektif menbentuk urin yang kemudian dialirkan kedaalm ureter. Ureter kemudian
mengangkut urin menuju kandung kemih dengan gelombang peristaltis otot halus.
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine. Terletak pada dasar panggul
pada daerah retroperidontal dan terdiri atas otot-otot yang dapat mengecil.
Kandung kemih terdiri atas 2 bagian yaitu bagian fundus / body yang merupakan
otot lingkar, terdiri dari otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan
langsung dengan uretra. Pada leher kandung kemih terdapat spinter inerna.
Spinter ini dikontrol oleh sistem saraf otonom. Kandung kemih dapat menampung
300 sampai 400 ml urine.
Kemudian dari ureter urine dialirkan ke
uretra yang merupakan saluran pembuangan yang langsung keluar dari tubuh.
Panjang uretra perempuan lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pada laki-laki
panjangnya 20cm. Sehingga perempuan lebih beresiko untuk terjadi infeksi saluran
kemih.
3.
Refleks Miksi
Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sacral
2 (S-2) dan sacral 3 (S-3). Saraf sensorik dari kandung kemih dikirim ke medula
spinalis bagian sacral 2 sampai sacral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi
pada susunan saraf pusat. Pada miksi mengirimkan sinyal kepada otak kendung
kemih (detrusor) agar berkontraksi. Pada saat detrusor berkontraksi spinter
interna relaksasi dan spinter eksterna yang dibawah control kesadaran akan
berperan. Apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi otot abdominal
berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih.
Pola Eleminasi Normal . Pola eleminasi urine
sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau
bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.
Karekteristik Urine Normal. Warna urine
normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochorome. Namun demikian,
warna urine tergantung pada intake cairan, keadaa dehidrasi konsentrasinya
menjadi lebih pekat dan kecokletan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti
multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai
kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang
merupakan hasil pemecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan
mempengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1.
Pertumbuhan dan
Perkembangan
2. Sosiokultural
3. Psikologis
4. Kebiasaan seseorang
5. Tonus otot
6. Intake cairan dan makanan
7. Kondisi penyakit
8. Pembedahan
9. Pengobatan
10. Pemeriksaan Diagnostik
2. Sosiokultural
3. Psikologis
4. Kebiasaan seseorang
5. Tonus otot
6. Intake cairan dan makanan
7. Kondisi penyakit
8. Pembedahan
9. Pengobatan
10. Pemeriksaan Diagnostik
5.
Masalah-masalah Eleminasi Urine
a)
Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan bladder untuk mengkosongkan kandung kemih.
Merupakan penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan bladder untuk mengkosongkan kandung kemih.
b)
Inkontinensia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskesi urine.
Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskesi urine.
c)
Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada orang jompo.
Perubahan Pola Berkemih
Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada orang jompo.
Perubahan Pola Berkemih
1.
Frekuensi
2.
Urgency
3.
Dysuria
4.
Polyuria
5.
Urinary Suppresion
- Eleminasi Feses/Bowel/Alvi
1.
Definisi
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme
makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses).
Organ-organ yang berperan dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran
Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.
2.
Anatomi dan Fisiologi
a)
Saluran Gastrointestinal
Bagian Atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan
kimiawi dimulut dan di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya
makanan yang sudah dalam bentuk chyme didorong ke usus halus.
b)
Saluran Gastrointesrinal
Bagia Bawah
Saluran Gastrointestinal bawah meliputi usus halus
dan usus besar. Usus halus terdiri atas Duodenum, Yeyenum, dan Ileum yana
panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas
cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Penjang usus besar
sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan
yang sudah berbentuk cyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air,
nutrien dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat dan
enzim.
Cyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan
akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari kita makan samapai mencapai
rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon terbagi menjadi 3 yaitu
: Haustral Shuffing adalah gerakan mencapur cyme untuk membantu absorpsi air,
Kontraksi Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semipadat
sepanjang colon, Gerakan Peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju
menuju anus.
3.
Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau
pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran
pencernaan melaului anus. Dalam proses Defekasi terjadi dalam 2 macam refleks
yaitu :
a)
Refleks Defekasi Intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum
sehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada
fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di
anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
b)
Reflek Defekasi
Parasimpatis
Feses yang masuk akan merangsang saraf rektum yang
kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spindal cord kemudian dikembalikan ke
colon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intesifnya peristaltik,
relaksasi spinter internal maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh
kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otot elevator.
Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang
dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7 – 10 liter/ 24 jam. Jenis gas yang
dikeluarkan adalah CO2, Metana, H2S dan Nitrogen. Feses terdiri atas 75 % air
dan 25% materi padat. Feses normalnya berwarna coklat karena pengaruh dari
mikroorganisme. Konsistensinya lembek namun berbentuk.
4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Eleminasi Bowel
a)
Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi menurun.
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi menurun.
b)
Diet
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c)
Intake Cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
d)
Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepnjang colon.
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepnjang colon.
e)
Fisiologis
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare.
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare.
f)
Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
g)
Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara
teratur, fasilitas untuk BAB dan kebiasaan menahan BAB.
h)
Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya
dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.
i)
Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
j)
Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi impuls
parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini
dapat berlangsung selama 24 jam.
k)
Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis, epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis, epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.
l)
Kerusakan sensorik dan
motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan
menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.
5.
Masalah Eleminasi Bowel
a)
Konstipasi
Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
b)
Fecal Infaction
Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan
oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan.
c)
Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air.
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air.
d)
Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas yang melalui saraf spinter anus
e)
Kembung
Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.
Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.
f)
Hemorroid
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut.
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut.
BAB XII
KONSEP DASAR ISTIRAHAT & TIDUR
A.
Definisi Istirahat Dan Tidur
Istirahat adalah suatu
keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih
segar. Sedangkan Tidur adalah suatu keadaan yang relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
Tahapan Tidur, EEG, EMG,
dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot dan
aktivitas masa. Normalnya tidur dibagi menjadi 2 yaitu : Non Rapid Eye Movement
(NREM) dan Rapid Eye Movement. Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi 4
tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan
tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir.
B. Tahapan Tidur
- NREM tahap 1
- Tingkat transisi
- Merespon cahaya
- Berlangsung beberapa menit
- Mudah terbangun dengan rangsangan
- Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun
- Bila terbangun terasa sedang bermimpi
- Merespon cahaya
- Berlangsung beberapa menit
- Mudah terbangun dengan rangsangan
- Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun
- Bila terbangun terasa sedang bermimpi
- NREM tahap 2
- Periode suara tidur
- Mulai relaksasi otot
- Berlangsung 10-20 menit
- Fungdi tubuh berlangsung lambat
- Dapat dibangunkan dengan mudah
- Mulai relaksasi otot
- Berlangsung 10-20 menit
- Fungdi tubuh berlangsung lambat
- Dapat dibangunkan dengan mudah
- NREM tahap 3
- Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
- Sulit dibangunkan
- Relaksasi otot menyeluruh
- Tekanan daraj menurun
- Berlangsung 15-30 menit
- Sulit dibangunkan
- Relaksasi otot menyeluruh
- Tekanan daraj menurun
- Berlangsung 15-30 menit
- NREM tahap 4
- Tidur nyenyak
- Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
- Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
- Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
- Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
- Tahapan Tidur REM
a. Lebih sulit untuk dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk kesimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memory dan adaptasi.
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk kesimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memory dan adaptasi.
- Karakteristik tidur REM
a.
Mata : Cepat tertutup dan
terbuka
b. Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Penapasan : Tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi : Cepat dan ireguler
e. Tekanan darah : Meningkat atau fluktasi
f. Sekkresi gaster : Meningkat
g. Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh baik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus Tidur : Sulit dibangunkan
b. Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Penapasan : Tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi : Cepat dan ireguler
e. Tekanan darah : Meningkat atau fluktasi
f. Sekkresi gaster : Meningkat
g. Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh baik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus Tidur : Sulit dibangunkan
C. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tidur
1. Penyakit
2. Lingkungan
3. Motivasi
4. Kelelahan
5. Kecemasan
6. Alkohol
7. Obat-oabtan
2. Lingkungan
3. Motivasi
4. Kelelahan
5. Kecemasan
6. Alkohol
7. Obat-oabtan
- Dieuretik menyebabkan insomnia
- Anti Depresan : supresi REM
- Kafein : meningkatkan saraf parasimpatis
- Beta Bloker : menimbulkan insomnia
- Narkotika : mensupresi REM
- Anti Depresan : supresi REM
- Kafein : meningkatkan saraf parasimpatis
- Beta Bloker : menimbulkan insomnia
- Narkotika : mensupresi REM
D. Gangguan Tidur
1.
Insomnia
Ketidakmampuan memperoleh sacara cukup kualitas dan kuantitas tidur.
Ketidakmampuan memperoleh sacara cukup kualitas dan kuantitas tidur.
2.
Hipersomia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolism
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolism
3.
Parasomia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan)
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan)
4.
Narcolepsy
Suatu keadaan / kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur, misalnya tidur secara mendadak.
Suatu keadaan / kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur, misalnya tidur secara mendadak.
5.
Apnoe tidur dan mendengkur
Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai dengan apnoe maka akan bisa menjadi masalah.
Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai dengan apnoe maka akan bisa menjadi masalah.
6.
Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi sebelum tidur REM
Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi sebelum tidur REM
BAB XIII
KONSEP PERSONAL HYGIENE
A.
Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat pentinu
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial,
keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan.
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah
sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum.
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik
dan psikis.
B.
Fisiologi Kulit
Sistem integumen terdiri atas kulit, lapisan
subkutan di bawah kulit dan pelengkapnya, seperti kelenjar dan kuku. Kulit
terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan epidermis yang terdapat pada bagian atas
yang banyak mengandung sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini mudah sekali
mengalami regenerasi. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah. Lapisan
kedua adalah lapisan dermis yang terdiri atas jaringan otot, saraf folikel
rambut dan kelenjar. Pada kulit terdapat 2 kelenjar: pertama kelnejar sebasea
yang menghasilkan minyak yang disebut sebun yang berfungsi meminyaki kulit dan
rambut. Kedua, kelenjar serumen yang terdapat dalam telingga yang berfungsi
sebagai pelumas dan berwarna cokelat. Fungsi Kulit:
1.
Proteksi tubuh
2.
Pengaturan temperatur tubuh
3.
Pengeluaran pembuangan air
4.
Sensasi dari stimulus
lingkungan
5.
Membantu keseimbangan
carian da eletrolit
6.
Memproduksi dan
mengabsorpsi vitamin D
C.
Macam-macam Personal
Hygiene
1.
Perawatan kulit kepala dan
rambut
2.
Perawatan mata
3.
Perawatan hidung
4.
Perawatan telingga
5.
Perawatan kuku kaki dan
tangan
6.
Perawatan genetalia
7.
Perawatan kulit seruruh
tubuh
8.
Perawatan tubuh secara
keseluruhan
D.
Tujuan Personal
Hygiene
1.
Meningkatkan derajat
kesehatan seseorang
2.
Memelihara kebersihan diri
seseorang
3.
Memperbaiki personal hyiene
yang kurang
4.
Mencagah penyakit
5.
Menciptakan keindahan
6.
Meningkatkan rasa percaya
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
1)
Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2)
Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene
3)
Status sosial-ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya
4)
Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5)
Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu
maka tidak boleh dimandikan.
6)
Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan
lain-lain.
7)
Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
F.
Dampak yang Sering
Timbul pada Masalah Personal Hyiene
1)
Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
2)
Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal
Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
DAFTAR
PUSTAKA
·
H.
Aziz Alimul. A. Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi konsep dan Proses
keperawatan. Buku I, Jakarta, Salemba Medika. 2006
·
Tarwoto,
Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Salemba Mardika tahun 2006.
·
Hidayat,
Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba
Mardika 2007
·
Perry,
Potter. Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta : EGC. 1997